“Kunjungan Kasih Telah Mengubah Tabiatkuâ€
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto Untuk menjaga hatinya, Endang selalu membawa buku kata perenungan 108 Master Cheng Yen di sakunya. Dengan buku ini, banyak manfaat kehidupan diperoleh, untuk dirinya, keluarga, dan orang di sekelilingnya. |
Awalnya, malam itu Endang Supriatna masih terlihat penuh senyum saat dipersilahkan naik ke atas panggung oleh pembawa acara dan berbagi cerita di atas podium yang telah disediakan untuknya. Kata-kata pun lalu meluncur deras darinya yang bercerita tentang perkenalannya dengan Tzu Chi.
|
Jodoh itu Harus Diusahakan Melihat itu, istrinya pun berujar, “Kamu tidak usah cari ke mana-mana, kalau belum jodoh kita tidak bisa.” Suatu saat, Endang yang seorang salesman cat ini menemui Asen Shixiong, salah satu konsumennya di daerah Kelapa Gading. Lalu Asen mengajaknya bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Dari situ (saya) baru tahu dan mulai ikut,” ujarnya. Acara pertama yang diikuti adalah perayaan Waisak Tzu Chi yang diadakan di JITEC Jakarta. Saat mengikuti acara, ia awalnya berpikir akan mendapatkan tempat sendiri. “(Saya) berdiri terus selama dua jam. Berdiri dan mengikuti acara walau ga ngerti,” kata Endang yang lalu diselingi gelak tawa para hadirin yang mendengarkan. Waktu itu, ia juga tetap memperhatikan istrinya yang juga ikut karena khawatir tak kuat berdiri lama-lama. Walaupun harus berdiri lama dan tidak mengerti, Endang tetap mengikuti acara hingga selesai. “Mungkin ini jalan saya di Tzu Chi,” begitu pikirnya waktu itu. Salah satu motivasi Endang bergabung di Tzu Chi adalah karena ia memang suka dengan kegiatan sosial. Menerawang Masa Lalu Ket : - Endang tak kuasa menahan derai air mata saat mengingat masa-masa lalunya di mana anak-anaknya tak “Karena papanya keras suka main tangan. Kalau ada apa-apa maunya menang sendiri. (Saya) kan kepala rumah tangga. Segala sesuatunya (saya) yang mengatur,” imbuhnya mengulang kenangannya di masa-masa itu. Jadinya, anak-anak pun setelah pulang tidak pernah mencari Endang. Yang mereka cari adalah mamanya. “Mereka selalu tanya, ‘Mama mana?’ Tidak pernah tanya saya,” katanya terisak-isak. Senyum di wajah Endang kini pudar, kesedihannya di masa lalu ia ungkapkan kepada para hadirin. Ungkapan kesedihan betapa hidupnya di masa lalu penuh derita, terperangkap di rumah sendiri karena sikapnya yang keras. “Jadi (saya) terkadang gimana yah, pengen pulang cepet ke rumah tapi anak merasa gak nyaman,” galaunya. Hadirin yang mendengarkan sharing Endang pun tertegun dan menyimak dengan penuh arti. Sebagai ungkapan perhatian, cinta kasih, dan dukungan, para relawan yang hadir memberikan tepuk tangan untuk Endang. Kunjungan Kasih yang Mengubah Hidup Ia berpikir, kalau bisa berbuat untuk orang lain mengapa ia tidak bisa berbuat hal yang sama untuk keluarganya. Setelah ikut kunjungan kasih dan kegiatan lain itulah, Endang akhirnya mencoba untuk berubah. “Kini (saya) banyak mengalah untuk anak,” tandasnya. Kebahagiaan pun perlahan menyelimuti kehidupan keluarganya. “(Saya) sebahagia (ini) sekarang. Kalau anak pulang sekolah dan melihat sepeda motornya, sekarang anak saya selalu tanya ke mamanya, ‘Papa mana, Ma, kok pulang cepat?’” katanya tersenyum. Titik air mata pun lantas berhenti menetes dari kelopak mata Endang saat menceritakan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Sekarang ia bahagia karena anak-anak pun mau diajaknya bepergian. Dahulu hampir tak pernah mau. Ia pun berharap, ke depannya keluarganya akan lebih harmonis lagi. Ket : - Liliawati Rahardjo sedang berbagi sharing kepada para hadirin seputar keikutsertaannya menjadi relawan Selain Endang Supriatna, Dewi Shijie juga sempat memberikan sharing seputar kehidupannya yang berubah usai membaca sebuah kutipan dari buku Sanubari Teduh yang dibelinya di Jing-Si Books and Café Kelapa Gading, Jakarta Utara. Buku 108 Kata Perenungan Kata perenungan lain dari Master Cheng Yen yang selalu diingatnya adalah “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup ini, berbakti kepada orangtua dan melakukan kebijakan”. Maka ia pun berharap, Tzu Chi dapat lebih maju dan semua orang dapat merasakan cinta kasih. Endang pun lantas mengakhiri sharing, dan tepukan tangan pertanda dukungan dari para relawan Tzu Chi terdengar membahana di seisi ruangan acara. Kedatangan Relawan Singapura dan Malaysia Dalam kata sambutannya, Liu Su Mei, ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengucapkan terima kasih atas kedatangan para relawan Tzu Chi mancanegara ini. Liu Su Mei juga sempat mengatakan bahwa Kelapa Gading merupakan tempat asal para relawan mula-mula melakukan kegiatan Tzu Chi di Indonesia. Ket : - Relawan Tzu Chi Indonesia dengan rapi menyambut kedatangan relawan Tzu Chi Malaysia yang juga berbaris rapi. Inilah salah satu budaya kemanusiaan yang sama-sama dipahami dan diterapkan oleh semua relawan Tzu Chi. (kiri) Sementara itu, Liliawati Rahardjo mewakili Tzu Chi Hu Ai Kelapa Gading dalam sharingnya mengatakan awalnya ia tidak berani masuk ke Tzu Chi karena tidak berani menanggung tanggung jawabnya. “(Saya) tidak ingin masuk ke Tzu Chi memang karena takut tidak dapat melakukannya dengan baik. Tetapi pada akhirnya atas ajakan shixiong dan shijie, saya masuk ke Tzu Chi,” ujarnya penuh senyum. Salah satu kegiatan yang pernah diikutinya adalah kegiatan daur ulang. “Dalam melakukan kegiatan Tzu Chi, para relawan dapat saling sharing dan belajar banyak dari kegiatan yang diikutinya,” paparnya. Beragam acara dipertunjukkan malam itu. Para relawan Tzu Chi Singapura dan Malaysia tampak betul-betul menikmati acara di kunjungan hari pertama ini. Malam makin larut, acara pun berakhir, namun kisah sharing yang disampaikan tak akan lekang oleh waktu. Cinta kasih itu kini telah bersemi di hari setiap orang, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, dan kewarganegaraan. | |
Artikel Terkait
Menanamkan Kesadaran Pentingnya Melestarikan Lingkungan
28 Maret 2019Wujud Toleransi dalam Memperbaiki Rumah Ibadah
24 Mei 2023Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Papua) memperbaiki gereja di Desa Yadauw, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura pada Jumat, 12 Mei 2023.