20 Kesulitan dalam Kehidupan
Jurnalis : Mettasari (He Qi Utara) , Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara) Bedah buku merupakan salah satu kegiatan rutin yang diadakan setiap hari Kamis di Jing Si Books & Cafe Pluit. |
| ||
Pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2011, pukul 19.00 WIB, terdapat 19 peserta yang hadir dalam acara bedah buku yang diadakan di Jing Si Books and Café Pluit. Acara bedah buku yang rutin diadakan setiap hari Kamis ini dibawakan oleh Po San Shixiong. Di dalam kesempatan bedah buku kali ini kami sama-sama membaca dan menyerap dharma pada bab pertama. Kami membahas tentang kisah seorang pria cacat yang ingin berdana menyumbangkan sebuah ranjang rumah sakit. Pria cacat ini mengumpulkan uangnya untuk berdana. Sepanjang hidupnya ia menerima bantuan jangka panjang dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Ia menyisihkan minimal NT$300 setiap bulannya, mengumpulkan pelahan-lahan sampai keinginan berbuat baiknya dapat tercapai. Kisah ini sangat mengharukan, dengan jangka waktu yang cukup lama akhirnya berhasil menggumpulkan dana. Pria ini memiliki tekad, tanpa patah semangat ia tetap menjalankanya sampai pada akhirnya ia berhasil berdana ranjang rumah sakit untuk para pasien. Kisah tadi membuka pikiran kita tentang sulit bagi orang miskin berdana. “Pada dasarnya kaya atau miskin adalah sesuatu yang relatif, tergantung bagaimana kita melihatnya.” ujar Adenan Shixiong. Dalam kisah pria yang cacat ini, ia memiliki keterbatasan dalam dirinya sendiri. Ia sudah tidak dapat bekerja dan hanya memperoleh bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi setiap bulannya. Ia memang miskin materi namun pria ini kaya hati. Rasa seperti ini yang akan membuat seseorang dapat berbagi terhadap sesama. Rasa syukur yang Ia miliki dalam diri membuat ia dapat bertekad untuk berbuat baik dengan membelikan ranjang rumah sakit seharga NT$15.000.
Keterangan :
Dari berbagai kisah yang terdapat dalam bab pertama ini, banyak sekali pendapat dari para peserta, Salah satunya Cristina Shijie. Ia seorang dokter yang ikut bergabung dalam acara bedah buku, ia berpendapat bahwa kaya atau miskinnya seseorang di ukur secara sistematis, sedangkan bagi Stephen Ang Shixiong menurutnya “Dalam kehidupan hendaknya kita bisa mengenal rasa puas dan bersyukur dengan kondisi kehidupan kita sekarang ini. Jadi dengan dapat merasakan keadaan orang lain, dalam berdana tidaklah menjadi sulit.” Masih banyak pendapat dari masing-masing peserta mengenai sulit bagi orang miskin berdana. “Berdana tidak hanya dengan materi, dalam bahasa sangserkerta berdana berarti berbagi. Terdapat 3 macam dana, yang pertama dana materi, dana dharma, dan dana motivasi,” ujar Djohan Kurnia Shixiong. Dana materi dapat berupa uang ataupun tenaga. Dana dharma dapat berupa sesuatu yang membawa suatu perubahan ,dan dana motivasi dapat berupa pembebasan dari pikiran yang gelisah.
Keterangan :
Jika seseorang yang kaya memiliki sebuah niat untuk untuk berbuat baik, mau beramal di kehidupan yang sekarang ini, berarti ia sedang bersyukur dan memupuk berkat di kehidupan yang akan datang. Jika seseorang yang miskin mau berbagi terhadap mereka yang membutuhkan dan tidak selalu merasa kurang, dengan begitu ia dapat mengubah nasibnya di masa yang akan datang. Dengan rasa syukur atas apa yang kita peroleh akan membuat kita dapat berdana terhadap mereka yang membutuhan. Tidak ada pengaruh kaya atau miskin yang membedakan seseorang dalam berdana. Jika kita tidak dapat berdana uang, kita dapat berdana tenaga, berdana dharma, atau berdana dukungan. Walaupun kita memiliki keterbatasan dalam diri, hal itu tidak berpengaruh apa-apa, asalkan dengan tekad yang besar dan niat yang baik, apapun yang ingin dilakukan akan tercapai dan tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi. Ada pepatah yang mengatakan “Tidak ada yang sulit sepanjang anda mau berkerja keras”. | |||