Melongok Dapur “Enjah”

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* Keberhasilan dalam pembuatan drama Enjah merupakan perpaduan kerja sama yang harmonis antara seluruh kru produksi drama.

“Episode 10, scene 12, shot 5 , take 2.” “Kamera roll on, and action!” Panasnya sinar mentari siang itu membakar semangat para kru Kalyana Shira Films, rumah produksi pimpinan sutradara terkenal Nia Dinata, untuk mengambil setiap scene drama terbaru DAAI TV yang berjudul Enjah.

Di lorong perumahan cinta kasih, Nina Tamam, seorang penyanyi yang memerankan tokoh Enjah, berjalan membungkuk. Kakinya yang bertumpu pada penyangga untuk berjalan, coba dilangkahkannya dengan perlahan, tidak ketinggalan ekspresi wajahnya yang nanar namun penuh harapan, menyiratkan Nina memang tengah merasakan penderitaan dan perjuangan yang pernah Enjah rasakan.

Penghayatan Nina akan peran Enjah, memang bukan hal mudah, begitu pula dengan pelaksanaan shooting, mengingat Enjah merupakan drama based on true story.

“Sebenarnya ini merupakan tantangan bagi kami untuk membuat drama based on true story yang tidak mengalami adaptasi sama sekali, sehingga tidak hanya ceritanya yang harus correct, sama dengan aslinya, bahkan waktu kejadiannya pun harus tepat,” ucap Nina Desilina, selaku line producer.

Untuk menentukan lokasi, naskah, maupun para pemain, Nina dan tim drama DAAI, mengaku telah mengadakan riset selama lebih kurang tiga bulan sebelum persiapan shooting. “Sebenarnya yang cukup memakan waktu adalah saat penulisan naskah dan penentuan lokasi shooting,” ia menjelaskan.

foto   foto

Ket : - Dengan pengarahan yang diberikan oleh sutradara, Reka Wijaya, drama Enjah diharapkan dapat berhasil
           menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya. (kiri)
         - Nina Tamam secara total menghayati perannya agar penderitaan dan semangat yang dimiliki Enjah dalam
           menghadapi kehidupannya dapat disampaikan dengan jelas pada pemirsa. (kanan)

Banyak tantangan yang dihadapai oleh kru Kalyana dan tim riset, salah satunya adalah tempat tinggal Enjah yang berada di Mauk, Tangerang tidak mungkin dijadikan lokasi shooting mengingat sulitnya akses jalan ke sana. Tidak hanya itu, pribadi Enjah yang sempat tertutup juga membuat Nina dan kawan-kawan membutuhkan waktu yang lebih panjang dalam pembuatan naskah.

“Kami berusaha mengerti dengan posisi Enjah. Satu sisi beliau ingin melupakan mimpi buruk yang pernah ia alami, namun di sisi lain Enjah juga ingin drama ini dapat memberikan semangat kepada masyarakat yang tengah menghadapi kesulitan dalam hidup,” jelas Nina.

Atas dasar semangat yang sama, Kalyana Shira Films, menyanggupi untuk memproduksi drama 10 episode tersebut dalam jangka waktu satu bulan. “Semua orang di sini tahu, apa yang ingin saya buat. Kami sudah menyatukan visi tentang apa yang akan kita kerjakan. Oleh sebab itu, pekerjaan dengan kualitas yang sebenarnya tidak mungkin dikerjakan dalam jangka waktu satu bulan ini, sanggup kami kerjakan meskipun satu hari kami harus merampungkan minimal 20 scene,” ungkap Reka Wijaya, sang sutradara.

Dari kualitas gambar, drama Enjah dituntut untuk bisa menggambarkan kehidupan Enjah secara nyata. Oleh sebab itu, tidak hanya lokasi shooting yang di-setting sesuai dengan kondisi aslinya, namun juga pencahayaan, serta audio yang dibuat sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kenyataan dan logika.

foto   foto

Ket : - Tidak hanya malam hari, pengaturan ligthing di siang hari juga membutuhkan perhatian ekstra karena
           cahaya sinar matahari tidak selalu konstan warnanya. (kiri)
         - Dengan senjata sebuah bolpoin dan kertas di tangan, seorang script continuity, Trisna mencatat setiap
           scene yang telah dilakukan. Mulai dari kualitas gambar hingga properti yang ada dalam scene tersebut.
           (kanan)

”Berbeda dengan sinetron-sinetron yang pernah ada, kualitas gambar pada drama Enjah sudah seperti film. Contohnya, ketika adegan malam, kami buat seperti kondisi malam, tidak ada pencahayaan yang berlebihan, sehingga benar-benar nyata seperti aslinya,” jelas Reka yang mengaku memiliki beban moral tersendiri dalam membuat drama Enjah.

Tidak hanya malam, adegan siang pun diakui chief lighting, Maskot memiliki tingkat kesulitan tersendiri, hal ini dikarenakan sifat cahaya matahari yang tidak konstan. ”Belum lagi ketika shooting di Ciracas, kondisi ruangan kontrakan yang sempit, membuat kami harus memutar otak agar pencahayaan yang kami berikan tepat dan sesuai dengan yang kami inginkan,” tutur Maskot.

Tantangan demi tantangan tidak hanya dirasakan oleh para kru di camera & lighting department, semua sendi dalam produksi drama ini memiliki peran penting dan kontribusinya masing-masing. Sani Bayu Krisna selaku talent coordinator, mengaku cukup kesulitan menemukan para pemain drama Enjah. Begitu pula runner location, David Poernomo yang membutuhkan riset beberapa bulan untuk menemukan lokasi shooting yang tepat. ”Uniknya,di Cileungsi, kami bisa mendapatkan dua view (di sebelah kanan view Mauk, dan di sebelah kiri view Kerawang-Red) sekaligus dalam satu lokasi shooting.” ungkap David di sela-sela break shooting.

Seperti yang pernah diucapkan oleh Nina Desilina, tidak ada yang penting, kurang penting atau lebih penting di dalam sebuah pembuatan karya. Semua adalah satu kesatuan, dari mulai cameraman sang pengambil gambar, hingga bagian umum yang bertugas mempersiapkan makanan, semua berperan penting dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

 

Artikel Terkait

Peduli Kesehatan Warga Perak

Peduli Kesehatan Warga Perak

17 Januari 2019

Sembilan tahun yang lalu tepatnya 24 Oktober 2010, Tzu Chi menggelar Bakti Sosial Kesehatan di wilayah Perak Utara. Dari bakti sosial tersebut Tzu Chi terus menjalin jodoh baik. Pada Minggu pagi 13 Januari 2019 lalu Tzu Chi kembali mengadakan Bakti Sosial Kesehatan Umum dan Gigi di sana.

Suara Kasih: Menyebarkan Cinta Kasih

Suara Kasih: Menyebarkan Cinta Kasih

29 September 2011 Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Karena berasal dari negara yang berbeda, tentu saja ada hambatan dalam berkomunikasi. Meskipun mereka bisa melihat semua yang berlangsung di ruang kelas, namun tanpa terjemahan mungkin akan sulit bagi mereka untuk memahami apa yang dibicarakan di depan.
Kembali Melihat dengan Penuh Cinta Kasih

Kembali Melihat dengan Penuh Cinta Kasih

16 September 2014

Tujuan bakti sosial operasi katarak ini adalah meringankan beban para pasien yang masih kesulitan dalam biaya. Dengan mata yang sehat, diharapkan dapat menunjang kehidupan pasien sehari-harinya dan meningkatkan perekonomian keluarga.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -