Ada Sentuhan Hangat dan Perhatian untuk Setiap Penerima Bantuan

Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Pluit), Fotografer : Henny Yohannes, Lestin Trisiati, Vincent Salimputra (He Qi Pluit)

Tan Soei Nio yang hanya tinggal sendiri di rumah kontrakan tak kuasa menahan harunya ketika dikunjungi oleh relawan pada Minggu 11 Februari 2024. Relawan ingin merayakan imlek bersama oma yang telah berumur 84 tahun ini.

Sisa-sisa hujan yang turun deras di Jakarta sejak subuh pada Minggu, 11 Februari 2024, masih terasa di sudut gang yang terletak di wilayah Kampung Baru Kubur Koja, Penjaringan, Jakarta Utara. Genangan air di sepanjang gang sempit menuju rumah kontrakan Oma Tan Soei Nio, tidak menyurutkan niat relawan Tzu Chi yang hendak merayakan Imlek bersamanya pada hari itu.

Seperti kebanyakan warga etnis Tionghoa lainnya, Oma Tan Soei Nio pun setiap tahun merayakan Imlek. Yang membedakan dengan keluarga lainnya, tidak ada acara kumpul keluarga maupun suka ria di rumah oma berusia 84 tahun ini.

”Imlek paling di rumah aja, ya pengennya kumpul sama keluarga, tapi kan mau gimana. Dulu ada cucu yang datang ke sini, tapi sudah lama ga,” ujarnya polos.

Sudah jauh-jauh hari, relawan saling berdiskusi untuk memutuskan sejumlah keluarga besar Tzu Chi yang akan dikunjungi saat perayaan Imlek. Oma Tan Soei Nio adalah satu di antaranya.

Tidak seperti kunjungan sebelumnya, kali ini oma tidak berdiri menyambut kami di depan rumahnya karena mengalami cidera pada pinggulnya. Beberapa hari sebelum kedatangan relawan, anak oma mengabarkan bahwa ibunya jatuh terpeleset di kamar mandi umum yang terletak tak jauh dari rumahnya. Beruntung saat itu oma bisa segera ditolong oleh tetangga sekitar. Walaupun cideranya sudah diobati, namun mengingat usia oma yang sudah tidak muda, pemulihannya akan memakan waktu.

Empat relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pluit yang dikoordinasi oleh The Hany saat itu, duduk mengelilingi Oma Tan Soei Nio, layaknya cucu-cucunya yang mendengarkan curahan hati dari oma, mulai dari kenangan masa kecilnya hingga kehidupan yang dijalaninya sekarang. Sesekali obrolan hangat tersebut juga diselingi canda tawa, yang membuat oma tertawa terbahak-bahak. Tak terasa obrolan tersebut mengalir satu setengah jam, hingga jarum jam menunjukkan angka 9 lebih. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah oma, semakin lengkap dengan pemberian aneka kue, permen dan buah-buahan yang diinisiasi oleh relawan.

“Saya dipenuhi berkah, dapat banyak bingkisan kue dari teman saya. Jadi, saya kepikiran mau berbagi berkah tersebut dengan oma,” ucap Lestin yang ikut serta memberikan perhatian kepada oma. Begitu pun dengan Kelly yang sengaja mampir untuk membeli buah-buahan, “pas mau berangkat ke sini, saya sekalian mampir beli buah-buahan di pasar sekitar rumah. Buah-buahan bagus untuk kesehatan badan oma”.

Oma menerima pemberian tersebut dengan penuh haru. Sebelum melanjutkan kunjungan ke rumah berikutnya, relawan sempat mendoakan Oma Tan Soei Nio agar segera sembuh dan dapat beraktivitas kembali.

Rumah Oey Trisnayanti seketika menjadi ramai pada Minggu, 11 Februari 2024, saat sembilan relawan memenuhi undangannya untuk merayakan Imlek bersama keluarganya.

Tak jauh dari tempat tinggal oma, relawan memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri gang sempit nan berliku menuju rumah keluarga besar Tzu Chi lainnya, Oey Trisnayanti (45). Mereka bergabung dengan tim relawan lain yang sudah tiba lebih dulu. Beralamat di Jl. Sukarela Gang Swadaya 2, tempat tinggal Tina (sapaan akrab Oey Trisnayanti) yang bertingkat dua tersebut terkesan bersih dan nyaman. Lantai bawah rumahnya dihuni oleh empat orang, yang terdiri dari dua anaknya, suami Tina dan dia sendiri. Sedangkan, lantai atas dialihfungsikan sebagai kost lima pintu.

Sejak jam 08.30 WIB, rumah tersebut sudah dipenuhi oleh lima relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pluit yang dikoordinasi oleh Henny. Sebelumnya, Tina yang berinisiatif mengundang relawan Tzu Chi berkumpul di rumahnya untuk merayakan Imlek. Undangan tersebut disambut positif oleh para relawan yang mengenalnya. Kehangatan keluarga terpancar dari wajah sembilan relawan Tzu Chi dan empat anggota keluarga Tina yang berkumpul di ruang tamunya kala itu.

Tina dan suaminya, Fery, cepat berbaur dengan para relawan karena memang sudah saling mengenal, baik saat kunjungan kasih maupun saat berkegiatan di Tzu Chi. Berkat perhatian dan pendampingan berkelanjutan dari relawan, Tina yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi sejak tahun 2021, kini juga tergerak membantu berbagai kegiatan amal yang diadakan oleh relawan Tzu Chi, mulai dari gathering Gan En Hu hingga kunjungan kasih.

Bersyukur atas berkah kehidupan, Tina juga ingin menyebarkan kembali cinta kasih yang diterimanya kepada banyak orang. Berawal dari perjuangannya melawan penyakit kanker sejak tahun 2019, ia pun menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi. Sejak saat itu, dukungan dan pendampingan diberikan oleh para relawan. Semangat Tina terus bertumbuh untuk menjalan radioterapi walaupun harus mengalami efek samping akibat pengobatannya tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 2022, Tina pun dinyatakan bebas dari kanker. Namun, ia masih rutin menjalani pemeriksaan kesehatan berkala hingga saat ini.

Ditemui di restorannya, relawan senior Tzu Chi, Chandra Chaidir merasa bahagia bisa berkumpul bersama keluarga besar Tzu Chi untuk merayakan Imlek.

Seiring kondisi kesehatan yang semakin membaik, ia bersama Fery terpanggil untuk bersumbangsih melalui kegiatan kemanusiaan yang diadakan oleh Tzu Chi. Bagi Fery, sumbangsih ini sekaligus merupakan wujud rasa syukurnya atas kesembuhan sang istri. “Saya pernah dengar perkataan dari Master, jangan hanya menerima, sekali-kali kita juga memberi. Jadi sekarang posisi istri saya, puji Tuhan sudah sembuh. Mumpung kita masih diberikan waktu untuk hidup, bernafas dan masih sehat, kenapa kita tidak menggunakan waktunya untuk berbuat baik?” ungkap Fery.

Melihat kedatangan relawan yang berkunjung ke rumahnya hari itu, kedua anak dari pasangan Tina dan Fery merasa terharu dan juga mengucapkan terima kasih atas perhatian relawan selama ini. “Terima kasih kepada Tzu Chi yang sudah membantu mama saya, relawan Tzu Chi yang sudah mampir ke sini. Gan en atas perhatian kalian,” tutur Claudio, putra sulungnya.

Terik matahari siang terasa begitu menyengat saat relawan berpamitan kepada Tina dan Fery. Sebelum melanjutkan kunjungan kasih Imlek pada hari itu, relawan pun menyempatkan diri untuk bersilaturahmi sekaligus mengisi perut di sebuah restoran di kawasan Muara Karang yang dikelola oleh relawan senior Tzu Chi, Chandra Chaidir. Tak lupa, para relawan yang usianya lebih muda memberikan ucapan selamat tahun baru Imlek kepada beliau agar senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kemakmuran.

Relawan yang bersilaturahmi ke rumah relawan senior Tzu Chi, Po Kim San, berfoto bersama keluarga kecilnya di ruang tamu.

Selepas mengisi perut, sekitar pukul 13.00 WIB, relawan pun bertolak menuju rumah relawan senior Tzu Chi lainnya, Po Kim San untuk bersilaturahmi. Po Kim San, yang akrab disapa Aguan, menyambut kedatangan para relawan dengan penuh sukacita di rumahnya yang baru selesai direnovasi. Ada momen lucu ketika relawan mengetuk pintu rumah, yang dikira adalah milik Aguan. Bukan sosok Aguan yang muncul, melainkan sosok Riana Kumala, penerima bantuan Tzu Chi, yang ternyata tinggal bersebelahan dengan Aguan. Alhasil, kejadian tersebut membuat semua relawan tertawa terpingkal-pingkal. Relawan juga akhirnya menggenggam momen tersebut untuk bersilaturahmi ke rumah Riana, usai beramah tamah dengan Aguan.

Ditemui di rumahnya, wajah Riana Kumala (54) dan ibunya, Kitty (85) tampak cerah dan bersemangat saat menyambut kehadiran relawan. Riana berjalan tertatih-tatih digandeng ibunya ketika relawan mengajak mereka duduk mengobrol di halaman rumahnya. Sebelumnya, Riana masih bisa beraktivitas normal dan menjalani rutinitas kantor. Namun, saat gelombang pandemi datang, ia sempat terkonfirmasi positif COVID-19. Di tengah perjuangannya menghadapi virus tersebut, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya terserang penyakit stroke pada Juli 2021. Beruntung, beberapa teman dan tetangganya datang mengulurkan tangan untuk membantunya. Saat pandemi berlangsung, Aguan termasuk tetangga yang rutin memberikan perhatian kepadanya dengan mengantarkan makanan dan kebutuhan lainnya. Hingga saat ini, Tzu Chi masih memberikan bantuan biaya hidup serta relawan secara konsisten berkunjung ke rumahnya untuk memberikan perhatian kepada Riana dan ibunya.

Tersentuh dengan perhatian dan keceriaan yang dibagikan oleh relawan saat berkunjung ke rumahnya, Riana dan ibunya menangis terharu serta beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada mereka. Bahkan, Riana juga memajang fotonya bersama relawan di WhatsApp Story pada hari itu.

Kitty dan Riana tak kuasa menahan haru saat relawan Tzu Chi datang berbagi keceriaan dengan mereka di masa Imlek.

Perjuangan hidup Kitty dalam merawat kedua anaknya yang saat ini tinggal bersamanya memang tidak mudah. Anak bungsunya, yang merupakan adik Riana, masih menjalani terapi psikologis untuk mengobati masalah kesehatan mentalnya. Sedangkan, Riana, yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara, masih menjalani fisioterapi di kawasan Muara Karang hingga saat ini. Meski hidup pas-pasan, namun keluarga ini masih berusaha untuk bisa berbuat kebajikan. Sebuah celengan bambu terlihat di meja tamu rumah mereka. ”Kita sudah dibantu, sudah seharusnya kita juga bantu orang lain. Meski sedikit, senang rasanya bisa ikut bantu orang lain,” kata Kitty yang rutin menuangkan celengan bambu pada acara Gathering Gan En Hu bila sudah penuh terisi. Tak jarang, Riana melalui ibunya juga menyisihkan sebagian biaya hidupnya untuk berdonasi kepada Tzu Chi.

Pada hari itu, tidak hanya sekadar menjaga silaturahmi dengan Aguan, kedatangan relawan ke rumahnya juga dalam rangka mengajaknya merayakan Imlek bersama keluarga besar Tzu Chi lainnya, Souw Siswanto (53). Berawal dari kegiatan memberikan perhatian yang diikuti oleh Aguan dan beberapa relawan lainnya pada 27 Januari 2024 lalu, Siswanto sempat mencurahkan isi hatinya kepada Aguan bahwa ingin merasakan perayaan Imlek yang bermakna dengan relawan Tzu Chi. Hal ini tentu disambut dengan antusias oleh para relawan.

Souw Siswanto akhirnya bisa merasakan perayaan Imlek yang bermakna dengan relawan Tzu Chi. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya saat itu.

Karena keterbatasan ruang di kamar tidur Siswanto, para relawan pun harus bergiliran naik ke lantai atas untuk memberi perhatian kepadanya. Sedangkan, sebagian lagi berbincang dengan keponakannya. Ibunya kebetulan tidak berada di rumah saat itu. Tidak hanya memberikan perhatian kepada Siswanto, relawan juga berinisiatif urunan memberikan bingkisan Imlek kepadanya. Seperti bantuan-bantuan Tzu Chi lainnya, kegiatan pemberian bingkisan Imlek ini pun memiliki arti yang sangat positif kepada penerima bantuan Tzu Chi.

Setiap orang tentu berhak merasakan kebahagiaan di hari yang istimewa, terlebih bagi mereka yang kemampuannya terbatas. ”Kita bersyukur bisa membantu mereka, sekaligus memberikan perhatian dan cinta kasih kepada mereka. Dengan diberi bingkisan seperti ini, mereka akan lebih bersemangat dan bangkit kembali,” kata Aguan. Dengan dukungan dan perhatian yang tulus, tentunya akan lebih mudah bagi para penerima bantuan Tzu Chi untuk bangkit dan menata kehidupannya menjadi lebih baik. ”Mereka bisa memiliki harapan yang lebih baik, ada kita yang memperhatikan mereka,” tambah Aguan.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Kunjungan Kasih Membawa Arti

Kunjungan Kasih Membawa Arti

08 April 2011 Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban setiap anak yang harus diemban dalam merawat orang tua mereka. Namun, kasih sayang itu tanpa batas dan dapat diberikan terhadap orang tua mana pun.
Kasih Ibu Tiada Batasnya

Kasih Ibu Tiada Batasnya

08 Juli 2015

Minggu pagi, 24 Mei 2015 terdengar alunan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut”.  Pagi yang spesial karena sebanyak 95 relawan berkumpul di Aula lantai 2 SMK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka berkumpul pada acara Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) yang bertema  “Hari Ibu”.

Tinggal di Atap Ruko, Anik Tetap Sepenuh Hati Merawat Eza

Tinggal di Atap Ruko, Anik Tetap Sepenuh Hati Merawat Eza

03 Oktober 2022

Di atap sebuah ruko di Kalideres, Jakarta Barat – Mawan Bagus Santoso dan Anik Sugiati tinggal bersama dua anaknya: Lia Aviana dan Ravel Eza Pranata yang menderita radang otak. Ketika berkunjung ke sana, relawan disambut dengan hangat dan ekspresi bahagia.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -