"Tuhan Sembuhin Vivi ya, Vivi Mau Sekolah"
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Di hadapan teman-temannya di kelas Istana Dongeng Ceria, Vivi berbagi kisah akan penyakit kanker getah bening yang dideritanya. | Penyakit pada tubuh tidaklah menakutkan, batin yang sakit justru lebih mengerikan. Kata Perenungan Master Cheng Yen “Halo, teman-teman, apa kabar?” tanya Vivi (9) kepada teman-teman barunya di kelas Istana Dongeng Ceria. “Halo juga, kami baik-baik saja,” jawab mereka. “Vivi juga baik,” begitu katanya membalas jawaban pertanyaan yang ia ajukan. Sore itu, 7 Maret 2009, Jing-Si Books and Café Kelapa Gading menyelenggarakan kelas Istana Dongeng Ceria. Kelas yang dilangsungkan di dalam ruangan Jing-Si ini terbagi menjadi 2 kelas. Kelas pertama untuk anak-anak berusia 4-6,5 tahun, sedang kelas yang kedua untuk anak-anak yang berusia 6,5 – 9 tahun. |
Kelas yang tadinya dibuat terpisah, dalam sesi sharing digabung ke dalam satu ruangan. Sore itu, Vivi yang terkena kanker kelenjar getah bening akan memberikan sharing kepada teman-teman tentang kondisinya. Ia pun lalu berkata, “Vivi selalu berdoa setiap malam. Tuhan sembuhin Vivi ya, Vivi mau sekolah. Teman-teman, dulu Vivi suka makan chiki dan es, jangan suka makan itu yah, nanti sakit. Vivi sekarang ga jajan lagi lho,” ujarnya polos kepada teman-teman. Saat ini, karena penyakitnya itu, ia hanya makan masakan sang Mama, tak lagi jajan sembarangan. Dengan terbata-bata, Vivi pun menganjurkan teman-temannya agar tidak malas belajar. “Vivi pengin sekali sekolah, tapi ga bisa karena sakit. Jadi (aku) belajar sendiri di rumah,” tuturnya memberi semangat. Vivi adalah anak keempat dari pasangan suami istri Asin (45) dan Amor (41) yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat. Sudah 2 tahun ini, Vivi tak lagi bersekolah. Bahkan sejak 10 bulan lalu ia dan Mama telah meninggalkan Pontianak menjalani pengobatan di Jakarta. Berpisah dengan Papa dan kakak-kakaknya. Awalnya, Amor tak mengetahui bahwa penyakit yang diderita putrinya ialah kanker getah bening. “Memang sejak berumur 2 bulan, Vivi selalu batuk, demam, dan pilek,” ujar Amor memberikan keterangan. Saat itu, dokter yang memeriksa Vivi mengatakan tidak apa-apa. Lambat laun, di leher Vivi muncul benjolan sebesar jari, namun dokter yang memeriksa tetap mengatakan hal yang sama, “Tidak apa-apa dan jangan dipegang.” Karena merasa tak beres, benjolan itu pun dioperasi dan nanah yang ada di dalamnya dikeluarkan. Satu minggu pascaoperasi, benjolan itu semakin membesar. Karena itu, orangtua Vivi pun selama hampir 4 tahun berupaya mengobati penyakit buah hati mereka. Jika ada yang mengatakan di mana ada orang yang bisa mengobati, maka dipastikan mereka akan pergi mencari. Ket : - Anak-anak kelas Istana Dongeng Ceria dengan penuh perhatian menyimak pelajaran Kata Perenungan dari Hingga satu saat, ada seseorang yang mengatakan kepada Amor agar membawa Vivi ke Jakarta. Di sana, ia disarankan mencari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Awalnya, Amor ragu karena tak tahu dan tak pernah sekalipun ke Jakarta. Namun berbekal keberanian yang dimiliki, ia pun berangkat ke Jakarta dan akhirnya mendapatkan bantuan pengobatan dari Tzu Chi. Di dokter umum, dikatakan Vivi sudah terkena kanker getah bening, dan disarankan ke rumah sakit kanker Dharmais. Menurut penuturan sang Mama saat diwawancara, awalnya Vivi kesulitan mendapatkan kamar di rumah sakit. Namun melihat keadaan itu, Vivi terus saja berdoa setiap malam. Akhirnya di bulan Agustus ia pun mendapatkan kamar dan dapat menjalani kemoterapi. Hingga kini, walau tak lagi bersekolah, di rumah Vivi tetap belajar. “Kalau sudah bosan, ia akan belajar jual-jualan. Bikin masak-masak,” jelas Amor. Walau telah beberapa kali menjalani kemoterapi, tak terlihat sedikit pun rasa takut apalagi kesakitan. “Untung dia bisa begitu, kalau anak lain ga tau lah. Dia santai saja,” papar Amor. Selain berdoa untuk kesembuhan dirinya, Vivi juga tak lupa mendoakan para dokter dan relawan yang merawatnya. Melihat Vivi yang begitu bersemangat untuk sembuh, tak jarang para dokter di rumah sakit mengajaknya menjenguk pasien yang baru datang. “Turut menyemangati mereka yang sakit,” tandas Amor. Maka tak heran jika di rumah sakit ia memiliki banyak teman-teman. Ket : - Seorang relawan Tzu Chi mengajak Vivi tersenyum. Sementara, seorang anak kelas di sebelahnya tampak Melihat di rumah sakit banyak teman-temannya yang tak mampu, Vivi pun lalu ikut dalam program celengan bambu Tzu Chi yang ditawarkan oleh relawan. Di rumah, ia kini mengisi celengan bambunya setiap hari. Selain menabung, Vivi juga suka menuliskan kisah tentang para dokter dan relawan yang merawatnya selama ini. “Anak ini semangat mau sembuhnya sangat kuat,” ujar sang mama. Saat Vivi men-sharing-kan pengalamannya, anak-anak yang awalnya bersuara riuh perlahan terdiam dan menyimak dengan sunyi. Apalagi, sebelum Vivi melakukan sharing, relawan Tzu Chi terlebih dahulu memutarkan sebuah video singkat yang menggambarkan kondisi Vivi dari awal hingga menjalani pengobatan. Dari video itu, anak-anak kelas Istana Dongeng Ceria ini pun mendapatkan gambaran betapa tak mudah pengobatan yang sedang dijalani Vivi. Di akhir sharing, anak-anak ramai bertepuk tangan menyemangati Vivi, mereka juga mengatakan “gan en” (terima kasih –red) kepada Vivi yang telah berkenan berbagi cerita kepada mereka sore itu. | |
Artikel Terkait
Menanam Ladang Berkah di Pulau Nias
22 Mei 2012Pelatihan Relawan Biru Putih: Manfaatkanlah Waktu dengan Bijaksana
15 Oktober 2015“Pada umumnya orang tidur 8 jam sehari. Jika usianya 60 tahun berarti selama 20 tahun (sama dengan 17.520 jam), waktunya sudah dipakai hanya untuk tidur,” papar Andy Wang, yang menjadi pembicara ‘Ilmu Ekonomi Kehidupan’ pada Pelatihan Relawan Biru Putih pada Sabtu, 10 Oktober 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.