“Relawan Seperti Keluarga Sayaâ€
Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara) Encep (kanan) memperlihatkan hasil pemeriksaan jantung dari dokter di RSCM Jakarta kepada relawan Tzu Chi yang mengunjunginya. |
| ||
Encep berasal dari Pandeglang, Banten. Istri dan 3 anaknya masih tinggal dan bersekolah di sana. Ia merantau ke Jakarta bekerja sebagai supir harian. Anaknya yang sulung Rohmat Suryana (22) bekerja sebagai cleaning service di daerah Blok M Jakarta Selatan. Namun penghasilan putranya hanya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Jalinan jodoh Encep dengan Tzu Chi berawal saat Encep mengalami sakit hernia. Sekitar 7 bulan yang lalu Encep mulai merasa sakit di bagian sekitar bawah perutnya. Semakin lama semakin sakit di rasa. Lalu ia memeriksakan diri ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya. Di Puskesmas Encep dinyatakan oleh dokter menderita sakit hernia, lalu dokter menyarankan Encep harus di operasi di rumah sakit. Mendengar itu Encep langsung lemas karena untuk makan dan kirim uang ke kampung saja sudah sangat pas-pasan, mana mungkin lagi ada biaya untuk menjalani operasi. Di dalam kebingungan itu, Encep mendapat petunjuk dari teman-temannya yang menyarankan dia untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi. Lalu ia pun pergi mendaftar ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Gedung ITC Mangga Dua Lantai 6 Jakarta. Di hari-hari penantian untuk ikut baksos itu sangat menegangkan hatinya. Maklumlah begitu mendengar kata operasi saja dia langsung lemas karena tidak ada biaya dan takut setengah mati. “Saat menunggu hari-hari menjelang pelaksanaan baksos hati saya deg-degan terus, rasa takut akan dioperasi selalu membayang di mata saya. Saya benar-benar takut,” ujar Encep polos. Akhirnya sampailah hari yang sudah di tunggu- tunggu. Pada tanggal 12 Maret 2011, Encep ikut screening (pemeriksaan awal) operasi hernia di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, namun setelah dilakukan pemeriksaan Encep dinyatakan dokter mengalami kelainan jantung. Karena detak jantung yang tidak beraturan maka dokter segera menyarankan Encep untuk melakukan pemeriksaan jantung lebih lanjut agar hasilnya lebih maksimal. Mendengar itu, Encep pada tanggal, 24 Maret 2011 membuat permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Pada Tanggal 5 April 2011, relawan melakukan survei ke rumah kontrakan Encep. Rumahnya sangat kecil, dan lebih layak kalau disebut kamar berukuran 2,5 x 2,5 m. Setelah disurvei oleh relawan, dalam rapat diputuskan untuk memberi bantuan pemeriksaan jantung lebih lanjut di RSCM Jakarta. Tak berapa lama kemudian Encep pun melakukan pemeriksaan dengan seksama melalui scan, dekap jantung, dan lain sebagainya. Setelah menunggu beberapa hari dokter menyatakan bahwa jantung Encep sehat tidak kurang satu apapun. Namun Encep bingung dan bertanya pada dokter kenapa dia dinyatakan jantungnya ada masalah? Dokter pun mengatakan mungkin sewaktu mau ikut baksos itu Encep terlalu memikirkannya sehingga menjadi sebuah ketakutan dan ketika hari-hari menjelang dilaksanakannya baksos ia pun menjadi takut dan detak jantungnya menjadi tidak beraturan. Kata-kata dokter itu memang dibenarkan dan diakui oleh Encep. Karena Encep telah dinyatakan sehat dan jantungnya juga dinyatakan tidak bermasalah maka Encep sekarang sedang menunggu Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Kali ini Encep jangan takut lagi, jangan seperti kemaren pikirin terus soal operasi. Encep harus tenang karena operasi Hernia itu cepat selesainya dan anak-anak banyak yang operasi hernia jadi Encep jangan takut, biasa-biasa saja yah,” bujuk Benny Setiawan, relawan Tzu Chi. “Benar, jangan takut. Karena dengan melakukan operasi Encep baru bisa sembuh. Jadi banyak-banyak berdoa supaya semua berjalan dengan lancar yah,” timpal Tandri Shijie.
Keterangan :
Mendengar itu kepala Encep menganguk-angguk sambil berkata, “Saya tidak menyangka ketika dalam keadaan sakit ada orang yang begitu peduli pada saya. Saya benar-benar merasa sangat beruntung karena ketika relawan datang survei mereka begitu akrab dengan saya. Ketika melakukan pemeriksaan di RSCM Jakarta, relawan Acun begitu baik pada saya. Sekarang relawan datang berkunjung, saya sangat terharu sekali.” “Perhatian relawan kepada setiap orang adalah sama, guru kami Master Cheng Yen mengajarkan kami untuk memberi perhatian kepada pasien seperti perhatian kepada keluarga sendiri. Jadi Encep harus bahagia karena kita adalah satu keluarga saling memperhatikan dan saling mendukung waktu senang maupun susah,” ujar Benny Setiawan menghibur. Mendengar kata-kata itu bibir Encep mengembangkan sebuah senyuman sambil berkata, “Benar, saya benar-benar merasakan hal itu. Dalam hati saya relawan seperti keluarga saya. Mereka begitu perhatian dan peduli serta begitu mendukung saya.” Setelah berbincang-bincang beberapa lama, relawan pun pamit. Dengan wajah sukacita Encep mengantar relawan sampai di luar gang tempat ia tinggal. Satu per satu relawan masuk ke dalam mobil. Lambaian tangan relawan dengan Encep terasa hangat sehangat sinar mentari hari itu. Ketika mobil berjalan ia masih berdiri menatap relawan. Dalam hati kami gembira, karena Encep sangat bersyukur dan berbahagia mengenal Tzu Chi dan relawan-relawannya. Tak lupa dalam hati kami doakan semoga Encep akan segera menjalani operasi dan sembuh dari sakit hernianya. | |||
Artikel Terkait
Memberi Dengan Cinta Kasih
05 Desember 2014Acara yang digelar sejak pukul 8 pagi ini membagikan 900 kupon kesehatan umum yang akan digunakan untuk mendapatkan pemeriksaan darah, kesehatan balita, dan donor darah.
Menu Makanan Vegetaris Mewarnai Buka Puasa Bersama
28 Juni 2018Sebanyak 20 relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Semitau yang berada di Desa Sentabai, Kecamatan Silat Hilir, Kalimantan Barat melaksanakan kegiatan Buka Puasa Bersama dengan menu Vegetaris pada 7 Juni 2018. Kegiatan Buka Bersama di Masjid Babussalam ini dihadiri 200 orang warga Desa Sentabai, Dusun Sentabai.
Pelatihan Komite dan Calon Komite: Bersungguh Hati
15 Maret 2017Sebagai konsultan keuangan Haryo awalnya merasa kesulitan menjalankan Sila Tzu Chi (Tidak Berbohong dan Berspekulasi). Pekerjaannya kerap berbenturan dengan aturan dan hati nuraninya. “Sebagai konsultan kita harus bisa memberikan pelayanan yang maksimal. Masalah orang lain menjadi masalah kita,” ungkapnya. Lalu, bagaimana cara ia mengatasinya?