“Sebuah Kacamata, Sebuah Perubahanâ€
Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Amin, Nadya Iva , dan Victor (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
|
| ||
Memeriksa orang tua ternyata jauh lebih sulit dibanding para siswa yang selama ini kami lakukan. Para peserta tidak hanya harus membaca snellen chart tapi juga membaca contoh bacaan untuk menentukan visus kacamata baca, sehingga waktu yang dihabiskan per peserta dalam pemeriksaan menjadi lebih lama karena butuh ketelitian lebih tinggi dari para optician. Baksos yang dilaksanakan selama tiga hari terhitung dari tanggal 20 – 22 November 2012 ini dilangsungkan secara berkeliling dari satu desa ke desa lainnya di Kabupaten Siak Provinsi Riau. Para relawan pun membagi 2 tim untuk menangani 2 area yakni tim area Siak Timur dan area Siak Barat di mana masing-masing tim terdiri atas 15 relawan dan seorang dokter. Banyak hal yang kami temui ketika menjalani baksos ini seperti ketika mengunjungi Desa Bekalar di Siak Timur di mana masih banyak warga yang ternyata buta huruf. Desa Bekalar ini sebagian dihuni oleh suku Sakai yakni suku asli Riau Melayu. Para warga ini umumnya merupakan petani yang dibina oleh pemerintah yang tergabung dalam kelompok tani Perkebunan Inti Rakyat. Sebelumnya, mata pencarian mereka adalah nelayan sungai. Para orang-orang tua banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal, maka mereka hingga kini tidak dapat membaca huruf latin.
Keterangan :
Ingin Bisa Yasinan Lagi Tidak hanya itu, beberapa kali kami menghadapi kondisi warga yang tidak sabar untuk mengantri atau menuntut harus dapat kacamata padahal ketika diperiksa tidak ada gangguan visus. Mereka hanya ingin dapat kacamata tanpa memahami esensi dari barang tersebut. Hal tersebut tentu tidak dituruti serta merta oleh relawan, dengan penuh kesabaran yang dibalut dengan senyum menjelaskan makna pemberian bantuan kacamata ini. Tidak mudah untuk menghadapi masyarakat yang seperti itu namun tetap harus dilakukan agar pemberian bantuan ini dapat tepat sasaran dan prioritas. Bukan hanya untuk membaca namun ada beberapa di antaranya yang memerlukan kacamata ini untuk bekerja, seperti yang diceritakan oleh Bapak Joko Pamungkas asal desa Kandis Kota yang pekerjaan sehari-harinya adalah servis AC, ”Selama ini suka pusing kalau lihat komponen yang kecil-kecil kalau lagi kerja, semoga pakai kacamata ini nanti bisa bantu pekerjaan sehari-hari saya,” ucapnya dengan penuh semangat dan senyum mengembang. Beliau jadi melanjutkan ceritanya, ”Saya semangat untuk kerja demi anak saya yang sekarang kuliah di FISIPOL UNRI (Universitas Riau) selama ini saya memotivasi anak saya dengan menantangnya untuk belajar dan berprestasi dan Alhamdulillah dia masuk melalui jalur undangan. Untuk kuliah kan pasti butuh uang terutama untuk makan dan kos sehari-harinya,” ujarnya dengan penuh kebanggan akan anak perempuannya itu.
Keterangan :
Salah satu peserta baksos ini ada yang merupakan siswa Sekolah Menengah Atas yang bernama Puji Sari. Siswa yang duduk di kelas XII IPS 1 ini ternyata harus memakai kacamata dengan visus minus satu. Gangguan pada mata ini sebenarnya sudah dirasakan sejak lama hanya takut menceritakannya pada orang tua dan guru, ”Dulu suka ketinggalan pelajaran kan jadi sekretaris kelas yang mencatat di depan. Itu untuk baca saja suka susah, kalau guru menerangkan di depan juga kadang susah karena tidak jelas terlihat. Sebenarnya gangguan sudah dirasakan sejak SMP tapi takut bilangnya. Nah ketika kemarin bu guru bilang mau ada pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis untuk siswa yang punya masalah mata, saya mendaftar dan ternyata benar dapat minus satu,” ujarnya dengan lugas. Namun yang membanggakan ternyata dengan kondisi mata tersebut dia masih dapat menduduki peringkat ketiga di kelasnya. Tuturnya lagi sehabis mendapat kacamata ini dia akan lebih giat untuk belajar supaya dapat lulus Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur undangan. Tidak hanya gangguan penglihatan yang memerlukan bantuan kacamata, baksos ini juga mendapati beberapa kasus rujukan seperti katarak dan rabun senja. Kasus rabun senja ini dirasakan oleh Rikson Thernadu siswa SMPN 1 Kandis. Gangguan pada matanya ini dirasakan sudah sejak masih di sekolah dasar, kalau sore hari belajar huruf-huruf yang dibacanya jadi susah terlihat dan kepala belakangnya menjadi sangat sakit dan pusing. Walau begitu, Rikson masih dapat mengejar prestasi sekolahnya dengan meraih peringkat lima besar selama ini. Ketika ditanya apa rahasia belajarnya, ”Pulang sekolah kan jam 13.30. belajar mulai sore jam 3 sampai jam 5 lalu istirahat dan lanjutin lagi jam 8 sampai 9,” ujar siswa yang ternyata suka menulis ini. Oleh dr. Yosie dijelaskan bahwa nanti masalah mata Rikson akan dikonsultasikan ke spesialis mata, jika nantinya Rikson perlu pemeriksaan lebih lanjut maka orang tua Rikson akan dihubungi langsung. Untuk kasus katarak, pasien-pasien ini nantinya akan ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur kasus kesehatan misi amal. Di kabupaten Siak ini banyak yang merupakan masyarakat pendatang sehingga perbedaan di antara mereka tidak dipermasalahkan. Banyak diantaranya berasal dari Sumatera Utara, Flores dan terutama dari pulau Jawa. Mereka datang dari kampung halaman untuk mengadu nasib di tanah baru dengan menjadi petani perkebunan, baik itu perkebunan karet ataupun kelapa sawit. Mereka mengakui bahwa hidup di tanah rantau lebih baik daripada menetap di kampung halaman walau sesekali ada kerinduan untuk pulang. Ada yang sampai 20 tahun lebih tidak lagi menginjakkan kakinya di kampung karena sudah lebih berhasil dan mengajak seluruh keluarganya yang di kampung untuk bergabung dengannya di Riau ini. Hal tersebut disampaikan oleh para warga di sela menunggu antrian pemeriksaan kacamata sambil sesekali bercengkrama. Di akhir kegiatan, didapat jumlah peserta yang di periksakan matanya sebanyak 1.235 yang terdiri atas masyarakat umum dan siswa sekolah. Dari jumlah tersebut, yang mendapatkan kacamata sebanyak 1.090 dan jumlah pasien rujukan sebanyak 71 dengan penyakit katarak, pterigyum, visus tidak dapat terkoreksi, rabun senja dan lain sebagainya. Jumlah relawan yang terlibat sebanyak 30 orang dan 2 dokter umum. | |||