“Inilah Sofyan Apa Adanya”

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy , Dok. Pribadi
 
 

fotoSetelah mengikuti kursus, kini Sofyan mahir menggunakan komputer walaupun ia tidak dapat melihat dengan jelas.

 

Sinar matahari pagi yang cukup menyengat menyambut kehadiranku di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Tak jauh berjalan, aku pun tiba di salah satu blok perumahan. Di sana aku bertemu dengan seorang ibu yang dengan ramah mempersilahkanku masuk ke dalam rumahnya karena aku ingin menemui salah satu anaknya.

 

Saat memasuki pintu, sebuah senyum dan sambutan yang hangat kurasakan ketika sang anak muncul dari kamarnya. Ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya, karena selama ini aku mengetahui dirinya melalui media Tzu Chi (Buletin, Majalah dan DAAI TV).

Mengingat Kembali Kisah Sofyan
Anak itu bernama Sofyan Sukmana. Ia merupakan salah satu pasien bantuan pengobatan khusus Tzu Chi sejak 7 tahun lalu. Saat itu ia di diagnosis menderita Fibrous dysplasia yang berarti tumbuh tumor di bagian belakang mata kanannya. Gejalanya muncul sejak ia berusia 1 tahun dan sering mengalami kejang-kejang. Semakin bertambah umur semakin bertambah rasa sakit yang dialami Sofyan, mulai dari demam hingga sering mimisan dan berakibat pada mata kanannya yang semakin terdorong ke depan dan ke kanan.

Jodoh pun bertaut saat Sofyan dan ibunya datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk mencari informasi tentang bantuan pengobatan yang ada dirumah sakit tersebut. Di sanalah Sofyan bertemu dengan relawan Tzu Chi yang sering datang ke rumah sakit tersebut untuk mengurus pasien-pasien bantuan pengobatan khusus Tzu Chi.  Setelah itu Sofyan  pun datang ke baksos kesehatan Tzu Chi pada tanggal 27 Maret 2004. Setelah diperiksa oleh seorang dokter yang berasal dari Taiwan, ia pun dirujuk untuk berobat ke Taiwan. Saat itu relawan Tzu Chi mengurus segala kebutuhannya untuk berobat ke Taiwan.

foto  foto

Keterangan :

  • Rosmilah, Ibu Sofyan berharap supaya anaknya dapat menjadi maju dan mandiri. (kiri)
  • Sofyan merupakan salah satu pasien penerima bantuan pengobatan khusus Tzu Chi sejak tahun 2004, dan jalinan jodoh itu masih terus terjalin hingga saat ini. (kanan)

Saat ini Sofyan sudah berusia 22 tahun dan tumbuh semakin dewasa. Walaupun Sofyan tidak dapat melihat dengan jelas, terutama saat membaca, menulis, dan berjalan, namun ia membuktikan bahwa ia mampu seperti anak-anak normal lainnya. Ia telah menamatkan pendidikannya di SMA PGRI 3 sejak tahun 2009 dan tetap aktif mengikuti kegiatan-kegiatan dan kursus-kursus yang ada di Yayasan Mitra Netra, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Perjalanan yang cukup jauh harus ia tempuh dari rumahnya untuk pergi menuju sekolah dan yayasan tersebut. Ia pun pergi seorang diri menggunakan kendaraan umum. Karena keterbatasan penglihatan, sang ibu, Rosmilah, selalu merasa khawatir saat Sofyan pergi seorang diri. Ia selalu menghubungi Sofyan untuk menanyakan kabar apakah sofyan sudah sampai atau belum. Dahulu ia dapat ikut serta mengantarkan sofyan, namun sejak sang ayah meninggal dunia, ia pun tak dapat lagi mengantarkan sofyan karena ia harus bekerja mencari nafkah bagi ketiga orang anaknya. Hingga saat ini Rosmilah bekerja di Depo Pelestarian lingkungan Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu aktivitas belajar Sofyan bersama rekan-rekannya di Yayasan Mitra Netra, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. (kiri)
  • Sofyan sering mengikuti lomba rubik khusus bagi tunanetra dan ia pernah mendapatkan juara 2 pada lomba tersebut. (kanan)

Yayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang memusatkan programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra dibidang pendidikan dan lapangan kerja. Dari tempat ini Sofyan mulai belajar mengenal huruf Braille, belajar bahasa Jepang hingga mengikuti kursus komputer berbicara. Saat itu aku sempat bingung apa yang dimaksud dengan komputer berbicara, lalu Sofyan pun mengambil laptopnya untuk menunjukkan kepadaku apa itu komputer berbicara. Dengan mahir ia mengoperasikan perangkat komputernya tersebut, ia tak dapat melihat dengan jelas layar monitor, tetapi ia dapat mendengar dengan jelas suara dari komputer tersebut. Sofyan mendapatkan banyak pelajaran yang berguna baginya.

Jalinan Kasih yang Terus Berlanjut
Walaupun sudah 7 tahun Sofyan menjadi pasien penerima bantuan pengobatan Tzu Chi, relawan tetap selalu mengunjunginya. Sofyan juga sering diajak oleh para relawan untuk mengikuti kegiatan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Salah satu kegiatan yang baru saja diikuti yaitu kunjungan ke panti sosial. Ia merasa senang mengikuti kegiatan tersebut. “Sofyan menjadi lebih bersyukur, di sini masih ada orangtua, tinggal di rumah bersama orangtua, sedangkan mereka di sana sendiri tanpa orang tua,” cerita Sofyan.

Sofyan bercita-cita menjadi seorang konselor, yaitu seseorang yang mempunyai keahlian di bidang konseling. Oleh karena itu ia pun memutuskan menempuh pendidikan lebih lanjut di perguruan tinggi dan mengambil jurusan bimbingan konseling. Minat belajarnya yang besar dan nilai pelajarannya yang baik membuatnya mendapatkan beasiswa dari Yayasan Buddha Tzu Chi untuk biaya pendidikannya di Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI Jakarta. “Inilah Sofyan apa adanya. Sofyan ingin sukses, ingin membahagiakan orangtua. Sofyan ingin bisa cari uang sendiri, bisa mandiri,” kata Sofyan dengan penuh keyakinan.

  
 

Artikel Terkait

Sembako Menyambut Perayaan Idul Fitri

Sembako Menyambut Perayaan Idul Fitri

04 Mei 2023

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Siak) menyalurkan bantuan sembako untuk warga prasejahtera di Desa Sam Sam, Kabupaten Siak, Riau dalam menyambut Idul Fitri 2023.

Membentuk Insan Berkepribadian

Membentuk Insan Berkepribadian

31 Juli 2013 Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah insan Tzu Chi yang bukan hanya pintar namun juga berbudaya humanis. Demi mendukung tercapainya cita-cita tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi membuka sebuah program beasiswa karir yang di-launching pada Sabtu, 27 Juli 2013 lalu.
Pembinaan TIMA Bandung Kepada Relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stres”

Pembinaan TIMA Bandung Kepada Relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stres”

17 Februari 2014 Stres merupakan respon secara fisik, mental, atau emosional terhadap suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya ketegangan fisik atau mental.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -