“Terima Kasih Semuanya”

Jurnalis : Jamalruddin Tiong (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Hong Thay (Tzu Chi Pekanbaru)
 

fotoMiswati yang telah menjanda dan memiliki tiga orang anak ini menangis terharu atas cinta kasih dan kebersamaan yang diberikan oleh relawan Tzu Chi kepadanya.

 

 

Ini adalah kisah seorang ibu yang menerima bantuan hidup dari Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru. Walau ia hidup dalam keterbatasan, namun hatinya dipenuhi rasa syukur dan tetap memiliki kepedulian terhadap sesama. Hal itu diwujudkannya dengan menyerahkan celengan bambu pada saat acara berbuka bersama yang sempat digelar Tzu Chi Pekanbaru pada bulan September 2009. Berikut ia mengisahkan hidupnya:

 

 

 

Namaku Miswati, berusia 32 tahun. Saya adalah orangtua tunggal dengan 3 orang anak yang masih kecil di mana yang paling besar kini sudah di kelas 3 SD. Saya membesarkan mereka dengan keringat saya sendiri, dengan bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah.

Sebenarnya, semuanya sangat melelahkan, berjuang sendiri tanpa bantuan suami yang kini telah tiada. Namun saya harus tetap bertahan demi putri-putriku. Sebenarnya, saya sangat miris melihat kehidupan saya. Dari kecil saya sudah menjadi yatim piatu, untung ada seorang paman yang membesarkan saya. Namun ketika suami saya tiada, paman pun ikut menyusul. Kini saya benar-benar merasa sebatang kara.

foto  foto

Ket: - Di Yayasan Buddha Tzu Chi, Miswati yang sebatang kara sejak ditinggal suami dan pamannya hingga harus            sendiri menanggung kehidupannya beserta 3 anak, merasa memperoleh kehangatan keluarga. Ia sangat            bersyukur. (kiri).
        - Dalam acara buka puasa bersama, relawan Tzu Chi sedang menyuapkan makanan kepada Ibrahim, kakek           yang kehilangan telapak tangan kirinya. Merasakan derita yang sedang dialami oleh mereka yang sedang           kesusahan adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa syukur  (kanan)

Meski saya masih mempunyai saudara kandung, saudara laki-laki, tapi dia sendiri sudah mempunyai keluarga dengan keadaan yang juga sangat pas-pasan. Kami pun jarang sekali berkomunikasi. Namun keadaan ini tidak boleh membuat saya terjatuh, saya harus tetap berusaha.

Hari berlalu dan terus berlalu, saya jalani hidup ini apa adanya dan memasrahkan semua pada Tuhan. Hingga suatu hari, datang sebuah yayasan ke tempat tinggal saya, yang tidak layak disebut sebagai rumah. Rumah kecil yang menurut semua orang adalah gubuk. Namun orang yayasan ini sangat menghargai keadaan saya yang apa adanya.

Yayasan ini bagaikan mengembalikan kebahagiaan saya yang terampas, karena kehadirannya memberikan saya rasa aman yang selama ini tidak pernah saya rasakan lagi. Pada suatu hari, di bulan suci Ramadhan, saya diundang menghadiri acara buka bersama di yayasan tersebut. Di sana saya disambut dengan sangat baik dan hangat, mereka bagaikan wajah malaikat yang turun menemaniku, saya merasa sangat dihargai, disayangi, dicintai. Saya serasa menemukan kekeluargaan yang tak pernah saya temui selama ini. Saya sangat bahagia, terharu, karena saya dapat mengenal yayasan ini, sampai-sampai tanpa sadar air mata saya mengalir begitu saja. Yayasan ini bagaikan surga bagi saya, yayasan ini bernama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

foto  foto

Ket: - Meski hidup dalam keterbatasan, para penerima bantuan juga ingin membantu orang lain dengan                    menyerahkan celengan bambu mereka yang diisi sesuai dengan kemampuan mereka. kiri).
        - Bersama dengan para relawan Tzu Chi, penerima bantuan ini membawa serta celengan dan berbagi cerita             kepada para undangan yang hadir. (kanan) 

Bukan hanya bantuan materi setiap bulan, tapi uluran tangan kekeluargaan yang sangat indah telah juga saya rasakan. Terima kasih Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah memberikan pencerahan hidup bagi kehidupan saya yang mulai suram. Semoga Yayasan Buddha Tzu Chi semakin maju dan berkembang. Serta memberikan lebih banyak lagi kebahagiaan bagi orang-orang yang tidak mampu. Dari sana juga saya belajar satu istilah, ”Orang yang paling bahagia adalah orang yang penuh dengan cinta kasih”. Terima kasih semuanya. Terima kasih Yayasan Buddha Tzu Chi. Terima kasih Tuhan.

 
 

Artikel Terkait

Terus Berderma Pascabencana

Terus Berderma Pascabencana

13 Desember 2010
Selama tiga hari berturut-turut, pada 3-5 Desember 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi kantor perwakilan Bandung kembali menjalankan misi amalnya dengan melakukan kegiatan penggalangan dana bagi saudara-saudara kita yang terkena bencana di tanah air.
Training Relawan: Bersungguh Hati Mempraktikkan Dharma

Training Relawan: Bersungguh Hati Mempraktikkan Dharma

25 Maret 2013 Kebaktian yang dipimpin oleh Shi fu dari Taiwan berlangsung dengan hening dan khidmat. Kebaktian menjadi salah satu sesi pada acara Training 4 in 1. Menurut De Ning Shifu, dengan mengikuti kebaktian dapat membersihkan batin bersama-sama dan menenangkan batin.
Manjanya Sang Kakek

Manjanya Sang Kakek

08 Desember 2010 Tatapan matanya yang penuh kharisma dan tajam membuat orang yang pertama kali bertemu dengannya menjadi sedikit segan. Tetapi sebenarnya, di balik tatapannya yang penuh kharisma dan tajam menyimpan jiwa layaknya seorang anak berumur 3 tahun.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -