"Lekas Sembuh Jefri"
Jurnalis : Iea Hong (He Qi Utara), Fotografer : Iea Hong (He Qi Utara) Dengan perhatian yang tulus dari banyak orang, maka semangat hidup Jefri akan pulih kembali. |
| ||
Tanggal 8 April 2012, jarum jam tepat menunjukkan pukul 13.30 WIB saat kami tiba di pelataran parkir sebuah rumah sakit yang terletak di daerah Jakarta Timur, sebuah rumah sakit yang anggun dengan bangunan bergaya kolonial. Sebuah bangunan dengan bentuk yang sederhana, tetapi menampilkan kekokohan dari sebuah bangunan lama. Setelah melangkahkan kaki kami ke dalam rumah sakit ini. Kesan dingin dari sebuah rumah sakit yang umumnya akan terasa ketika memasuki sebuah rumah sakit tidak terlalu terasa. Semakin kami melangkah ke dalam, tampak ruang luas yang dipenuhi pohon-pohon besar yang rindang, benar-benar tidak terkesan sebagai sebuah rumah sakit, malah lebih tepat seperti tempat rekreasi alam. Lorong-lorong panjang yang menghubungan satu bagian ke bagian bangunan lainnya tampak begitu rapi mengelilingi taman yang indah ini. Kaki kami segera menyusuri lorong-lorong tersebut menuju ke bagian belakang gedung, tempat dimana sebagian pasien dengan jaminan pemerintah dirawat. Setelah melewati pemandangan alam yang begitu indah, kami agak sedikit terkejut karena tempat pasien jaminan dirawat harus melalui sebuah jalan yang seperti jalan setapak, bahkan tidak terkesan kalau melewati bagian jalan ini di baliknya akan ada ruang rawat yang lain.
Keterangan :
Tapi keterkejutan kami agak terbayar, melihat ruangan perawatan di bagian ini pun cukup rapi dan bersih dengan bangunan yang cukup kokoh, walaupun sedikit tersembunyi di belakang rumah sakit yang anggun ini, tapi di bagian ini pasien pun ditangani dengan cukup baik. Kali ini kami mengunjungi seorang pasien yang bernama Jefri, yang saat ini baru berumur 27 tahun. Jefri didiagnosa menderita penyakit “Paraplegia” atau penurunan fungsi motorik yang sebabkan oleh cidera pada tulang belakang. saat kami tiba Jefri masih terbaring lemah dengan ditemani oleh mama, papa, dan juga tantenya. Tidak perlu waktu lama bagi mata kami untuk langsung tertuju pada sebuah selang besar yang dipasang menembus kulit lehernya yang tipis. Selang ini berfungsi mengalirkan oksigen ke dalam tubuh Jefri, tetapi bagi kami pemandangan ini sudah cukup mengenaskan. Jefri adalah seorang pemuda dengan perawakan cukup tinggi dengan kulitnya yang putih bersih dan wajah yang cukup tampan. Seharusnya saat ini dia sedang meniti kariernya menuju puncak, dan menjadi tulang punggung yang dapat menopang seluruh keluarga. Tetapi keadaan kadang tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Setelah mengalami sakit kepala saat di kantor, menyebabkannya harus masuk ke rumah sakit, dan hari berikutnya mengalami koma sampai 2 minggu. Setelah siuman kondisinya telah cukup parah. Kini seluruh tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan, kaki dan tangan yang tadinya bisa bergerak lincah kini telah tidak berfungsi. “Kini sudah agak sedikit perubahan setelah dipindahkan ke sini,” kata papa Jefri menjelaskan. Ternyata sebelumnya Jefri pertama kali dirawat di sebuah rumah sakit swasta di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat. Setelah dirawat di sana sekitar 2 bulan, karena keterbatasan biaya akhirnya mereka meminta untuk dirawat di rumah. Baru sehari pulang ke rumah kondisi pasien kembali memburuk, dan akhirnya harus segera di bawa kembali ke rumah sakit yang kini sedang kami kunjungi.
Keterangan :
“Untung kemarin banyak yang memberikan bantuan sehingga kami bisa keluar dari rumah sakit di sana. Kami sudah habis-habisan, uang penjualan rumah pun telah habis. Seharusnya uang penjualan rumah untuk kami pindah ke rumah lain yang lebih dekat dengan tempat kerja Jefri,” ungkap papanya dengan mata berkaca-kaca, seolah menyiratkan sebuah harapan untuk kehidupan yang lebih baik, meski kini secara perlahan harapan itu mulai menjauh. “Kini harapan kami hanya melihat anak kami satu-satunya ini bisa sembuh kembali. Berapa banyak pengorbanan yang harus kami lakukan tidak masalah,” tegas sang papa. Hal ini memberikan kami pelajaran yang sangat berharga, betapa setiap orang tua hanya mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, walaupun kondisi sendiri mengalami kesulitan yang sangat besar, tetapi semua kesulitan itu bisa dipikulnya demi kebahagiaan sang anak. Mereka tidak mengharapkan harta yang banyak, tidak juga mengharapkan kehidupan yang lebih baik, tapi hanya berharap anaknya bisa segera sembuh dari penyakitnya, dan bisa menjalani hari-hari dengan bahagia. Hari itu kami mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga, keadaan tidak selalu seperti saat ini, dalam kondisi baik-baik saja. Setiap saat tanpa kita duga, keadaan bisa berubah, segala yang kita kejar dan telah kita gapai bisa lenyap dalam seketika. Harta sebanyak apapun akan habis, kondisi tubuh pun akan melemah, saat itu mungkin kita akan bertanya apa yang telah kita berikan bagi dunia, bagi masyarakat? Bila saat ini kita masih dalam kondisi yang sehat, maka segeralah melakukan hal-hal yang bisa memberikan manfaat bagi dunia maupun bagi masyarakat, sehingga bila saat kita telah tidak bisa berdaya, dan pertanyaan apa yang telah kita berikan bagi dunia, hari itu kita bisa mengatakan, “Dalam hidup saya yang singkat, walaupun sedikit tapi saya pernah berguna bagi dunia, bagi masyarakat”. Sebelum meninggalkan ruang rawat Jefri, kami bertujuh (relawan Tzu Chi) sempat membacakan doa yang dipimpin oleh koordinator kami hari itu Chen Yek Ciau Shijie. Dalam hati kami semua berharap Jefri bisa segera sembuh dari penyakitnya dan bisa menjalani hari-harinya kembali dengan baik. Akhirnya kami meninggalkan rumah sakit pukul 14.20 WIB dan melanjutkan perjalanan ke pasien lain yang juga mendapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. | |||
Artikel Terkait
Memberi Semangat dan Cinta Kasih
09 Oktober 2017Pada 1 Oktober 2017, relawan Tzu Chi Bandung mengunjungi Yayasan Aziziyah di Desa Maruyung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Selain memberikan pendampingan kepada 26 anak yang mengikuti terapi, relawan juga mengunjungi rumah anak-anak tersebut.