“Semangat Saya Kembali untuk Bisa Sembuh”

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.

Cobaan hidup yang dialami oleh Umi Komariatun (32) dan suaminya Zulkifli (30) dimulai pada Februari 2019. Tanpa ada gejala apa-apa, Umi Komariatun atau yang akrab disapa Umi tiba-tiba tak sadarkan diri setelah beristirahat sepulang kerja di kediamannya di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara.

“Awalnya pas istri saya pulang kerja, sekitar jam 5 sore. Tiba-tiba pusing kepalanya dan ditambah badan bagian kirinya lemas, muntah. ‘Mas, aku kenapa ya kok pusing’ kata istri saya,” cerita Zulkifli.

Tak lama kemudian, mendadak Umi pingsan tidak sadarkan diri. Suaminya langsung membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

“Kemudian saya larikan ke rumah sakit. Sudah total pingsan tidak ada respon sama sekali,” kata Zulkifli menceritakan kejadian saat itu.

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 mengunjungi dan menyemangati Umi Komariatun salah satu Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang dibantu untuk operasi Gamma Knife di kepalanya.

Setelah dibawa ke dua rumah sakit di dekat tempat tinggalnya, Umi tidak dapat diterima karena rumah sakit penuh. Zulkifli sempat kebingungan saat itu. Tetapi melihat istrinya yang sudah tak berdaya, Zulkifli kembali semangat mencari rumah sakit lainnya.

“Saya berhentikan mobil angkot di tengah jalan minta bantuan. Setelah keliling-keliling, akhirnya diterima di IGD RSUD Tarakan dan didiagnosa awal menderita vertigo,” kata Zulkifli.

Setelah itu Umi masuk rawat inap. Karena belum juga sadar, akhirnya menjelang pagi salah satu perawat memberikan suntikan. “Sempat diberi suntikan, akhirnya sadar tetapi kondisinya linglung dan gak nyambung,” cerita Zulkifli.

Setelah melihat kondisi Umi, akhirnya dokter saraf memeriksa dan menyarankan untuk dilakukan CT Scan.

“Setelah CT Scan hasilnya luar biasa. Terjadi pendarahan hebat, setengah otaknya sudah terendam darah,” kenang Zulkifli.

Dokter saraf pun segera menghubungi dokter bedah saraf untuk dilakukan operasi pengangkatan batok kepala karena terjadi pendarahan dengan volume yang besar.

“Saya sempat konsultasi apakah ada solusi lain selain pengangkatan batok kepala. Tetapi karena pendarahannya banyak jadi itu satu-satunya solusi,” tambahnya.

Ayen Rita, memberikan celengan bambu Tzu Chi kepada Umi Komariatun supaya ia dapat berdonasi untuk membantu orang lain.

Operasi pengangkatan batok kepala pun dilakukan pada 9 Februari 2019. Operasi ini berhasil sekaligus proses vakum untuk mengevakuasi darah yang merendam sebagian otak Umi. Pascaoperasi, Umi segera dipindahkan ke ruang ICU. Setelah kondisinya mulai sadar, Zulkifli pun dipersilahkan untuk menemui istrinya.

“Setelah bisa ditengok, saya masuk ke ruang ICU. Melihat istri saya yang tadinya rambutnya panjang tapi menjadi botak, harapan saya sudah kecil, sudah nggak ada semangatnya. Tapi saat itu saya pikir kalau saya putus asa, bagaimana dia nanti,” kenang Zulkifli.

Suami istri ini pun hanya memakai bahasa isyarat untuk berkomunikasi selama 13 dirawat di ruang ICU. Setelah kondisi Umi mulai memulih, Umi kemudian dipindahkan ke rawat inap selama 14 hari. Setelah perawatan, Umi diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.

“Sudah bisa dibawa pulang, tetapi dua hari baik lagi dirawat karena kondisinya tidak stabil, sakit kepala luar biasa. Dirawat kembali 12 hari,” ungkap Zulkifli.

Kembali Menghadapi Cobaan

Setelah 2 kali dirawat dan mendapatkan layanan medis dengan BPJS, dokter menyarankan Zulkifli untuk melakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk pemeriksaan kepala Umi dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio. Setelah MRI, hasilnya terjadi kelainan pembuluh darah di otak yaitu Malformasi arteri vena (arteriovenous malformations /AVM).

“Kondisinya pembuluh darah arteri dan vena seperti benang kusut,” kata Zulkifli.

Setelah itu Umi dirujuk kembali untuk melakukan Digital Subtraction Angiography (DSA) yaitu teknik yang dilakukan untuk menggambar pembuluh darah, dengan menyemprotkan zat kontras (iodine) agar bisa dideteksi oleh alat x-ray melalui film guna memastika bahwa benar ada kelainan arteri.

Karena rumah sakit tidak menunjang untuk penanganan AVM, kemudian Umi dirujuk kembali ke RSCM. Setelah itu, Zulkifli menyerahkan berkas medis Umi dan diterima di RSCM. Setelah mengikuti rangkaian prosedur medis, kemudian di bulan September 2019 dilakukan embolisasi (menutup satu bagian arteri untuk menghentikan aliran darah pada area tertentu-red) untuk memblokir pembuluh darah yang berkelainan.

Suami Umi, Zulkifli memperhatikan relawan Tzu Chi yang sedang memijat kaki istrinya. Zulkifli merasa relawan Tzu Chi sudah seperti keluarga sendiri.

Di bulan Oktober 2019, Umi melakukan DSA evaluasi, kemudian dokter menyarankan untuk operasi Gamma Knife. “Di situ saya bingung, kalau operasi biasa risikonya besar sekali karena kelainan pembuluh darahnya tepat di dalam otak. Sementara melihat rincian biaya untuk Gamma Knife saya down sekali karena saya tidak punya biaya untuk itu,” ujar Zulkifli.

Zulkifli benar-benar bingung saat itu memikirkan bagimana cara agar istrinya ditangani dengan Gamma Knife. Sedangkan jika tidak ditindak akan ada kemungkinan arterinya pecah kembali. “Down banget dan putus asa sekali,” kenang Zulkifli. Karena sudah sangat putus asa, Zulkifli pun mengambil keputusan agar istrinya dioperasi tanpa Gamma Knife.

“Sudah dok, dioperasi saja walaupun resikonya kematian,” kata Zulkifli saat itu kepada dokter yang menangani istrinya. “Dokter bilang ‘lho kok kamu ngomong begitu?’ Ya saya mau gimana, apa yang mau saya kasih?” Kata Zulkifli yang sudah sangat kebingungan. Akhirnya Zulkifli pun mencari bantuan dari berbagai pihak.

Zulkifli yang tadinya bekerja juga harus berhenti untuk menjaga istrinya sambil menunggu bantuan yang sudah diajukan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Zulkifli hanya membuka usaha steam motor dan berjualan bensin eceran di sekitaran rumahnya di Rusunawa Penjaringan, Jakarta Utara.

Hidup Kembali Bersemangat

Bukan hal yang mudah di tengah kondisi yang sulit, tidak bekerja, dan mengurus istri yang sedang sakit. “Sampai-sampai kami berdua sudah pernah mau mengakhiri hidup karena sudah buntu sekali,” kata Zulkifli. Bahkan lebih parahnya lagi banyak omongan dari sana-sini yang menyarankan Zulkifli meninggalkan istrinya.

Karena Zulkifli dahulu bekerja di toko buku dan sedikit gemar membaca ia pun banyak mendapatkan pencerahan untuk dapat bangkit kembali di tengah keterpurukan.

Dalam kesempatan ini, relawan Tzu Chi juga sangat bersyukur melihat perkembangan Umi yang jauh lebih baik setelah operasi Gamma Knife.

“Saya belajar dari pengalaman orang-orang hebat, salah satunya adalah Master Cheng Yen. Dalam salah satu Kata Perenungannya saya menemukan bahwa kebijaksanaan itu tidak akan timbul dalam diri kita jika kita lari dari masalah. Jadi seperti mengakhiri hidup kan lari juga,” kata Zulfikar. Akhirnya setelah memetik hikmah dari Kata Perenungan Master Cheng Yen, Zulkifli bersemangat kembali.

Tetangga di rusunawa yang prihatin dengan kondisi Umi Komariatun dan Zulkifli kemudian menyarankan untuk mengajukan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Kemudian pada bulan Mei 2021, Zukifli mengajukan permohonan bantuan biaya Gamma Knife ke Tzu Chi. Setelah tiga hari pengajuan berkas permohonan, relawan Tzu Chi langsung melakukan survei ke rumah Umi dan Zulkifli.

Secara kebetulan setelah membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen, akhirnya Zulkifli dan istrinya juga berjodoh dan dibantu Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

“Saya kehilangan keluarga dan saudara ternyata ada yang lebih peduli, tambah tinggi lagi semangat saya. Jadi dengan adanya relawan Tzu Chi datang ke rumah, sudah kayak keluarga sendiri, seperti kakak, ternyata kita berusaha selama ini ada jalan keluar juga. Berkat bantuan Tzu Chi, istri saya bisa Gamma Knife pada 2021,” ungkap Zulkifli saat dikunjungi lima relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2, Kamis 19 Agustus 2021.

Umi yang sudah lebih baik setelah melakukan operasi dengan Gamma Knife juga sangat berbahagia dikunjungi relawan Tzu Chi.  Ia tidak pernah menyangka akan dibantu untuk operasi Gamma Knife yang biayanya begitu besar.

“Terima kasih untuk semua para relawan Tzu Chi. Saya enggak menyangka bisa dibantu. Semangat saya jadi timbul lagi untuk bisa sehat, bisa sembuh untuk beraktivitas kembali. Saya senang dan bersyukur sekali, terima kasih banyak saya bisa di-Gamma Knife karena Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,” ungkap Umi kepada relawan Tzu Chi yang mengunjunginya.

Tanpa merasa sungkan, Umi juga menanyakan beberapa Kata Perenungan Master Cheng Yen kepada Hok Lay, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2.

Ayen Rita, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 yang ikut dalam kunjungan kasih tersebut juga sangat senang melihat Umi yang kondisinya berbeda dari sebelumnya.

“Dari pertama kami kunjungi sampai sekarang kondisinya jauh lebih bagus. Saat kami kunjungi pertama, pasien hanya bisa rebahan saja. Saat ini hasil dari Gamma Knife sudah kelihatan, pasien sudah lebih ceria, untuk berjalan lebih mudah. Sudah bisa beraktivitas,” ungkap Ayen.

Ayen juga berharap apa yang telah diupayakan Tzu Chi untuk membantu Umi dan Zulkifli bisa menjadi jawaban atas beban berat yang selama ini mereka pikul. “Harapannya supaya (Umi) jauh lebih baik ya. Keluarga ini lepas dari penderitaan dan kesulitan yang mereka jalani selama 2,5 tahun ini,” tambah Ayen sebelum kunjungan berakhir

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Dengan Penuh Kehangatan dan Cinta Kasih Menghibur  Opa dan Oma

Dengan Penuh Kehangatan dan Cinta Kasih Menghibur Opa dan Oma

29 Juli 2015 Setibanya di panti, para opa dan oma sudah sudah duduk rapi menanti kedatangan kami. Tak lupa kami mengucapkan salam kepada pengasuh panti, kemudian para relawan menyapa dengan hangat dan antusias kepada semua opa dan oma. Tampak sekali kegembiran di wajah para opa dan oma, terlihat dari sinar mata yang berbinar-binar dan senyum yang mengembang
Kehidupan Herry yang Berubah

Kehidupan Herry yang Berubah

08 September 2020

Herry Cahyadi (38), pemuda asal Tanjung Duren, Jakarta Barat, tetap tegar meski kondisi wajah dan fisiknya sangat berubah. Anak pasangan Tjoa Eng Hoi (65) dan Mahadjah Zaleha (60) ini menderita tumor di gusinya. 

Perhatian untuk Rahmat

Perhatian untuk Rahmat

31 Maret 2022

Rahmat, seorang penderita tunarungu dan tunawicara menjadi perhatian relawan Tzu Chi (Dharma Wanita Xie Li Kampar). Ia tinggal bersama ayahnya yang sehari-hari bekerja serabutan di Desa Kijang Makmur, Kec. Tapung Hilir, Kampar, Riau.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -