“Rekreasi Batin”

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan , Henry Tando (He Qi Utara)
 

foto
Kegiatan daur ulang dilakukan di depan Aula Jing Si, agar dapat menarik perhatian orang yang lewat, mengajak mereka untuk ikut berpartisipasi dalam misi pelestarian lingkungan.

Mungkin banyak orang yang tahu betapa pentingnya melestarikan lingkungan, banyak juga yang tahu bila lingkungan tidak dijaga dengan baik maka kita sendirilah yang akan menanggung akibatnya. Namun berapa banyak di antara kita yang menyadari dan kemudian mempraktikkan pelestarian itu dengan baik? Relawan komunitas Pantai Indah Kapuk (PIK) yang biasanya melakukan pemilahan barang daur ulang di dalam ruangan, mencoba melakukannya di ruang terbuka.

Di depan Tzu Chi Centre, Pantai Indah Kapuk, Minggu pagi, 15 Desember 2013, persis di pinggir jalan di bawah pohon rindang, relawan mendirikan sebuah tenda biru berlogo Tzu Chi. Beberapa banner berisi pengetahuan mengenai pelestarian lingkungan berdiri di samping tenda. Di bawah tenda itu berderet beberapa lingkaran kursi putih dengan para relawan yang memilah barang daur ulang. Tiap kelompok relawan memilah botol plastik, gelas plastik, kertas, dan kaleng aluminium.

Posko “darurat” yang hanya berdiri sebulan sekali dan tidak lebih dari 3 jam itu adalah salah satu upaya relawan agar menarik lebih banyak orang lagi untuk mempraktikkan daur ulang. Sekelompok orang dengan setumpuk barang daur ulang ternyata cukup menarik orang-orang yang lewat, kebanyakan adalah pengendara mobil dan motor. Posko tersebut makin mencolok tatkala beberapa relawan berdiri di depan posko dengan setumpuk brosur dan buletin Tzu Chi di tangan. Sembari tersenyum ramah seakan-akan menyambut pengendara yang lewat. Beberapa anak kecil dari Qin Zi Ban (kelas budi pekerti Tzu Chi) yang hadir saat itu juga tidak mau ketinggalan, dengan semangat mereka juga ikut mejeng dan melengkapi mencoloknya posko. Mereka melambai-lambaikan brosur dan buletin agar kendaraan yang lewat menghampiri mereka. Usaha mereka tidak sia-sia, banyak kendaraan yang berhenti dan menerima informasi dari mereka.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan berkumpul di depan Aula jing Si dan bersama-sama melakukan pemilahan barang daur ulang. Terdapat banyak relawan yang baru bergabung dan beberapa di antara mereka ada yang baru pertama kali ikut kegiatan (kiri).
  • Baik pengendara mobil maupun angkutan umum, banyak yang tertarik dan berhenti untuk menerima buletin dan brosur yang ditawarkan relawan (kanan).

Sukacita Bersumbangsih Tanpa Pamrih
Cuaca saat itu seakan-akan sangat mendukung kegiatan yang dimulai sejak pukul 07.00 pagi. Hingga pukul 10.00, awan-awan masih setia melindungi para relawan dari teriknya sinar matahari. Dari 63 relawan yang hadir pagi itu, tidak satupun wajah di antara mereka yang luput dari senyum. Semua bekerja dengan sukacita. Sukacita yang timbul dari hati yang bersumbangsih tanpa pamrih, tak terkecuali anak-anak. Bahkan salah satu kelompok kerja “dikuasai” oleh anak-anak. Menumbuk kaleng aluminium hingga penyok ternyata sangat menarik minat mereka. Alat penumbuk yang hanya tersedia dua buah seringkali diperebutkan. Sesekali relawan menasehati dengan penuh kasih, “Ayo, kamu sudah keringatan, istirahat dulu ya, gantian dengan yang lain.” Walaupun rambut dan baju sudah basah oleh tetesan keringat, Ronald (10) merasa sangat senang bisa hadir dan ikut bersumbangsih. “Datang sama James, sepupu saya, diantar sama supir, mama gak bisa datang...” ujarnya sambil mengelap peluh di dahi. “Lain kali mau datang lagi gak?” tanyaku. “Mau” jawabnya dengan anggukan keras dan senyum puas. “Mau lagi, mengapa?” tanyaku lagi. “Seru” jawabnya dengan suara yang lebih semangat dan senyum lebih lebar.

foto  foto

Keterangan :

  • Bahkan pengendara sepeda motor juga dengan senang hati menerima buletin Tzu Chi yang dibagikan oleh para relawan (kiri).
  • Indah Dewi Farida (tengah) beserta suami dan putrinya saat melakukan kegiatan daur ulang di depan Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk (kanan).

Menariknya daur ulang dan praktik nyata juga sangat dirasakan oleh Pandji Utama (61) “Puas..., selama ini hanya lihat di tivi, hari ini bisa datang, melihat dan melakukan langsung. Luar biasa..!” ujar pensiunan TNI-AU ini dengan senyum puas tanpa kehilangan kesan wibawanya semasa masih bertugas. Pandji yang baru bergabung sebagai relawan ini datang bersama dengan Indah Dewi Farida (54) dan Cendikia Dewi (21), yaitu sang istri dan putri tercinta. Walaupun bertempat tinggal di Cilangkap, Jakarta Timur, tapi tidak menyurutkan niat mereka untuk hadir dan turut bersumbangsih. Ternyata sang istri-lah yang mengajaknya sehingga bisa ikut bergabung dalam kegiatan Tzu Chi. “Saya sudah lama tahu Tzu Chi, saya tiap hari nonton DaAi TV, Lentera Kehidupan, drama kisah nyata, buku-buku yang terbit dalam Bahasa Indonesia sudah saya beli dan baca semua. Ilmu Ekonomi, Sanubari Teduh Satu, Sanubari Teduh Dua, Teladan Cinta Kasih, Lingkaran Kehidupan. DVD juga yang Gladiol Bersemi, dan yang lagi main malam jam 10, itu saya beli DVD nya. Saya suka itu semua. Kita sebenarnya tidak ada beda-beda ya, menonjolkan kelompok sendiri itulah yang seringkali menimbulkan ego,“ ungkap Indah, sang istri yang seolah-olah tidak sempat mengambil nafas saat dengan antusiasnya ia bercerita. Ia juga menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Master Cheng Yen, “Ajak-ajak ya kalo ke Taiwan, (saya) ingin ketemu Master,” ujarnya dengan penuh harap sekaligus cemas tidak bisa bertemu karena belum berseragam Tzu Chi. “Semuanya tergantung jodoh juga, ada tekad ada kekuatan,” ujar saya disertai seulas senyum berusaha menenangkan dan memberinya semangat. Ia pun mengangguk tanda setuju.

Indah Shijie walaupun seorang muslim tapi ia dapat menerima sepenuhnya ajaran yang Master Cheng Yen sampaikan. Ia menemukan banyak kesamaan makna kalimat pada ayat-ayat dalam keyakinan agamanya dengan kalimat yang Master Cheng Yen ucapkan. Kata-kata yang dipakai memang berbeda, tapi makna yang terkandung adalah sama adanya. Dari situ ia belajar melihat kesetaraan dan kesamaan, membuang sekat pemisah, memperluas sudut pandang dan membuka pikiran. Setelah beberapa kali mengikuti kegiatan Tzu Chi, Ia juga merasakan betapa jauh lebih bermanfaatnya daripada bergabung dengan ibu-ibu yang gemar bergosip pada umumnya. Hal ini membuat dirinya lebih menyadari arti dan arah kehidupan yang sebenarnya. “Ikut kegiatan daur ulang hari ini, saya merasa ini adalah rekreasi batin, cerah rasanya hati saya,” ujarnya menutup pembicaraan dengan senyum penuh kedamaian.

  
 

Artikel Terkait

“Terima Kasih Semuanya”

“Terima Kasih Semuanya”

28 Oktober 2009
Sebenarnya, semuanya sangat melelahkan, berjuang sendiri tanpa bantuan suami yang kini telah tiada. Namun saya harus tetap bertahan demi putri-putriku. Sebenarnya, saya sangat miris melihat kehidupan saya.
Belajar Berpuas Diri

Belajar Berpuas Diri

02 September 2019

Minggu, 25 Agustus  2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Budi Pekerti (Tzu Shao, setingkat SMP/SMA)  yang mempelajari tentang Kepuasan Diri. Kegiatan ini diikuti oleh 26 orang anak.

Suara Kasih: Kebajikan dan Cinta Kasih adalah Permata yang Paling Berharga

Suara Kasih: Kebajikan dan Cinta Kasih adalah Permata yang Paling Berharga

27 Januari 2014 Kita sangat bisa merasakan semangat budaya humanis dari ajaran Jing Si di sini. Saya merasa sangat berterima kasih. Lahan pelatihan diri ini sangatlah agung dan luas.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -