“Sudah Siapkah Anda?â€
Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Junet Lee (He Qi Barat)Kumuda Shixiong menjelaskan tentang bagaimana cara "melepas" agar kita dapat hidup damai dan ketika meninggal, kita dapat beristirahat dengan damai. |
| ||
Pembicara kali ini adalah Kumuda Shixiong yang membawakan tema “Sulit Untuk Menghadapi Kematian”. Tema ini diambil dari buku karangan Master Cheng Yen yang berjudul, “20 Kesulitan dalam Kehidupan”, bab 3, halaman 29 - 36. Kumuda Shixiong memulai kegiatan dengan bertanya, “Esok Anda pasti akan mati! Sudah siapkah Anda?” Para peserta pun memberi berbagai macam respon, ada yang tertawa, ada yang diam dan ada juga yang tersenyum. Kemudian Kumuda Shixiong menjelaskan dengan bijaksana bahwa ada beberapa penyebab yang membuat manusia itu takut akan kematian, yaitu karena takut berpisah dengan semua yang ada; takut dengan kehampaan, dan karena tidak tahu akan kemana setelah mati. Selanjutnya, Kumuda Shixiong berkata, ”Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti. Ketika Anda hidup, setiap momen Anda mati, sehingga sepanjang hidup, Anda tidak terikat pada apapun. Jadi kehidupan adalah kematian. Setiap hari adalah hari baru. Setiap hari, Anda mati dan terlahir kembali. Jika Anda tidak terikat pada masa lalu dan mendatang, Anda bisa hidup di masa sekarang tanpa ketakutan dan kecemasan. Dan kematian itu adalah proses hidup yang wajar.” Suasana di ruangan ini sungguh hangat dan hati kita yang mendengarkan penjelasan Kumuda Shixiong merasa tenang dan sejuk, karena Kumuda Shixiong menjelaskan “kematian” dengan selalu tersenyum hangat seperti seorang ayah yang sedang berbicara mengenai proses kehidupan kepada anak-anaknya. Semua peserta mendengarkan dengan penuh seksama, setiap kata yang diucapkan Kumuda Shixiong, bahkan ada yang terus mencatat di buku tulisnya.
Keterangan :
Kemudian peserta bertanya, “Apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kematian?” Semua langsung tersenyum tersipu-sipu dan dengan lugasnya, Kumuda pun menjawab, ”Belajar Melepas.” Lalu dijelaskan bahwa kita harus mengerti bahwa semua akan berlalu; merenungi bahwa tubuh ini bukan “aku”; tubuh ini pasti mengalami sakit; tubuh ini pasti akan mengalami penuaan; dan tubuh ini pasti akan hancur. Jika tubuh ini bukan milikku, lalu apa yang perlu diperebutkan. Penjelasan ini membuat kita jadi teringat dengan kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Kita tidak memiliki hak milik terhadap kehidupan ini, kita hanya memiliki hak pakai saja.” Menjelang pukul 21.00 WIB, Kumuda Shixiong memberikan sebuah kalimat penutup untuk kegiatan bedah buku,”Tubuh ini boleh sakit, tapi pikiran tidak. Setiap hari tubuh ini diberi makan, dibersihkan, diberi pewangi dan perhiasan agar tampak indah. Namun pikiran pun demikian, diberi makan dengan dharma, dibersihkan dengan keheningan, diberi wewangian dengak kebajikan, dan diberi keindahan dengan welas asih. Dan semoga kita semua damai dalam hidup, mati dalam damai,” jelas Kumuda Shixiong. Tak terasa ketakutan sedikit pun di hati para peserta walaupun baru saja mendengar bedah buku mengenai “kematian”, bahkan yang tersisa adalah timbulnya kesadaran bahwa proses kematian sebagai proses kehidupan yang normal, sama seperti proses kehidupan lainnya seperti lahir, tua dan sakit. Seperti yang pernah dikatakan Master Cheng Yen dalam ceramahnya, “Setiap orang termasuk saya tak luput dari ketidakkekalan, masalahnya hanya cepat atau lambat. Sesungguhnya, kelahiran dan kematian berawal dari kekotoran batin. Oleh sebab itu, untuk terbebas dari kelahiran dan kematian, kita harus melenyapkan kekotoran batin. Yang terpenting, Dharma di dalam hati kita tak boleh lenyap dan harus senantiasa ada. Jika Dharma meresap ke dalam hati, barulah kehidupan kita akan abadi. Apakah artinya? Jiwa kebijaksanaan kita terus bertumbuh dari kehidupan ke kehidupan.” Semoga semakin banyak lagi orang yang memahami bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan, sehingga semakin banyak lagi orang yang menjalankan kehidupannya dengan lebih berarti.
| |||
Artikel Terkait
Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan
29 Maret 2019Materi demi materi pendidikan karakter diberikan para relawan Tzu Chi Singkawang kepada anak-anak di desa binaan. Desa binaan Tzu Chi yang terletak di daerah pedalaman Kabupaten Landak menjadi sasaran pertama relawan muda-mudi Tzu Chi Singkawang.