3 Shijie Luar Biasa

Jurnalis : Virny Apriliyanti (He Qi Barat), Fotografer : Dimin, Rudy D (He Qi Barat)
 
 

foto
Dalam bagian pelayanan, tidak hanya relwan wanita yang turn membantu, tetapi relawan lelaki juga turt membantu.

Training relawan Tzu Chi Indonesia yang diadakan dari tanggal 22-24 Maret 2013 di Jing Si Tang telah berakhir, namun kenangan akan training kali ini tetap melekat di dalam hati dan juga pikiran setiap relawan yang terlibat di dalamnya. Begitupun dengan saya, kegiatan training ini meninggalkan sebuah kesan mendalam di hati saya. Pada kegiatan ini saya diberikan kesempatan untuk menggarap ladang berkah sebagai bagian pelayanan. Saya yang tertarik dengan banyak kegiatan baru pun akhirnya setuju dan memutuskan bergabung dalam tim Bagian pelayanan.

Awalnya saya ditugaskan untuk menulis tentang seluruh kegiatan bagian pelayanan pada training kali ini. Saya mempersiapkan bahan artikel dengan mengamati dan menuliskan seluruh rincian kegiatan bagian pelayanan, mulai dari hari Jumat sampai dengan hari Minggu. Namun pada hari Minggu malam setelah tiba di rumah, saya merenung dan mengubah pikiran saya. Saya memutuskan untuk menulis sisi lain dari tim Bagian pelayanan. Saya merubah topik artikel kali ini karena ada sebuah kesan mendalam yang tertinggal dalam batin saya. Sebuah kesan tentang 3 Shijie luar biasa yang berperan penting dalam tim bagian pelayanan, mereka adalah Oey Se Ing Shijie, Li Lie Tio Shijie dan Tan Soei Tjoe Shijie atau yang biasa dipanggil Shijie Mami.

Mereka bertiga adalah sosok Shijie luar biasa dengan semangat yang juga luar biasa. Mengapa serba luar biasa? Karena semangat mereka jauh lebih hebat dari semangat anak muda sekalipun. Mereka ikut turun tangan langsung dalam kegiatan. Mereka bukan tak lelah, Li Lie Shijie bercerita bahwa ia sudah dari hari Selasa di Jing Si Tang mempersiapkan penginapan untuk para peserta training, mulai dari memasang seprei, mengisi sabun, mempersiapkan gantungan handuk dan banyak persiapan lain yang memungkinkan para relawan untuk dapat menginap dengan nyaman. Pada Jumat malam Li lie Shijie memijat kaki dan punggungnya sendiri karena kelelahan namun di hari Sabtu dan Minggu, rasa lelah itu seakan lenyap. Li lie Shijie tetap bekerja dengan gesit, mengangkat barang-barang yang berat sekalipun dengan tangannya sendiri. Rasa lelahnya saat bekerja seakan hilang dan baru terasa saat akan tidur.

Kebetulan saya tidur sekamar dengan Li lie Shijie dan Se Ing Shijie serta 3 relawan lain, yaitu Irawati Shijie, Elly Chandra Shijie dan Devi Yanti Shijie. Pada malam pertama kami menginap ada sebuah kejadian yang membuat kami semua kebingungan. Kejadian itu adalah kamar 719 yang kami tempati ternyata adalah kamar relawan training lain yang berjumlah 6 orang. Se Ing Shijie sebagai penanggung jawab tim bagian pelayanan sedang tidak ada di kamar karena sedang mengurus beberapa urusan lain. Kami semua menunggu kepastian sambil membereskan barang-barang kami dari kamar 719. Saya masih ingat sekali saat itu Se Ing Shijie masuk ke kamar dengan senyuman lebar di wajahnya sambil mengatakan “Yuk kita pindah Yuk.” Dalam nadanya kata-kata itu seakan terdengar ringan dan menyenangkan, padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB dan kami masih harus berpindah kamar. Dengan barang bawaan yang banyak dan berserakan karena terburu-buru dibereskan, kami semua berpindah dari Gan en lou menuju kamar baru kami di Daai Lou.

Sepanjang perjalanan menuju Daai Lou kami masih tertawa dan bercanda karena kejadian salah kamar tersebut. Se Ing Shijie dan Li Lie Shijie juga memberi inisiatif untuk mengabadikan moment itu, jadilah kami semua berfoto lengkap dengan barang bawaan kami yang banyak. Sampai di Daai Lou, ternyata kamar yang kami tuju juga sudah ditempati relawan lain. Se Ing Shijie langsung pergi mengurus kamar kami dengan koordinator, kami sendiri tidak tau kemana Shijie pergi, yang jelas tak lama ia kembali dengan kabar baik bahwa kami mendapat kamar di Gan en Lou. Malam itu kami semua tidur pukul 24.00 dengan Se Ing Shijie tidur paling terakhir karena masih mengurus beberapa hal.

Dalam tim bagian pelayanan, Li Lie Shijie mengkoordinir jalannya kegiatan di lantai tiga sedangkan Tan Soei Tjoe Shijie mengkoordinir bagian pelayanan di lantai dua. Saya sendiri bertugas di lantai dua jadi saya cukup banyak berinteraksi dengan Tan Soei Tjoe Shijie. Saya baru pertama kali bertemu dengan Mami Shijie, namun first impression saya mengatakan bahwa ia begitu ramah dan selalu tersenyum. Ia membimbing kami dengan cinta kasih. Tak sekalipun Tan Soei Tjoe Shijie cemberut apalagi marah, selalu ada senyuman lebar yang sama di wajahnya. Ia juga sering bercerita dan bercanda dengan kami, membuat pekerjaan kami yang memang tak terlalu berat menjadi semakin ringan dan menyenangkan.

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan penuh semangat, relawan bagian pelayanan membagikan makanan kecil untuk sesi break di sela-sela acara training (kiri).
  • Selama 2 setengah hari, relawan dengan cekatan mempersiapkan makanan kecil di acara break time untuk acara pelatihan dari tanggal 22 - 24 MAret 2013 di Aula Jing SI Indonesia (kanan).

Se Ing Shijie sebagai penanggung jawab bagian pelayanan memantau kesiapan kami di lantai 2 dan 3. Se Ing Shijie berjalan naik turun dari satu lantai ke lantai yang lain dan dari satu lorong ke lorong yang lain. Saya sendiri hanya bertugas di satu lorong dan kaki saya sudah terasa pegal, namun herannya tidak terlihat raut wajah lelah di wajah Se Ing Shijie yang berjalan mungkin empat kali lipat lebih banyak daripada saya. Ia juga sangat bertanggung jawab, Ia memastikan bahwa semua makanan disediakan dengan baik. Se Ing Shijie kadang terlihat panik dan berjalan terburu-buru, namun setiap kali berpapasan dengan orang lain, Ia tak pernah lupa tersenyum. Hal itu sangat saya ingat, karena berapa kali pun Se Ing Shijie berpapasan dengan saya, Ia akan tetap tersenyum dengan senyum lebar dan cantik yang khas dirinya.

Jodoh Dengan Tzu Chi
Pada Sabtu malam saya memutuskan untuk pulang dan tidak menginap di Jing Si Tang. Saya kembali esok paginya pukul 07.00 dan kembali bertugas di Bagian pelayanan. Devi Shijie bercerita bahwa semalam setelah saya pulang, diadakan kelas untuk relawan berdasarkan tingkat seragam. Diakhir sesi kelas itu setiap relawan diberi souvenir berupa gantungan merah dan pembatas buku. Saat sampai di kamar, Se Ing Shijie menanyakan tentang saya pada Devi Shijie, Ia ingat bahwa saya tidak ikut kelas dan otomatis saya tidak mendapatkan souvenir tersebut. Se Ing Shijie mengangkat souvenir tersebut dan memandangnya sebentar dan kemudian menyodorkannya pada Devi Shijie sambil berkata “Ini sudah saya nikmati sebentar, titip kasih untuk Virny yah.”

Mendengar cerita itu saya kontan tak enak hati untuk menerima souvenir tersebut, namun karena kegiatan dihari minggu yang sangat sibuk, saya baru dapat bicara tentang souvenir itu saat sore hari, dimana tugas bagian pelayanan sudah selesai. Saya menghampiri Se Ing Shijie dan mengatakan bahwa saya tak mau menerima souvenirnya dan memberikannya untuk Shijie kembali. Se Ing Shijie dengan senyum manisnya berkata sambil memegang tangan saya “Kenapa? Kan souvenirnya cantik. Buat kamu saja, karena kamu sudah rajin bantu.” Saya begitu terharu mendengar kata-kata Shijie dan akhirnya saya menerima souvenir tersebut. Di rumah saat membongkar tas saya mengeluarkan souvenir Se Ing Shijie dan memasukannya baik-baik ke dalam laci. Saya begitu menghargai souvenir itu dan menganggapnya sebagai bentuk ketulusan dan cinta kasih yang Se Ing Shijie berikan pada saya.

Saya menulis artikel ini tanpa catatan apapun, yang saya andalkan hanyalah ingatan dan hati saya yang tersentuh akan cinta kasih yang Se Ing shijie, Li Lie Shijie dan Tan Soei Tjoe Shijie sebar di hati saya. Ada banyak kesamaan dari mereka bertiga, mulai dari cinta kasih, kesabaran, tawa, tanggung jawab, kerja keras, semangat dan yang paling melekat dalam ingatan saya adalah senyuman khas dari mereka. Mereka menjadi sosok ideal di masa tua, dimana di usia yang sudah tak muda lagi mereka masih dapat bersumbangsih dan menjalin jodoh baik dengan sesama. Seperti kata Master “Bersumbangsihlah pada saat anda dibutuhkan, dan lakukanlah selama anda bisa melakukannya.”

Jodoh dengan Tzu Chi mempertemukan saya dengan orang-orang luar biasa yang diberi gelar relawan. Saya percaya bahwa masih banyak di luar sana orang baik yang rindu dan memiliki tekad yang besar untuk berbuat kebaikan. Sesuai dengan yang Master Cheng Yen katakan bahwa segala perbuatan harus dimulai dari sebuah tekad, bagaikan menanam sebatang pohon yang berawal dari sebutir benih.

  
 

Artikel Terkait

Internasional: Baksos Pertama TIMA di Cile

Internasional: Baksos Pertama TIMA di Cile

19 Agustus 2010 Cile membentuk tim medis Tzu Chi International Medical Association (TIMA) dan mengadakan baksos pertama mereka pada tanggal 24 Juli 2010 dengan mengobati lebih dari 100 pasien.
Indahnya Berbagi di Bulan Ramadan

Indahnya Berbagi di Bulan Ramadan

15 Juli 2015 Menyambut Hari Raya Idul Fitri, Tzu Chi Medan melakukan pembagian paket lebaran berupa satu set baju muslim kepada pengungsi Rohingnya dan Bangladesh di Desa Kuala Langsa dan Bayeun, Aceh Timur.
5.000 Alat Rapid Test Antigen dan APD untuk Pemkot Pekanbaru

5.000 Alat Rapid Test Antigen dan APD untuk Pemkot Pekanbaru

08 Juni 2021

Tzu Chi menyerahkan 5.000 alat Rapid Test Antigen dan APD kepada Pemkot Pekanbaru. Hal tersebut merupakan wujud dukungan kepada Pemkot Pekanbaru dalam upaya menekan laju penularan Covid-19.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -