Ada Mutiara di RSCM (Bagian 2)

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

foto Sejak ibunya meninggal, terkadang Rasya yang terlalu kecil untuk memahami makna kematian, masih menanyakan kepada ayahnya kapan ibunya sembuh.

Saat Rasya berusia 1 tahun (2008), musibah kembali datang dengan ditemukannya benjolan kecil di belakang leher Rasya dan miom yang kembali tumbuh serta terdeteksinya kanker payudara pada Tuslima. Tak terperi penderitaan Kusmiran saat itu. Bagaikan berjalan di dalam labirin, ia tak tahu harus berjalan ke arah mana, karena semua lorong seolah berujung buntu.

 

Lagi-lagi dengan penuh harapan Kusmiran mengusahakan dana untuk mengobati anak dan istrinya. Dengan dana terbatas, maka Kusmiran hanya bisa membiayai operasi tumor yang diderita Rasya. Tapi bersama itu, kondisi kesehatan Tuslima memburuk karena miom di rahim istrinya itu sudah semakin membesar dan pindaian medis mengindikasikan kanker payudara stadium lanjut. Kusmiran merasa terpuruk dalam kolam lumpur yang pekat, tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu tenggelam.

Namun di tengah keputusasaannya Kusmiran masih berusaha keras mencari secercah keberuntungan dengan mengajukan permohonan bantuan ke berbagai lembaga. Tapi sekeras usaha yang ia lakukan tak ada satu lembaga pun yang bersedia memberikan bantuan pengobatan kepada istri dan anaknya. Setelah lama bersusah payah mencari bantuan pengobatan yang tak kunjung hasil, Kusmiran akhirnya memutuskan untuk menjual rumah mungilnya dengan harapan sebagian dari hasil penjualan rumah itu bisa ia gunakan untuk membiayai operasi pengangkatan miom dan kanker payudara istrinya.

Tahun 2009, kali kedua Tuslima menjalani operasi pengangkatan miom, dan kali pertama untuk operasi kanker payudara. Di tengah kebimbangan batin dan setengah putus asa, Kusmiran bertemu dengan salah satu pasien penerima bantuan Tzu Chi yang menjadi teman sekamar Tuslima selama dirawat di rumah sakit. Dari pasien itulah akhirnya Kusmiran memberanikan diri mendatangi kantor Tzu Chi dan mengajukan permohonan bantuan. Sejak itu pula permohonan Kusmiran disetujui dengan mendapatkan biaya tunjangan hidup setiap bulan. Meski tidak dalam jumlah besar tapi tunjangan itu cukup meringankan Kusmiran untuk membiayai kemoterapi istrinya.

foto   foto

Keterangan :

  • Setiap kali datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rasya selalu ingin bertemu Hok Cun dan menyerahkan sumbangan dari uang saku yang ia sisihkan. (kiri)
  • Di balik wajah mungilnya, anak perempuan berusia 3 tahun ini seolah menyimpan kerinduan akan kasih sayang seorang ibu. (kanan)

Belum selesai istrinya menjalani kemoterapi dan terbebas dari kanker payudara, ketenangan Kusmiran kembali terusik saat tumor di belakang leher Rasya dinyatakan sebagai tumor Domi Sarkoma (tumor ganas). Sampai di sini keteguhan hati Kusmiran mulai melapuk. Tapi bayangan keramahan relawan Tzu Chi telah membuat Kusmiran berbesar hati untuk kembali mengajukan bantuan. Kendati permohonan pengobatan Rasya disetujui oleh Tzu Chi, batin Kusmiran tak pernah bisa tenang. Pasalnya semakin hari kondisi istrinya semakin memburuk dan itu membuat ia harus rela ngeletih badan (kelelahan), menahan kantuk, dan amarah demi satu tujuan: menjaga cinta dan kesetiaan.

Awal Desember yang semestinya memberikan keceriaan bagi banyak orang, justru menjadi kelabu bagi Kusmiran saat Rasya harus menjalani operasi dan Tuslima dalam keadaan sangat kritis –tangannya bengkak dengan payudara yang terus mengeluarkan darah. Kusmiran hanya bisa menatapnya penuh makna, namun tak tumbang oleh kekhawatiran, karena ia masih berharap istrinya bisa disembuhkan. Dalam hening Kusmiran berdoa, memohon sebuah keajaiban untuk istri dan putrinya. Dan dalam detik-detik penantian, deras air mata terus mengalir membasahi pipinya, dadanya semakin sesak menghembuskan udara. Karena setiap udara yang ia hembuskan selalu tersirat kerinduan dan kepedihan yang beraroma luka. Pun demikian, semua itu harus ia tanggung dengan tabah –Tuslima akhirnya meninggal dalam perjuangannya melawan sakit kanker pada awal Desember 2010. Tak terperi penderitaan Kusmiran pada saat itu. Namun mengingat masa depan Rasya yang harus dijalani dengan penuh kasih sayang, ia terus bangkit dan tak terbelenggu dalam kesedihan. Bagi Kusmiran menjalani kehidupan seperti dirinya diperlukan bukan sekadar keberanian, tetapi juga kesetiaan dan tanggung jawab.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebagaimana Rasya, Hok Cun pun sangat senang bila berjumpa dengan Rasya. Mereka seolah sahabat yang merasa bahagia bila bisa bertemu kembali. (kiri)
  • Rasya adalah semangat yang membuat Kusmiran untuk tabah menjalani semua kesulitan hidupnya. (kanan)

Kini setelah 40 hari berlalu dari sepeninggalan Tuslima, luka operasi Rasya sudah mulai mengering. Dan hasil diagnosis menunjukkan tumor itu mulai menjinak. Sebuah hasil yang menggembirakan bagi Kusmiran, meski harus ia pendam sendiri di dalam hati. ”Saya senang mendengar Rasya lebih baik. Tapi sedih karena mamanya tidak mendengar berita baik itu,” kata Kusmiran dengan tegar. Rasya pun kini telah tumbuh menjadi anak yang tahu bersyukur. Setiap kali ia berkunjung ke rumah sakit dan bertemu Hok Cun, ia selalu memberikan sedikit uang sakunya kepada Hok Cun. Bahkan hal yang membuat Rasya menginginkan pergi ke rumah sakit adalah menemui Hok Cun dan menyerahkan segenggam uang yang ia miliki. ”Berapa pun yang ia miliki, ia berikan untuk sumbangan,” jelas Kusmiran.

Saat waktunya tiba bagi Rasya untuk memeriksakan diri, ia berjalan dengan gemulai meninggalkan kami. Sambil dituntun ayahnya, sesekali ia menoleh ke belakang, melambaikan tangannya dan tersenyum puas seakan semua deritanya telah ia tumpahkan pada hari itu

”Sulit membayangkan jika saya berada di posisi Kusmiran. Tapi Kusmiran yang saya jumpai, terlihat sangat tegar menceritakan semua kisah hidupnya tanpa tedeng aling-aling. ”Cinta adalah semangat hidup saya,” kata Kusmiran.

Kisah Kusmiran adalah mutiara kedua yang saya dapati hari itu. Sebuah kisah yang memberikan pesan bahwa rintangan hidup akan membuat kita semakin kuat dan tegar. Kusmiran telah melalui semua deritanya dan ia nampak lebih kuat menghadapi hidup dan memandang masa depan.

  
 

Artikel Terkait

Bumiku Rumahku

Bumiku Rumahku

25 Agustus 2020

Minggu, 23 Agustus 2020 kelas budi pekerti dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom dari rumah masing-masing, dengan menggabungkan dua kelas, Qin Zi Ban kecil dan Qin Zi Ban besar yang dihadiri oleh 61 partisipan termasuk para duifu mama dan moderator.

Tantangan Yang Membuahkan Kebahagiaan

Tantangan Yang Membuahkan Kebahagiaan

27 April 2012 Minggu, 15 April 2012, siswa-siswa dari dua Kelas Budi Pekerti yang berbeda berkumpul untuk melaksanakan satu tujuan, yakni membabarkan Dharma Master Cheng Yen melalui penempelan Jing Si Yu (kata perenungan) ke komplek Riau Business Center dan Komplek Perumahan Jondul.
Membersihkan Kekotoran Batin dengan Bervegetarian

Membersihkan Kekotoran Batin dengan Bervegetarian

23 April 2014 Manusia mempunyai 5 kekotoran batin yakni keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan/kecurigaaan. Karena adanya kekotoran batin inilah, terjadilah begitu banyak bencana akibat ulah manusia.
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -