“Saya yang berlatih, sayalah yang memperoleh hasilnya”

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando (He Qi Utara)
 

foto
Pada tanggal 10-13 Oktober 2013, sebanyak 850 relawan mengikuti pelatihan relawan biru putih di Aula Jing Si, Jakarta utara. Pelatihan ini diikuti relawan dari 15 daerah dan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas.

Pernahkah kita duduk tenang merasakan sekeliling kita melalui indra yang kita miliki? Contohnya saja melalui pendengaran, dengan telinga kita mendengar banyak hal ataupun ucapan yang mungkin saja dapat membuat kita merasa senang, bahagia atau justru sebaliknya, membuat kondisi batin tidak tenang. Bagaimana jika kita tidak bisa mendengar?

 

Di hari Minggu lalu saya bertemu dengan seorang anak, ia begitu bersemangat membantu relawan lainnya merapikan tempat duduk, dan ia selalu tersenyum gembira. Rasa penasaran pun timbul saat melihat anak ini hanya duduk di belakang ruangan dan seperti tidak tertarik dengan suara musik yang besar. Saat mendekatinya, ia sangat mudah akrab dengan orang lain, dan di sana aku baru menyadari anak ini tidak mendengar apa yang saya katakan, ia mengerti ucapan dengan membaca gerakan bibir.

Pada saat itu saya juga bertemu dengan relawan yang mengikuti training relawan biru putih, namun juga memiliki keterbatasan yang sama dengan anak tadi. Ia duduk tenang dalam training, tapi ia tidak bisa mendengar, ia hanya membaca gerakan bibir. Ia adalah Komariyah, tantangan yang sama juga dihadapi suaminya, Handaya. Keduanya adalah penyandang tunarungu. Dengan keterbatasan fisik — dalam hal berkomunikasi — keduanya tetap berupaya mengikuti kegiatan Tzu Chi dan bersumbangsih untuk membantu sesama.

Satu hal yang membuat keduanya merasa nyaman dan tenang berada di lingkungan keluarga besar Tzu Chi adalah kehangatan, perhatian, dan kemauan dari setiap relawan Tzu Chi untuk memahami keterbatasan mereka. Dan satu hal yang membuat saya tersentuh adalah, walaupun mereka berbeda keyakinan dan tidak bisa mendengar, setiap hari mereka selalu menyaksikan ceramah Master Cheng Yen di DAAI TV, mereka percaya dengan Master karena yakin Master Cheng Yen memiliki cinta kasih yang tanpa pamrih.

Mereka semua saya temui pada saat training relawan biru putih yang diadakan pada tanggal 10-13 Oktober di Aula Jing Si, Jakarta Utara. Melalui mereka saya bersyukur karena dapat mendengar dengan baik, sekaligus merasa malu karena bisa mendengar dengan baik tapi tidak setiap hari mendengarkan pesan yang guru sampaikan.

foto   foto

Keterangan :

  • Walaupun Komariah (jilbab putih) memiliki keterbatasan pada pendengaran, namun tak membatasi semangatnya untuk bersumbangsih bersama Tzu Chi (kiri).
  • Pada pelatihan ini sebanyak 341 relawan dilantik menjadi relawan biru putih. Menjadi relawan biru putih bukan berarti telah lulus, namun harus lebih giat lagi mengemban tanggung jawab (kanan).

Pada training kali ini diikuti sebanyak sekitar 850 relawan dari beberapa daerah di Indonesia, diantaranya, Jakarta, Batam, Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, Singkawang, Surabaya, Palembang, Tangerang, Medan, Padang, Lampung, Bandung, Bali, Makassar, hingga Biak. Training ini juga diikuti relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas yang berasal dari berbagai daerah juga. Pada training tersebut juga sebanyak 341 relawan berganti seragam dari relawan abu putih menjadi relawan biru putih.  Mereka mengikuti pelatihan ini untuk menambah semangat mereka di jalan Tzu Chi.

Training kali ini menjadi spesial karena diisi dengan sharing-sharing dari relawan senior Tzu Chi di Taiwan. Mereka berbagi kisah perjalanan hidup mereka bersama Tzu Chi dan tentunya berbagi ajaran yang mereka dapatkan dari Master Cheng Yen. Salah satunya adalah Stephen Huang, CEO Tzu Chi Internasional yang telah bersumbangsih di Tzu Chi selama 24 tahun. Ia berkata bahwa di Indonesia, ada satu pohon besar yang bernama Tzu Chi. Pohon yang begitu besar, kokoh, dan lebat, tapi yang terpenting adalah pohon ini harus memiliki akar yang kuat dan dalam, sehingga saat ada hujan maupun angin, pohon ini tidak akan goyah.

Salah satu tujuan training ini diadakan adalah agar relawan dapat membangun akar yang kuat, tapi tak cukup hanya pada training saja, setiap orang harus mampu menyerap Dharma ke dalam hati melalui setiap aktivitas yang mereka lakukan.  Setiap relawan harus berusaha menjaga keyakinan dan semangat mereka, jangan setelah dilantik lalu merasa sudah lulus dan tugas sudah selesai, ketika menemui sedikit rintangan lalu menyerah, jika seperti itu maka akan seperti pohon pisang yang tidak memiliki akar yang kuat.

“Saya yang berlatih, sayalah yang memperoleh hasilnya. Kesungguhan hati kita pun akan membuahkan hasil bagi diri sendiri.“  Pada kesempatan itu Stephen Huang menyampaikan 20 kata pelindung bagi insan Tzu Chi, yaitu setiap orang harus dapat “Bersyukur, menghormat, mengasihi; Bersumbangsih tanpa pamrih; Berjiwa besar dan berpikiran murni; tidak saling membandingkan dan berhitungan.” Jika setiap orang dapat membangkitkan sifat seperti itu, maka dunia akan lebih damai dan harmonis.

  
 

Artikel Terkait

Waisak 2555: Keyakinan dan Ketulusan

Waisak 2555: Keyakinan dan Ketulusan

09 Mei 2011
Perayaan besar yang selalu diadakan setiap tahun oleh insan Tzu Chi di berbagai negara ini memiliki makna memperingati Hari Waisak untuk membalas budi luhur Buddha, memperingati Hari Tzu Chi Sedunia untuk membalas budi luhur semua makhluk, dan memperingati Hari Ibu Internasional untuk membalas budi luhur orang tua.
Tetesan yang Tak Ternilai

Tetesan yang Tak Ternilai

12 Juni 2014 Kesembuhan  buah  hatinya   dari pedonor  darah,  membuat   Ani    ingin  menolong   sesama  tanpa  pamrih. ‘’Insya Allah  selama  badan  saya  masih  sehat, saya akan selalu  medonorkan  darah,‘’  kata  Ani   yang  juga  menyemangati   keluarganya  untuk  menjadi pedonor  darah.
Suara Kasih: Bacang Cinta Kasih

Suara Kasih: Bacang Cinta Kasih

15 Juni 2010
Perlahan-lahan, insan Tzu Chi menyadari bahwa karya kemanusiaan Tzu Chi kian berkembang. Insan Tzu Chi pun sangat bijaksana. Untuk membantu korban bencana di negara lain, mereka membuat bacang dan menjualnya pada saat perayaan Festival Perahu Naga. Hal ini tak hanya dilakukan oleh insan Tzu Chi di Taiwan.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -