15th Perjalanan TIMA Indonesia
Jurnalis : Yuliati, Juliana Santy, Teddy Lianto, Fotografer : Arimami SA, Ong Tjandra (He Qi Barat), Halim Kusin (He Qi Barat)Alunan lagu “Happy Birthday” mengiringi semarak peringatan ulang tahun Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia ke-15. Ratusan anggota TIMA dan para tamu undangan yang memenuhi Aula Guo Yi Ting, Tzu Chi Center, Jakarta dengan penuh kegembiraan bersama-sama menyanyikan lagu ulang tahun tersebut. Mereka adalah relawan medis Tzu Chi yang datang dari berbagai daerah yakni: Jakarta, Bandung, Singkawang, Pekanbaru, Padang, Yogyakarta, dan Biak.
Lima belas tahun TIMA Indonesia berkiprah di dunia kemanusiaan melalui berbagai rangkaian kegiatan bakti sosial yang digelar untuk masyarakat tidak mampu. Sejak 10 November 2002, TIMA Indonesia resmi didirikan yang diketuai oleh dr. Budiono, Sp.B dan wakilnya dr. Hengky Ardono dengan beranggotakan 34 orang. Hingga kini TIMA Indonesia telah bertumbuh menjadi 823 relawan medis yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, bidan, analis laboratorium, apoteker, elektromedik, dan radiografer.
“Setiap perjumpaan adalah jodoh. Lima belas tahun yang lalu, kita bertekad akan melakukan misi kesehatan di tanah air. Kalau tidak ada jalinan jodoh, tidak mungkin setelah melalui lima belas tahun kita semua masih bersemangat untuk bersumbangsih,” ujar Awaludin Tanamas, Ketua Pelaksana Harian TIMA Indonesia dalam sambutannya.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Sumei, Ketua Umum TIMA Indonesia Sugianto Kusuma bersama tim medis Tzu Chi dan relawan Tzu Chi bersama-sama meniup lilin dalam perayaan HUT TIMA ke-15 pada tanggal 19 November 2017.
Memahami Filosofi Tzu Chi
Dalam peringatan ulang tahun TIMA Indonesia yang diadakan pada Minggu, 19 November 2017 ini, sebanyak 39 orang relawan medis Tzu Chi menampilkan bahasa isyarat tangan “Wu Liang Yi Jing”. Bagaimana mereka memahami filosofi yang terkandung dalam lirik sutra yang menggambarkan keteladan yang menjadi panutan tim medis.
“Ini untuk memahami filosofi Tzu Chi, makanya dipilih ini (Sutra Makna Tanpa Batas -red). Mungkin buat dokter ini enggak biasa, ngapain begini, tapi kita ingin mendalami. Di rumah juga latihan gerakannya. Kita berlatih, saling toleran, banyak anggota ikut berlatih. Dari sini kita belajar menurunkan ego kita antar sesama sambil mendalami Tzu Chi. Lagu ini mencerminkan bagaimana orang harus berlaku,” ucap dokter Hengky Ardono, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia.
Ketua Pelaksana Harian TIMA Indonesia Awaludin Tanamas bersama Wakil Ketua Pelaksana Harian TIMA Indonesia dr. Hengky Ardono dan dr. Tonny Christianto (kiri ke kanan) memberikan sambutan dalam peringatan HUT TIMA.
Dalam acara ini, sebanyak 39 orang relawan medis Tzu Chi menampilkan bahasa isyarat tangan “Wu Liang Yi Jing”.
Dokter Hengky Ardono ingin dalam perayaan ulang tahun kali ini setiap orang mengingat kembali tekad awal pada 15 tahun lalu. “TIMA punya ikrar mengobati raga, menenangkan jiwa, melanjutkan kehidupan bagi para penderita. Saat mengadakan baksos kita juga melatih diri, do something for another people tapi kita juga dapat sesuatu bagi diri kita sendiri. Tujuan akhir bagaimana filosofi Tzu Chi: Gan En, Zhun Zhong, Ai bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari,” tuturnya.
Sesuai dengan tema yang diusung “Menggenggam Tekad Awal Dedikasi Bagi Kemanusiaan”, salah satu dokter senior yang sejak awal turut bersumbangsih bersama TIMA memberikan pesan kepada ratusan anggota tim medis lainnya agar terus berkarya sesuai kemampuan masing-masing. “Lima belas tahun adalah usia remaja, ini sebagai permulaan dari segala-galanya,” ucap dr. Sumarsudi.
Di usianya yang sudah mencapai kepala delapan ini pun tidak membuatnya loyo. Justru sebaliknya, semangat terus berkobar layaknya masih muda. Ia juga masih mengikuti kegiatan baksos-baksos yang diadakan TIMA sesuai dengan keahliannya sebagai dokter spesialis bedah.
“Saya merasa ketagihan, kecanduan dengan hal yang baik. Kan boleh,”
canda dr. Sumarsudi yang diikuti tawa.
Ratusan anggota tim medis Tzu Chi dari berbagai daerah dan para tamu undangan hadir dalam peringatan HUT TIMA dan pelantikan anggota baru TIMA.
dr. Sumarsudi memberikan pesan kepada ratusan anggota tim medis lainnya agar terus berkarya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam peringatan usia TIMA yang kelima belas ini, dr. Sumarsudi juga menjadi bagian dari tim video musik “Senyuman Terindah” bersama dokter-dokter lainnya. Meskipun keahliannya sebagai dokter, namun dengan penuh antusias dokter Sumarsudi menjajal keahlian lain, menyanyi.
“Lagunya bagus, saya kira itu harus ditularkan kepada masyarakat,” ucapnya. Sebagai seorang dokter senyuman sendiri sangat melakat padanya dalam melayani pasien. “Yang saya lihat, (pasien) sembuh tidak sembuh kalau kita mengurusinya dengan senyum selalu itu yang bagus,” tukas dr. Sumarsudi tersenyum.
Drg. Suherman, dokter dari Rumah Sakit Sentra Medika Grup memberikan sharing pengalamannya bersama TIMA Indonesia sejak tahun 2012 lalu. “Kita menjalani tugas sebagai dokter, menolong orang-orang yang sakit dengan kasih sayang yang humanis,” ujarnya. Dokter Suherman yang hadir dalam pertemuan TIMA Internasional di Taiwan bulan lalu lebih lanjut menceritakan pengalamannya melihat cara kerja dokter di Rumah Sakit Tzu Chi di Hualien.
“Mereka benar-benar mengayomi pasien dengan hati,” kata dokter Suherman. “Saya sangat terharu saat di Universitas Hualien melihat silent mentor di sana sangat dihormati. Di sana juga ada seorang professor kedokteran di Taiwan yang berkata ‘sebelum meninggal saya memberikan ilmu saya dengan mulut saya, tetapi setelah saya meninggal badan saya akan mendidik kamu.’ Karena dia menyumbangkan jenazahnya untuk praktik anatomi mahasiswa kedokteran,” lanjutnya.
drg. Suherman, dokter dari Rumah Sakit Sentra Medika Grup memberikan sharing pengalamannya bersama TIMA Indonesia sejak tahun 2012 lalu.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Sumei memberikan tanda mata untuk Retno Dumiyanti Lukito, istri alm. dr. Lukito yang sudah berpulang.
Bahkan ia membandingkan dengan universitas di Indonesia ketika melakukan praktik anatomi yang tidak melakukan prosesi penghormatan terlebih dahulu. “Mahasiswa di Taiwan diajari dari awal menghormati guru dari saat masih hidup dan juga setelah meninggal. Jadi di Indonesia kita juga minimal harus menghormati jenazah yang menjadi guru kita,” ungkap drg. Suherman.
Dokter Suherman juga mengajak para dokter dapat bergabung dengan Tzu Chi yang memberikan cinta kasih tanpa memandang suku, agama, ras. “Ayo kita bergabung ke Tzu Chi, agar kita dapat menolong lebih banyak orang yang kesusahan,” ucap dokter gigi ini.
Mengenang Dedikasi Para Tim Medis
Acara ulang tahun ini juga mempersembahkan obituary bagi para dokter maupun tim medis lainnya untuk mengenang dedikasi mereka selama bersama TIMA. Dalam hal ini, TIMA Indonesia mengundang keluarga almarhum para dokter yang sudah berpulang. Salah satunya yang hadir, Retno Dumiyanti Lukito.
“Suami saya dulu awal-awal bergabung dengan TIMA karena ingin membantu
sesama meskipun tanpa bayaran, tidak memikirkan materi karena ini untuk
kemanusiaan dan membantu orang banyak. Dia masuk Tzu Chi karena tidak ada
perbedaan agama, ras, dan lain-lain,” ujar Ibu Lukito, sapaan karibnya.
Sejak awal bergabungnya sang suami ke dalam barisan TIMA pada tahun 2002, ibu yang sehari-hari menjadi ibu rumah tangga ini sangat mendukung keputusan suaminya. Namun langkah salah satu sokter spesialis mata, dr. Lukito terhenti pada tahun 2012 karena penyakit stroke yang dideritanya. Ibu Lukito berharap TIMA yang merupakan organisasi kemanusiaan ini semakin maju.
“Perkembangannya banyak perubahan, sangat bagus, saya lihat kekompakannya bagus sekali. Semakin maju,” ucap Ibu Lukito.
Selain perayaan ulang tahun, TIMA juga melantik anggota baru sebanyak 103 orang relawan medis yang terdiri dari Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, analis laboratorium, apoteker, asisten apoteker, dan teknisi elektromedik.
Laksma drg. Andriani Sp.Ort, Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI merasa bahwa Tzu Chi terus mendukung program bantuan kesehatan TNI. “Kami sangat terbantu dengan adanya TIMA yang menjangkau daerah-daerah yang kurang mendapat bantuan kesehatan yang baik. Terutama dalam memberantas katarak, TNI akan terus menggandeng TIMA untuk mengeliminasi penderita katarak di Indonesia,” ujar Laksma drg. Andriani.
“Kami melihat bahwa (yayasan) Buddha Tzu Chi menampilkan komitmen, disiplin, dan dilaksanakan dengan penuh kasih,” tambah Letkol. Laut (P) Alfred Daniel Matthews. Melihat perkembangan TIMA di acara HUT TIMA ini kapten kapal di KRI Soeharso berujar bahwa ia yakin 15 tahun ke depan TIMA akan berkembang pesat.
Ketua Umum TIMA Indonesia, Sugianto Kusuma mengungkapkan kesannya terhadap perjalanan TIMA Indonesia atas sumbangsih mereka dalam Misi Kesehatan Tzu Chi. “Kita semua dapat saling belajar bagaimana cara berinteraksi dengan penuh budaya humanis,” ucap Sugianto Kusuma.
Artikel Terkait
HUT TIMA ke-17: Bergandengan Tangan Dalam Barisan TIMA Indonesia
11 November 2019Peringatan 17 tahun berdirinya Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia berlangsung sederhana namun meriah, Minggu (10/11/19). Para anggota TIMA menjadikan moment sweet seventeen ini sebagai suatu perjalanan menuju kedewasaan yang baru, dengan tetap bergandengan tangan dan membantu masyarakat hingga pelosok negeri.