“Harta Boleh Hilang, Semangat Tetap Harus Ada†(Bag. 1)
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| ||
Belum pupus dari ingatan kelamnya ditipu orang, tanggal 15 Januari banjir bandang menerjang Kota Manado, termasuk rumah Rudi yang berada di Lingkungan IV, Kelurahan Tikala Baru. “Tidak sempat menyelamatkan barang-barang, semua habis, terkena banjir,” kenang Rudi. Mereka dapat selamat dari air bah karena berhasil menyelamatkan diri ke lantai 2 rumah mereka. Pascabanjir, dengan sisa-sisa tenaga tua mereka, dibantu putranya, mereka mencoba membersihkan rumah dari genangan lumpur. Tapi apa daya, hingga tanggal 1 Maret 2014, kondisi rumah keluarga ini masih dalam kondisi yang memprihatinkan. “Kami bersih-bersih secara pelan, bertahap, tidak bisa cepat,” ungkap Boen dan diamini anak dan istrinya. Meski para tetangga berniat membantu membersihkan, namun Rudi tidak mau. Ujian kembali menghampiri mereka tatkala Angkot (angkutan kota) yang menjadi satu-satunya sumber penghidupan mereka rusak dan tidak bisa disewakan. “Kalau disewakan sehari dapat seratus ribu rupiah,” terang Rudi.
Keterangan :
Kondisi inilah yang akhirnya menggerakkan relawan Tzu Chi untuk turut membantu membersihkan rumah Rudi. “Saya bilang sama Supriadi Shixiong untuk ngobrol-ngobrol dan lihat apa yang bisa kita bantu. Ternyata memang sangat membutuhkan. Masih banyak barang-barang yang belum terselesaikan, sementara dia punya anak cuma satu,” kata Like, “Saya bisa merasakan barang begitu banyak. Sepertinya dia kesulitan mau mulai dari mana membersihkannya.” Selama 2 hari (1 – 2 Maret) 2014, relawan Tzu Chi bahu-membahu membersihkan rumah, mulai dari memilah sampah, mengepel lantai, menyikat dinding dan kaca, membersihkan lemari dan kursi hingga mencuci piring, gelas, dan sendok yang sudah lengket dengan lumpur yang berbau. Menghormati dan Memahami Perasaan Orang Lain
Keterangan :
Tanpa memedulikan seragam mereka, relawan mengepel lantai dan menyikat dinding rumah. Di halaman depan, tanpa dikomando relawan memilah barang-barang yang masih bisa dipakai dan tidak lagi bisa dipakai. Beberapa kali Christine, relawan Tzu Chi yang akrab disapa Acu membujuk Lie Soei Hiong untuk mau membuang barang-barang yang memang sudah tidak bisa lagi dipakai. “Buang aja ya, kalau disimpan malah jadi sampah dan bisa jadi bibit penyakit,” bujuk Acu. Meski awalnya berat, akhirnya Lie Soei Hiong pun mengizinkan relawan memasukkan kain-kain dan seprai yang memang kondisinya sudah rusak dan tidak bisa lagi digunakan. Meski tinggal hanya bertiga dengan suami dan anaknya, Lie Soei Hiong ternyata suka menyimpan barang-barang dan pernak-pernik. Parahnya, meski sudah rusak dan sulit untuk digunakan kembali, ia masih tetap berat untuk membuangnya. “Saya lihat kemelekatannya agak tinggi. Mungkin juga lihat ini sayang, itu sayang. Kita juga harus menghormati dan menghargai pendapatnya, jadi saya bilang sama relawan harus izin kalau mau buang sesuatu,” terang Like Hermansyah, yang menjadi motor kegiatan ini. “Kalau dia masih melekat, kita hargai mereka,” tambahnya. Dengan pendekatan dan cara yang lembut, relawan akhirnya dapat meyakinkan Lie Soei Hiong untuk membuang barang-barang yang tak lagi berguna, meski sebagian masih tetap ingin ia bersihkan dan pertahankan. “Ya kita tetap hormati keputusannya,” kata Acu Shijie. Agar pembersihan rumah dapat berjalan efektif maka relawan pun berbagi tugas. Ada yang mencuci piring, memindahkan barang-barang, mencuci lemari dan kursi, menyikat dinding, dan juga mengepel lantai. Rencananya relawan hanya akan membersihkan selama 1 (satu) hari saja, tetapi karena barang-barang begitu banyak dan ruangan yang begitu luas maka diputuskan jika relawan akan datang kembali keesokan harinya. “Kita harus tuntaskan apa yang kita mulai. Minggu pagi, kita kembali bekerja sampai jam 3 sore, setelah itu relawan Tzu Chi Jakarta akan pulang ke Jakarta. Ladang berkah ini kemudian dilanjutkan oleh relawan Tzu Chi dari Makassar dan Manado,” kata Like. Toh saat relawan Tzu Chi berpamitan, kondisi rumah Rudi sudah jauh berubah. “Lebih dari senang, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ungkap Rudi dengan mata berkaca-kaca. Bersambung ke Bagian 2. | |||