“Selamat Datang ke Tzu Chi”

Jurnalis : Dewi Soejati (Tzu Chi Batam), Fotografer : Mina, Diana (Tzu Chi Batam)
 
foto

* Relawan Tzu Chi Batam bermain games bersama para calon relawan baru yang mengikuti acara sosialisasi. Banyak calon relawan yang sebenarnya ingin bergabung namun tidak berani karena takut tidak bisa mengatur waktu.

“Selamat datang ke Tzu Chi,“ sambut beberapa relawan yang berdiri di depan pintu kantor penghubung Batam begitu melihat orang-orang mulai berdatangan untuk mengikuti kegiatan sosialisasi calon relawan baru yang diadakan pada tanggal 22 Februari 2009. Sambutan ramah relawan menghangatkan hati 38 orang calon relawan yang begitu antusias dan ingin mengenal lebih banyak tentang Tzu Chi.
Beberapa hari sebelumnya, semua relawan yang dikoordinir oleh Dewi sudah tampak sibuk membahas dan mempersiapkan segala perlengkapan dan materi yang diperlukan serta cara menyampaikan materi agar tidak terkesan monoton.

Dalam suasana pagi yang cerah, relawan melaksanakan tugas masing-masing dari pendaftaran, pembagian regu, hingga masuk ke ruangan kebaktian. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dengan ketua regu relawan senior. Kebanyakan dari calon relawan itu adalah ibu rumah tangga dan sebagian lagi adalah masih muda. Sedangkan calon relawan yang pria lebih sedikit. Kebanyakan dari mereka tampak masih asing dengan lingkungan Tzu Chi karena baru pertama kali datang ke Tzu Chi.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu mars Tzu Chi, kemudian baru masuk sesi pertama yaitu memperkenalkan Kisah Tzu Chi, tata karma Tzu Chi dan budaya humanis Tzu Chi. Dan diselingi dengan lagu isyarat tangan Rang Ai Chuan Chu Qu (Biarkanlah Kasih Sayang Tersebar Luas).

Sebelum masuk sesi kedua, pembawa acara yang dibawakan oleh Dewi mengajak semua calon relawan untuk istirahat selama 15 menit sambil mencicipi makanan ringan yang sudah disediakan oleh ketua regu masing-masing. Mereka pun mulai mengenal satu sama lain sambil saling bercerita yang membuat suasana semakin akrab.

foto  foto

Ket : - Para calon relawan baru dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh relawan
           Tzu Chi. Mereka bermain games dan juga mengikuti sesi acara yang lain. (kiri)
        - Sambil mencicipi hidangan bersama relawan, calon relawan Tzu Chi berbagi biodata dan cerita. Dari yang
           tadinya tidak saling mengenal akhirnya menjadi akrab. (kanan)

Untuk mengetahui sejauh mana calon relawan mengenal Tzu Chi, maka sesi kedua kali ini diganti dengan acara tanya jawab yang dibawakan oleh Mina. “Saya hanyalah tamatan SD tapi hari ini saya bisa berdiri di sini berbicara dengan mic. Bukan karena kebetulan, juga bukan karena bakat, namun melainkan karena saya bergabung di Tzu Chi sehingga mendapat kesempatan belajar yang banyak. Asalkan dengan niat dan tekad yang bulat, kita pasti bisa,” ujar Mina mencontohkan dirinya kepada semua calon relawan.

Banyak di antara relawan yang tertarik dan menanyakan sebenarnya ingin sekali bergabung dengan Tzu Chi tapi karena keterbatasan waktu sehingga takut tidak bisa. Namun oleh relawan dijelaskan asalkan bisa membagi waktu, kita pasti bisa melaksanakannya dengan baik. Ada juga relawan yang mengaku terkesan dengan budaya humanis Tzu Chi yaitu bersyukur, menghormati dan cinta kasih. Menurutnya apabila pribadi kita didasarkan pada hati bersyukur, menghormati, dan cinta kasih maka kita benar-benar menjadi seorang insan yang bahagia.

foto  foto

Ket : - Para calon relawan memainkan sebuah bentuk permainan yang merupakan perumpamaan seandainya hati
           kita kacau seperti benang kusut namun asalkan dengan keyakinan diri, kita pasti bisa membukanya kembali.
           (kiri)
        - Sebelum mengakhiri acara sosialisasi hari itu, para calon relawan dan relawan menyatukan hati dengan
           menyanyikan lagu Satu Keluarga. (kanan)

Acara penutupan diisi dengan permainan dimana setiap anggota kelompok saling menggandeng tangan secara silang satu sama lain namun akhirnya bisa membentuk kembali satu lingkaran lagi. Ini adalah sebuah bentuk perumpamaan seandainya hati kita kacau seperti benang kusut namun asalkan dengan keyakinan diri, kita pasti bisa membukanya kembali.

 

Artikel Terkait

Para Pengukir Sejarah Sekolah Cinta Kasih Singkawang (Bag. 1)

Para Pengukir Sejarah Sekolah Cinta Kasih Singkawang (Bag. 1)

05 September 2022

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang menghadirkan para “pengukir sejarah” dalam misi pendidikan. Di tangan-tangan merekalah harapan untuk menghasilkan murid-murid yang berprestasi secara akademik sekaligus memiliki budi pekerti yang luhur.

Menciptakan Keluarga yang Sehat

Menciptakan Keluarga yang Sehat

08 Maret 2012 Upaya langsung menurunkan tingkat kelahiran terus digalakkan oleh pemerintah.  Dengan  melalui program keluarga berencana, pemerintah bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak Pasang­an Usia Subur (PUS) agar memakai alat kontrasepsi.
Suara Kasih: Mengemban Misi Kesehatan dan Menjalani Pola Hidup Vegetaris

Suara Kasih: Mengemban Misi Kesehatan dan Menjalani Pola Hidup Vegetaris

28 Agustus 2013 Kemudian, kita harus terus mendampingi mereka untuk memberikan penghiburan batin dan mendampingi mereka untuk berjalan keluar dari penderitaan batin. Untuk membantu semua makhluk yang menderita, kita harus membangkitkan kegigihan.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -