“Studi - Aksi - Meditasi – Dharma”

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan (He Qi Utara)
 
 

foto Pada tanggal 15 April 2012, Handaka Vijjananda, Pendiri Ehipassiko Foundation dan penyunting beberapa buku-buku Master Cheng Yen yang berbahasa Indonesia, memberikan sharing di acara Jing Si Talk.

Siang itu, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Setelah beberapa bulan sempat absen, Jing Si Talk kembali diselenggarakan di Jing Si Books & Cafe Pluit pada tanggal 15 April 2012. Terdapat 92 peserta yang hadir untuk mendengarkan sharing dari Handaka Vijjananda, Pendiri Ehipassiko Foundation, dan penyunting buku-buku Master Cheng Yen, yaitu Teladan Cinta Kasih, Lingkaran Keindahan, serta Sanubari Teduh Jilid 1 dan 2. Tema yang dibawakan kali ini adalah “Studi-Aksi-Meditasi-Dharma”, mengupas Dharma sebagai tujuan dan cara hidup secara komprehensif, yang akan membawa holistic happiness sekaligus akhir duka.

Peserta yang sudah hadir sebelum acara dimulai memang sudah terlihat antusias dan penasaran, apa yang bisa didapat dari sharing seorang pendiri Ehipassiko Foundation. Benarkah Dharma bisa membawa kebahagiaan?

“Dharma bisa membawa kita kepada kebahagiaan sejati. Aspek Dharma Buddha sangat luas, ibarat sebuah jiwa permata, dari berbagai sisi sangat bagus, sempurna. Siapapun bisa belajar Dharma dari sisi manapun, tidak butuh intelektual tinggi, asalkan hati kita terbuka untuk belajar Dharma, inilah keunikan Dharma. Dharma juga sudah menjadi tren baru di dunia Barat karena tidak lagi menganggap ajaran ini kuno. Kita sebagai praktisi Dharma, harus bisa menyebarkan Dharma dengan penuh kebijaksanaan dan kewelasan bagi mereka yang mau belajar Dharma,” tutur Handaka membuka sharingnya.

Awal perjalanan Handaka sebelum akhirnya mendalami Dharma, ia sempat bingung dan telah pula mengecap dan mempelajari beberapa keyakinan yang berbeda. Namun ia melihatnya sebagai pengalaman yang berharga, karena setiap agama memiliki keindahannya masing-masing melalui ajaran cinta kasih dan kebijaksanaan. Namun saat telah mendalami Dharma hingga di suatu titik, ia sempat merasa jenuh dan mentok. Pengalaman di Myanmar dan melihat kehidupan orang-orang di sana yang menjadikan Dharma sebagai penuntun hidup mereka, akhirnya mengubah cara pandangnya. “Saya kagum dengan mereka, karena orang Myanmar itu tahan menderita, di sana juga aman, tidak ada penjambret, hatinya pure, tidak jahat, Dharma sudah menjadi penuntun hidup mereka. Makan nasi dengan minyak saja mereka sudah senang, hidup mereka sangat sederhana. Ini juga merupakan salah satu hal yang menginsipirasi saya ketika mendirikan Ehipassiko, bahwa belajar Dharma bukan hanya secara intelektual, teori saja tidak cukup, harus ada aksi-aksi yang lebih nyata,” ujarnya.

Ia pun kembali menjelaskan, “Setelah belajar dari Studi dan Aksi, saya masih merasa kurang. Saya masih gampang marah, masih curigaan, galau, resah. Sebab dari penderitaan adalah batin kita yang tidak bisa diam. BiarStudinyasudah selangit, kita juga harus ada Aksi, tahan penderitaan, dan pada akhirnya kita juga harus ada skill untuk duduk diam, hening. Salah satu esensi dalam belajar Dharma adalah mencakup 3 aspek, yaitu Studi-Aksi-Meditasi. Keseimbangan ketiga aspek tersebut disebut juga dengan pariyatti-patipatti-pativedha.”

“Tujuan dari pembelajaran Dharma adalah mengakhiri penderitaan. Bagaimana caranya? Yang harus kita ketahui adalah musuh kita yaitu tiga akar: ketamakan (lobha), kebencian (dosa), kebodohan (moha). Sedangkan Nibbana adalah keadaan yang alobha, adosa, dan amoha, sudah tidak melekat, penuh kewelasan. Bagaimana mencapai ketiga hal itu? Yaitu dengan Studi-Aksi-Meditasi. Inilah yang sedang kita jalankan di Ehipassiko,” jelasnya. Terdapat 10 kiat-kiat bagaimana cara hidup dharmais yang sudah diterapkan Handaka beserta timnya di Ehipassiko melalui Studi-Aksi-Meditasi. Diantaranya adalah membaca, mendengar, dan membahas Dharma setiap hari, kemudian setelah itu membagikan Dharma kepada sebanyak mungkin orang. Berdana juga wajib dan diutamakan, “Jangan menunggu sampai ada sisa baru mau berderma, dengan derma kita belajar melepas. Memberilah selagi tangan masih hangat dan dengan penuh kesadaran, dan juga dengan kebijaksanaan tentunya,” paparnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Sharing yang bertema “Studi-Aksi-Meditasi-Dharma” ini diikuti oleh 92 peserta (kiri).
  • Semoga dengan semakin banyaknya orang yang bekerja dan berjalan dalam Dharma, maka dunia akan semakin cerah, bebas dari penderitaan dan penuh dengan senyum kebahagiaan (kanan).

Menenangkan Batin
Salah satu kiat yang menjadi pusat perhatian para peserta adalah bermeditasi. Pada kesempatan itu Handaka mengajak para peserta agar bermeditasi setiap hari, minimal 10 atau 15 menit. “Bermeditasilah dalam setiap kegiatan, lakukan setiap hal dengan penuh kesadaran. Misalnya ketika sedang makan, ya makan saja, jangan pikirkan pekerjaan. Ketika sedang baksos, jangan pikirin orang rumah. Sebaliknya juga ketika sedang di rumah, jangan pikirkan baksos, orang rumah adalah orang yang bersama dengan kita saat ini, di sini, untuk kita berikan cinta kasih. Contoh lain adalah bernafas, apakah Anda sadar bahwa Anda sedang bernafas? Kalau sadar berarti Anda sedang bermeditasi. Tumbuhkanlah penyadaran dalam setiap kegiatan Anda,” jelasnya.

Sharing terasa sangat seru karena Handaka membawakannya dengan gaya bahasa yang menarik, dan sesekali diselingi candaan ringan. Tawa dan senyum para peserta menghiasi hampir sepanjang sesi sharing, tapi kadang-kadang juga serius menyimak dan mencatat. Sampai di sesi tanya jawab, banyak peserta yang berminat untuk bertanya. Salah satu pertanyaan adalah “Bagaimana cara menghilangkan kegalauan?” Ada beberapa poin yang disampaikan Pak Handaka, “Dengan mengikuti kegiatan, baksos misalnya, kegalauan Anda bisa hilang. Ada dua faktor yang dibutuhkan yaitu Perhatian Murni (sati) dan Pemahaman Jernih (sampajanna). Dengan adanya dua faktor tersebut, ketika rasa galau, takut, atau perasaan negatif lainnya timbul, maka kita akan segera sadar, lalu kita freeze sejenak, kemudian ambil tindakan selanjutnya, apakah itu melepas atau merubah menjadi energi positif.”

Pertanyaan lain yang juga tidak kalah menarik adalah “Bagaimana menghilangkan kejenuhan atau kebosanan?” Kali ini Tasfan, salah satu anggota tim Ehipassiko berkesempatan menjawabnya. “Kalau saya ditanya sedang sibuk apa, saya juga bingung, karena proyek yang saya tangani sangat banyak. Namun karena itu pula, saat saya jenuh dengan yang satu, saya bisa berpindah mengerjakan yang lain. Tapi bagaimana bila Anda hanya punya satu dan tiap hari harus mengerjakan yang sama. Caranya hanya satu, Anda harus menjadi orang yang tidak membutuhkanmotivasi lagi. Ada motivasi atau tidak, Anda sudah harus menyatu dan sudah suka dengan pekerjaan itu. Motivasi terhebat datangnya dari dalam, begitu bangun dalam benak sudah berpikir saya harus mengerjakan ini, saya adalah ini, hidup saya adalah ini. Misalnya makan, Anda tentu tidak butuh motivator untuk menyemangati Anda makan. Anda harus sampai segitunya, bagaimana caranya? Pertama tahan menderita, kedua barulah belajar mencintai hal itu.”

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore lewat, sebagai penutup Elvy Shijie membuat beberapa kesimpulan. “Dari yang Pak Handaka sampaikan, sebenarnya kita berasal dari akar yang sama, yaitu dari ajaran Buddha. Seragam juga merupakan salah satu sarana kita untuk melatih diri, saat berseragam kita diwajibkan bervegetarian dan menjaga sikap. Master juga selalu mengatakan, apapun yang sedang kita lakukan, maka lakukan dengan Yong Xin, dengan hati.” Pada kesempatan itu, Elvy Shijie juga mengajak setiap relawan untuk selalu hadir saat training, bedah buku, gathering, dan kegiaan lain, karena melalui sharing-sharing pengalaman orang lain, kita juga dapat belajar Dharma, seperti kata Master bahwa setiap orang adalah sebuah sutra.

Acara ditutup dengan pesan cinta kasih dari Wen Yu Shijie, kemudian dilanjutkan dengan pemberian  souvenir dan foto bersama. Sebuah hubungan yang sangat indah, Yayasan Tzu Chi dan Ehipassiko Foundation, berbeda namun memiliki misi yang sama. Semoga dengan semakin banyaknya orang yang bekerja dan berjalan dalam Dharma, maka dunia akan semakin cerah, bebas dari penderitaan dan penuh dengan senyum kebahagiaan.

  
 

Artikel Terkait

Bedah Buku Komunitas

Bedah Buku Komunitas

07 Desember 2011
“Menyelami dan mewariskan ajaran Jing Si merupakan misi Tzu Chi bedah buku komunitas. Visi bedah buku komunitas adalah menyucikan hati manusia, masyarakat hidup tenteram dan damai, dunia bebas dari bencana,” jelas Posan Shixiong.
Suara Kasih : Menerima Karma dalam Kehidupan

Suara Kasih : Menerima Karma dalam Kehidupan

05 Mei 2010
Setiap orang termasuk saya tak luput dari ketidakkekalan, masalahnya hanya cepat atau lambat. Sesungguhnya, kelahiran dan kematian berawal dari kekotoran batin. Oleh sebab itu, untuk terbebas dari kelahiran dan kematian, kita harus melenyapkan kekotoran batin.
Semangat Solidaritas yang Tinggi di Masa Pandemi

Semangat Solidaritas yang Tinggi di Masa Pandemi

07 Juli 2021
Semangat solidaritas yang tinggi, yang dihadirkan Tzu Chi Indonesia di tengah pandemi Covid-19, kian mengukuhkan makna dari hadirnya Tzu Chi. Ini disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko saat serah terima bantuan 1.500 kasur dari Tzu Chi Indonesia (07/07/2021).
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -