“Mengetahui, Menyayangi, dan Menciptakan Berkah”

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Diwakili oleh Wen Yu, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima dana dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang diwakilkan oleh Nelly Rusli. Dana tersebut merupakan sumbangsih dari perusahaan maupun para karyawan Indofood.

Dikisahkan, ada seorang raja yang sangat gemar berburu. Suatu hari raja dan rombongannya berburu di sebuah hutan. Saat ia melepaskan busur dari panah hendak memanah seekor rusa, jari kelingkingnya putus terkena busur panah. Raja pun marah dan menghukum penjara penasihat istananya. Di lain waktu, raja dan rombongannya pun kembali berburu ke hutan. Makin lama, raja dan penasihat istana yang baru makin jauh masuk berburu ke dalam pedalaman. Mereka lalu terpisah dari para pengawal. Di pedalaman ini, masih hidup suku kaum primitif yang masih suka melakukan upacara persembahan manusia. Raja dan penasihat pun tertangkap.

Sebelum dikorbankan, suku primitif ini selalu memeriksa terlebih dahulu setiap manusia yang akan mereka korbankan. Saat sang raja mereka periksa, ternyata jari kelingking tidak ada, maka ia pun urung dijadikan korban dan dilepaskan kembali. Sementara, penasihat istananya tetap dijadikan korban persembahan.

Terbirit-birit, sang raja kembali ke istana. Setibanya di sana, ia segera datang ke penjara dan menemui penasihat istana yang telah dipenjarakannya. Raja berlutut mengucapkan terima kasih karena berkat tiadanya jari kelingking, ia luput dari kematian. Mengetahui apa yang telah menimpa sang raja, penasihat istana juga berlutut dan mengucapkan terima kasih kepada sang raja. Karena ia dipenjara, ia pun akhirnya luput dari kematian. Kisah di atas adalah sebuah pesan waisak yang disampaikan oleh Biku Dhammakaro dalam perayaan Waisak Persaudaraaan Buddhis Indofood pada tanggal 30 Mei 2009, yang bertempat di Hotel Mercure, Jakarta.

“Di balik setiap peristiwa, pasti ada berkah, termasuk bencana sekalipun,” tutur Biku Dhammakaro. Beliau juga mengatakan bahwa karena sedemikian sulitnya terlahir sebagai manusia, maka kita yang telah dilahirkan harus mensyukurinya sebagai berkah. Apalagi terlahir dengan sempurna secara fisik.

foto  foto

Ket : - Biku Dhammakaro sedang memberikan pesan Waisak kepada para undangan mengenai betapa
           pentingnya mengetahui, menyayangi, dan menciptakan berkah dalam kehidupan. (kiri)
         - Seorang anak dengan mimik yang serius dan penasaran memperhatikan dan membaca kata-kata yang
           terdapat pada celengan bambu Tzu Chi. (kanan)

Kembali Menyadari Berkah
Ketua panitia perayaaan Waisak, Hantoro Tanoto mengatakan perayaan ini reguler tiap tahun dilakukan dan didukung oleh manajemen perusahaan. Berkaitan dengan tema tahun ini “Mengetahui, Menyayangi, dan Menciptakan Berkah”, ia mengatakan tema ini diambil karena kebanyakan dari kita tidak sadar telah mendapatkan berkah. “Lebih banyak yang melihat kekurangan. Maka ini untuk mengingatkan kembali bahwa hidup kita ini sebenarnya penuh berkah,” tandasnya. Sebagai contoh, ia menceritakan bagaimana sebagai karyawan kita sering kali mengeluh dengan banyaknya pekerjaan yang bertumpuk, padahal di luar sana, banyak orang yang pontang panting sedang mencari pekerjaan.

“Untuk tahun ini, kita bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Harapannya bisa belajar lebih banyak dan menciptakan berkah selanjutnya,” tambah Hantoro. Jika di tahun sebelumnya perayaan Waisak Persaudaraan Buddhis Indofood lebih mengarah kepada yang bersifat hiburan, untuk tahun ini lebih condong ke arah yang punya kegiatan sosial, ada maknanya, dan hal-hal yang bisa dikontribusikan. “Semoga bisa menjadi kesempatan yang bagus,” harap Hantoro.

Pagi itu, wakil dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, diwakili oleh Nelly Rusli menyerahkan dana kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang diterima oleh Wen Yu. Dana ini tidak saja dari manajemen Indofood namun juga dari para karyawannya yang berkontribusi. Selain itu, di setiap bag pack, para undangan yang datang juga menerima sebuah celengan bambu dari Tzu Chi. Rencananya, dalam kurun waktu tiga bulan ke depan, tepatnya pada saat perayaan hari Asadha (salah satu hari besar agama Buddha –red), celengan-celengan bambu ini akan dikumpulkan kembali.

“Mulai belajar lagi menabung dan berdana secara teratur. Walaupun nilainya tidak besar, namun terpenting ketulusan dan keteraturannya,” ungkap Hantoro menjelaskan. Ia pun mengatakan, semoga setelah mendengarkan pesan Waisak dari biku dan presentasi Tzu Chi, para peserta dapat pulang dengan pemahaman dan pengertian yang lebih baik tentang berkah yang telah diterima dan bagaimana menciptakannya.

foto  foto

Ket : - Hantoro Tanoto, Ketua panitia perayaan Waisak Persaudaraan Buddhis Indofood sedang memberikan kata
           sambutan dan menjelaskan tema acara kepada para undangan. Perayaan tahun ini berbeda sebab
           di samping hiburan, para undangan juga dihimbau agar peduli pada sesama. (kiri)
         - Pertunjukan shou yu murid-murid taman kanak-kanak Cinta Kasih Tzu Chi membuat seorang anak tertarik
           untuk melihat lebih dekat. Kesamaan usia mungkin membuat anak ini tertarik untuk menjalin persahabatan
           lebih erat. (kanan)

Pesan Cinta Kasih
Kesan cinta kasih yang disampaikan sangat dirasakan oleh Handy dan keluarganya. Bagi Handy, perayaan Waisak kali ini mengingatkan kita sebagai umat manusia untuk sadar akan sesama. “Tidak memikirkan diri sendiri,” tuturnya. Dan bagi Susan (34) istri Handy, perayaaan Waisak kali ini sangat bagus luar biasa, sebab mengajarkan cinta kasih kepada semua makhluk. “Beda. Ini lebih luar biasa,” ujarnya. Ia pun menambahkan, kalau tahun ini lebih mengarah kepada kemanusiaan. “Hati kita tersentuh, acara ini bagus didukung Tzu Chi yang banyak berbuat amal. Kita juga merasa bahagia banget,” paparnya. Kedua anak mereka Marvela (7) dan Kevin (9) juga mengatakan perayaan tahun ini lebih bagus. Apalagi saat melihat pertunjukan bahasa isyarat tangan yang diperagakan oleh murid-murid taman kanak-kanak Cinta Kasih Tzu Chi.

Bukan hanya para undangan yang merasakan pesan cinta kasih yang disampaikan, panitia perayaan pun merasakan kesan yang sama. Liana (22), salah satu panitia mengatakan perayaan Waisak tahun ini beda banget dengan tahun lalu. “Sekarang lebih ke sosial. Yang menarik dan menggugah adalah pas yang ngebantu. Nyentuh banget, apalagi pas cuplikan lagu Kali Angke,” ujar Liana yang kemudian berniat untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Seorang panitia lain, Heriana (25) juga menyampaikan kesan senada. “Menyentuh banget. Sampe merinding,” akunya. Mereka pun berharap, para undangan yang datang dapat tergugah dan mencontoh dari apa yang mereka saksikan hari itu.

Dalam acara itu, 30 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dari He Qi Selatan dengan bersemangat menampilkan yang terbaik agar pesan cinta kasih Tzu Chi dapat dirasakan para undangan yang hadir. Hari itu, Tzu Chi menampilkan kilas balik Tzu Chi tahun 2008, sejarah singkat Tzu Chi, penampilan shou yu dari adik-adik kecil taman kanak-kanak Tzu Chi, penayangan lagu Kali Angke yang Kekal, dan informasi singkat mengenai DAAI TV Indonesia. “Happy sekali, banyak yang datang dan sukses,” ujar Rui Hoa seorang relawan ketika acara telah berakhir di siang harinya.

 

Artikel Terkait

TIMA Global Forum 2023: Belajar bersama dalam TIMA Global Forum

TIMA Global Forum 2023: Belajar bersama dalam TIMA Global Forum

21 Juni 2023

Sebanyak 23 dokter Perkebunan Sinar Mas dari Sumatera hingga Papua turut hadir dalam TIMA Global Forum di Tzu Chi Center 16-17 Juni 2023. Forum kesehatan internasional yang melibatkan delegasi dari 9 negara ini dibuka langsung Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.

Menguatkan Kerja Sama di Bidang Kemanusiaan

Menguatkan Kerja Sama di Bidang Kemanusiaan

24 September 2019

Tzu Chi Indonesia dan TNI memperpanjang dan memperbaharui lagi Nota Kesepahaman (Mou) yang telah ditandatangani sebelumnya. Nota Kesepahaman ini mencakup tentang kerja sama dalam penanganan bantuan bencana alam, bantuan sosial dan bantuan kemanusiaan, serta pelestarian lingkungan.

Kebersamaan untuk Menjaga Ajaran Buddha

Kebersamaan untuk Menjaga Ajaran Buddha

22 Mei 2015 Senja di Pusat Kota Khatmandu, 19 Mei 2015, tepatnya di Diamond Hall Grand Hotel, Khatmandu, relawan Tzu Chi mengadakan Ai Sa (Sosialisasi Tzu Chi). Satu kegiatan pengenalan Tzu Chi yang juga bertujuan untuk membagikan perhatian dan cinta kasih pada masyarakat yang kali ini adalah para staf Grand Hotel.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -