“Mari Kita Peduli”

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoLebih kurang 37 relawan Tzu Chi Kelapa Gading melakukan kegiatan pemilahan sampah daur ulang sebagai salah satu bentuk kepedulian mereka terhadap bumi.

Dengan menggunakan kedua tangan untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah, bumi ini akan menjadi lebih asri dan terjaga

“Kertas yang berwarna putih dipisahkan, sedangkan yang berwarna itu masuk ke dalam katagori sampah kertas boncos (murah-red). Kalau kita bisa jaga bumi dengan baik, maka bumi juga bisa lebih bersih kan, Pak? Apalagi kalau kita bisa ajak banyak teman yang ikut, jadi lebih banyak orang yang peduli lingkungan, maka semakin baik,” terang Giok Chin dengan penuh semangat kepada salah satu relawan.

Minggu, 25 Juli 2010, lebih kurang 37 relawan Tzu Chi dari He Qi Timur (Kelapa Gading) berkumpul di Posko Daur Ulang Tzu Chi Kelapa Gading di Jl. Pegangsaan Dua, Jakarta Utara untuk melakukan kegiatan pemilahan sampah daur ulang. Para relawan yang berasal dari beberapa Xie Lie tersebut dengan penuh semangat mulai memilah sampah kertas ke dalam beberapa bagian. Ada yang memilah antara kertas putih dengan yang berwarna, ada pula yang memisahkan barang-barang yang masih bisa terpakai (buku pelajaran) dengan barang-barang yang harus didaur ulang. Tidak hanya itu, para relawan yang datang pun mayoritas juga membawa sampah daur ulang dari rumah mereka sendiri.  

foto  foto

Ket : - Para relawan juga membawa sampah daur ulang dari rumah mereka untuk disumbangkan ke Posko             Daur Ulang Kelapa Gading.(kiri)
         - Walaupun sudah berumur 72 tahun, Susatio tetap bersemangat melakukan pemilahan sampah. (kanan)

Tumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Menurut Endang Supriatna selaku kordinator, kali ini ada perubahan metode dalam kegiatan daur ulang yang dilakukan. Ia menuturkan, “Kalau biasanya kegiatan daur ulang hanya terjadwalkan, kali ini setiap Xie Li memiliki satu kordinator kegiatan pelestarian lingkungan. Jadi setidaknya setiap Xie Li memiliki rasa tanggung jawab untuk hadir dalam kegiatan daur ulang tersebut. Seperti saat ini, walaupun yang bertanggung jawab adalah Xie Li 3, tapi teman-teman dari semua Xie Li juga ikut membantu.”

Kerja sama dari seluruh relawan memang sangat dibutuhkan, apalagi melihat sampah daur ulang yang terkumpul di posko memang sangat banyak. “Kami bisa menerima sampah lebih kurang 3-4 mobil sampah daur ulang setiap harinya, sehingga proses pemilahannya pun menjadi kurang diperhatikan,” jelas Endang. Oleh karena itu, ia berharap metode baru yang diterapkan semakin membangkitkan semangat para relawan untuk melakukan pemilahan sampah di posko daur ulang.  

Selain kegiatan pemilahan sampah daur ulang, para relawan Tzu Chi juga rutin melakukan kegiatan sosialisasi kepada warga Kelapa Gading mengenai kegiatan pemilahan sampah dan Posko Daur Ulang Tzu Chi Kelapa Gading. “Sebelum sosialisasi, banyak warga yang tidak mengerti bahwa sampah yang mereka kumpulkan ternyata bisa menghasilkan emas. Setelah mereka tahu bahwa sampah-sampah itu bisa membantu orang yang membutuhkan, maka tidak hanya menjadi donatur sampah, tidak jarang dari mereka juga mulai bersedia ikut serta melakukan pemilahan sampah,” tambah Endang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Asen, salah satu relawan Tzu Chi, “Terkadang masyarakat tidak mau tahu, karena mereka tidak tahu. Oleh sebab itu, kita harus terus memberikan informasi kepada mereka mengenai apa yang bisa kita lakukan untuk terus menjaga bumi. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menyelamatkan bumi, ini adalah tanggung jawab kita semua.”

foto  foto

Ket : - Susi membawa serta anak dan ibunya untuk turut serta melakukan daur ulang sampah.Semakin banyak             orang yang melakukan kegiatan ini, maka lingkungan akan semakin terjaga. (kiri)
         - Setelah pemilahan sampah selesai dilakukan, para relawan diajak untuk sharing. Yahya, salah satu             relawan mengungkapkan kegiatan ini bisa berguna bagi mereka yang berusia lanjut. (kanan)

Semakin Banyak, Semakin Baik
Banyak wajah baru mewarnai kegiatan daur ulang kali ini. Susatio Widiasuhardja, seorang kakek berumur 72 tahun yang baru saja mendapatkan informasi mengenai kegiatan daur ulang ini pun mengaku langsung tertarik ketika diajak untuk turut serta. “Saya adalah seorang guru, sejak dulu saya memang suka melakukan kegiatan sosial. Setelah saya pensiun dua tahun lalu, saya sudah tidak lagi bisa melakukan kegiatan sosial hingga akhirnya salah satu relawan Tzu Chi memperkenalkan saya dengan kegiatan ini,” ucapnya.

Susatio merasa sangat senang, karena walaupun dia sudah berusia lanjut, tapi ternyata dia masih bisa melakukan sesuatu untuk bumi dan orang lain. “Awalnya tidak menyangka yah, kalau dengan melakukan pemilahan seperti ini kita bisa membantu banyak orang,” ungkapnya, “sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih, sebuah slogan yang sangat baik.” Selain Susatio, Susi, salah satu relawan dari Xie Li 3 juga rutin mengajar Jesica Abue, putrinya, untuk turut serta melakukan pemilahan sampah daur ulang. “Saya melihat kegiatan pemilahan sampah ini sangat penting dan perlu dilakukan. Oleh karena itu, saya juga sudah mulai melakukan kegiatan pemilahan sampah di rumah,” ucap ibu dari tiga orang anak, yang mengaku selalu menyiapkan dua tempat sampah untuk pemilahan.

Kebiasaan baik ini juga Susi tularkan kepada seluruh anggota keluarganya. Bahkan Jesica, salah satu putrinya sudah sangat paham akan arti penting kegiatan pelestarian lingkungan. “Dia (Jesica-red) pernah bilang sama saya, “Ma, kita kalau ke mal, jalan kaki saja biar bisa hemat energi.” Mendengar itu, saya pun langsung merasa terharu,” tambah Susi. Kepedulian akan pelestarian lingkungan memang harus ditanamkan sejak dini. Dimulai dari diri sendiri, yang kemudian memberikan inspirasi bagi orang lain, sehingga bersama-sama bergotong royong menjaga bumi ini. Seperti yang dituturkan Jesica, “Kita tidak boleh takut kotor untuk membuat bumi kita bersih dari sampah.”

  
 
 

Artikel Terkait

Sarapan Sehat: Tzu Chi Memulai Program Sarapan Sehat untuk Siswa-Siswi Sekolah Dasar

Sarapan Sehat: Tzu Chi Memulai Program Sarapan Sehat untuk Siswa-Siswi Sekolah Dasar

15 Mei 2024

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memulai program Sarapan Sehat dengan membagikan susu kotak dan roti pada pagi hari untuk murid-murid sekolah dasar. Program Sarapan Sehat ini akan berlanjut terus di sekolah-sekolah yang sudah di tentukan oleh anggota TNI-Polri.

Inspirasi Sang Librarian

Inspirasi Sang Librarian

12 Februari 2018
Ahmad Tohir, seorang pustakawan sekaligus Guru Agama Islam di SD Tzu Chi Indonesia Pantai Indah Kapuk Jakarta memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat kreasi barang-barang daur ulang untuk hiasan perpustakaannya. Juga mengajarkan cara membuat kreasi recycling tersebut kepada murid-murid di sela-sela waktunya.
Tak Merasa Sendirian Karena Mendapat Perhatian Relawan Tzu Chi

Tak Merasa Sendirian Karena Mendapat Perhatian Relawan Tzu Chi

16 Agustus 2022

Bantuan dari Tzu Chi juga perhatian para relawan membuat Wahyudianto (28) tak merasa sendirian. Yudi, begitu ia disapa sudah 17 tahun ini didera rasa sakit yang luar biasa karena penyakit TBC Tulang. Akibat penyakit ini, ia lumpuh. Dan untuk tetap bisa beraktifitas, Yudi pun mesti merangkak.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -