“Ingin Menjadi Relawan Tzu Chi”

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

fotoSebagai anak asuh Tzu Chi, Lupita tidak hanya menerima bantuan dari Tzu Chi, tetapi ia juga turut bersumbangsih untuk membantu orang lain dengan celengan bambunya.

Namanya Lupita, usianya 15 tahun. Senyum selalu menghiasi bibirnya. Hari Minggu tanggal 15 Mei 2011, dari pukul 13.00 – 15.30 WIB diadakan pemberian bantuan SPP untuk anak asuh Tzu Chi yang diselenggarakan di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara. Hari ini Lupita datang sendiri. Ia adalah putri tunggal dari Bapak Kang Hai. Ketika ditanya oleh pembawa acara Metta Sari Shijie bagaimana kesan-kesan dia terhadap Yayasan Buddha Tzu Chi? Dengan lugas dan polos Lupita menjawab, “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih telah dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Berkat bantuan Tzu Chi saya bisa melanjutkan sekolah saya. Karena melihat relawan begitu baik layaknya seperti keluarga sendiri saya juga berkeinginan untuk menjadi relawan Tzu Chi agar bisa ikut memberi kebahagiaan kepada yang lainnya.”

 

Ayah Lupita, Kang Hai juga adalah pasien penerima bantuan pengobatan Tzu Chi. Ayahnya menderita tumor di otak. Setelah dioperasi, saat ini kondisi kesehatannya berangsur membaik, namun sejak sakit 3 tahun yang lalu, Kang Hai sebagai kepala keluarga tidak bisa lagi bekerja. Untuk menghidupi keluarga mereka Lupita dan ibunya bekerja paruh waktu. Lupita hampir saja Lupita berhenti sekolah karena ketiadaan waktu dan biaya. Akan tetapi secercah harapan terbuka ketika ia mengajukan permohonan bantuan pendidikan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Selang beberapa hari setelah pengajuan bantuan pendidikan, Lulu dan Anna Tukimin Shijie, relawan Tzu Chi melakukan survei ke rumah kontrakannya yang sangat sederhana di daerah Teluk Gong Jakarta Utara.

Setelah melalui meeting maka diputuskan untuk memberi bantuan pendidikan kepada Lupita. Harapan Lupita untuk melanjutkan sekolah kembali terbuka lebar dan ketakutan harus putus sekolah yang selama ini menghantui dirinya hilang seketika. Setiap melihat relawan yang datang berkunjung ke rumahnya, Lupita, ayah, dan ibunya akan sangat gembira sekali. Itu terpancar dari raut wajah mereka yang penuh senyuman dan rasa kekeluargaan.

Lupita termasuk anak yang lincah, cerdas, dan berani. Buktinya ketika diminta untuk sharing ia tanpa ragu memegang microphone dan berbicara dengan lancar dan polos. “Sejak ayah sakit dan tidak bekerja, kehidupan keluarga kami menjadi terpuruk. Emosi ayah juga menjadi tidak stabil. Ia sering marah-marah. Tapi setelah Tzu Chi memberi bantuan pengobatan untuk ayah (operasi tumor otak di RSCM Jakarta -red) maka berangsur-angsur kesehatannya membaik dan ayah menjadi lebih sabar dan jarang marah-marah lagi. Saya dan keluarga saya sangat berterima kasih sekali pada Yayasan buddha Tzu Chi,” ungkap Lupita. Ketika ditanya oleh Meta Sari Shijie, “Lupita kalau di rumah sering bantu-bantu Mama tidak mengerjakan pekerjaan rumah?” Dengan spontan ia menjawab, “Ya, saya selalu membantu pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring dan lain-lain.”

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan jujur dan terbuka Lupita mengungkapkan perasaannya menjadi anak asuh Tzu Chi, setelah ayahnya menderita sakit dan tidak bisa lagi bekerja.(kiri)
  • Sebanyak 30 anak asuh menerima bantuan pendidikan dari Tzu Chi pada Minggu, 15 Mei 2011 di Jing Si Books and Cafe Pluit, Jakarta Utara. (kanan)

Lupita sepulang sekolah biasanya istirahat sebentar dan sore sekitar jam 3 sore ia akan pergi bekerja sebagai pelipat kotak mica yang biasa digunakan untuk hadiah pernikahan yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Dari kerja paruh hari itu ia turut membantu ekonomi orang tuanya serta menyisihkan sedikit untuk uang jajannya serta tidak lupa setiap hari Lupita menyisihkan uang untuk dimasukkan ke dalam celengan bambu yang disertai doa dan niat yang tulus. Pada kesempatan hari itu ia juga membawa calengan bambunya untuk disumbangkan ke Yayasan Buddha Tzu Chi untuk diteruskan kepada yang membutuhkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan serius Lupita mendengarkan sharing dari orang tua penerima bantuan pendidikan lainnya. (kiri)
  • Relawan Tzu Chi juga mengajarkan kepada anak-anak asuh ini untuk berani tampil dan berbicara di depan umum. (kanan)

Dengan tegar dan penuh keyakinan ia menjalani hari-harinya walaupun beban yang dipikul cukup berat bagi seorang gadis cilik seumuran dirinya. Ketika anak-anak gadis seumuran Lupita sedang asyik bermain di mal-mal dan lain sebagainya, penuh dengan keindahan di masa remajanya, Lupita harus menjalani masa remajanya dengan kerja keras dan berusaha untuk membantu orang tua mencari sesuap nasi dan meringankan beban orang tuanya. Akan tetapi dalam keadaan seperti ini ia tetap optimis menjalani kehidupannya. Optimisnya semakin bertambah takala Yayasan Buddha Tzu Chi mengulurkan tangan memberinya bantuan pendidikan sehingga kerisauan akan masa depan pendidikannya akhirnya sirna oleh kasih sayang insan Tzu Chi.          

  
 

Artikel Terkait

Menjaga Kebersihan Pantai

Menjaga Kebersihan Pantai

04 Agustus 2015 Dalam rangka untuk nemperingati The Triangle Coral Day atau Hari Terumbu Karang yang jatuh pada tanggal 9 juni 2015, relawan Tzu Chi Sorong melakukan kegiatan bersih-bersih sampah di Pantai Pulau Doom
Waisak 2555: Tzu Chi Batam

Waisak 2555: Tzu Chi Batam

26 Mei 2011
Setiap hari ada sekitar 200 orang yang menikmati makanan vegetarian ini. Puncak dari peringatan bulan suci ini dilakukan perayaan Waisak dengan upacara pemandian rupang Buddha pada tanggal 15 Mei 2011, di Lapangan Universitas Internasional Batam (UIB).
Memberikan Teladan yang Baik

Memberikan Teladan yang Baik

03 Juli 2013 Sebanyak 45 relawan Tzu Chi bersama 460 anggota TNI Angkatan Darat saling bahu membahu membersihkan kawasan Kali Ciliwung di sektor tiga kawasan Masjid Istiqlal. “Kita ada program bersama dengan Pemda DKI untuk kegiatan bersih-bersih lingkungan berkaitan dengan kawasan Ciliwung.
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -