Ademnya Melihat Persahabatan Ponpes Nurul Iman dengan Tzu Chi

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Binawan, Edi Logistik, James, Wanda (He Qi Tangerang)

Para santri tampak berbaris rapi saat pembukaan layanan kesehatan di pesantren mereka. Jumlah santri di sini sekitar 15 ribu dari semua tingkatan, mulai dari PAUD, TK, SD, Madrasah, SMP, SMA, dan Strata 1.

Ada pemandangan yang sungguh menyejukkan pada Bakti Sosial Kesehatan yang digelar Tzu Chi di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Bogor, 21/5/2023 lalu. Pada pembukaan misalnya, indahnya lantunan ayat suci Al-Quran bersambung dengan terjemahan dalam Bahasa Mandarin oleh seorang santri dengan begitu fasih.

Kesenian musik marawis yang ditampilkan para santriwan dengan semangat serta merta menghadirkan suasana syahdu. Tak ketinggalan isyarat tangan lagu Tzu Chi berjudul Satu Keluarga yang ditampilkan bersama-sama oleh santri dan relawan Tzu Chi, membuat semua orang seperti diingatkan untuk selalu saling menyayangi antar umat manusia.

Para santriwati mempraktikkan lagu isyarat tangan Satu Keluarga.

Dr. Umi Waheeda, S.Psi, M.Si, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman menghaturkan ucapan terima kasih karena relawan Tzu Chi sudah jauh-jauh datang ke pesantren guna memberikan layanan kesehatan.

Dalam sambutannya, Umi Waheeda pimpinan pesantren berpesan kepada para santrinya untuk selalu menghormati dan menghargai orang lain, apapun perbedaannya.

“Anak-anakku tersayang, kalian harus ingat di mana kalian berada, semua umat manusia bersaudara. Terutama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi, kenapa? Mereka selalu bantu kita, kesehatan, pendidikan, (pengajaran) Bahasa Mandarin, memberikan beasiswa, mengajarkan agriculture, mengolah sampah. Itu semua bagian dari persaudaraan kita dengan Yayasan Buddha Tzu Chi,” pesan Ummi Waheeda.

Para relawan Tzu Chi sangat bahagia bisa menggarap ladang berkah di Pesantren Nurul Iman. Begitu juga pihak pesantren yang sangat bahagia, karena layanan kesehatan ini sangatlah membantu.

Persahabatan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah terjalin selama 20 tahun ini memang menjadi cerminan toleransi umat beragama yang indah di Indonesia. Kali ini Tzu Chi melalui relawan medisnya, TIMA, kembali datang ke pesantren, memberikan pengobatan kepada 1.000 santri dan pengurus pesantren.

Setidaknya 20 dokter, 8 perawat, 20 apoteker dan tenaga farmasi, serta 90 relawan Tzu Chi bahu-membahu pada kegiatan kemanusiaan ini. Dengan dibantu 110 santri yang menjadi sukarelawan terutama di bagian alur, bakti sosial ini pun berjalan tertib. Dua penyakit yang banyak dikeluhkan santri adalah scabies yakni kudis dan juga infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.

Dokter Andreas begitu detil memeriksa penyakit kulit pada salah satu pasien.

“Ispa ini persoalannya terletak pada terlalu padatnya ruangan tempat mereka tidur,” ujar dr. Andreas Sanusi.

Meski begitu banyak pasien, dr. Andreas yang tahun ini berusia 72 tahun tampak begitu detil kala memeriksa kesehatan para santri. Ia juga berpesan pada santri tentang pentingnya menjaga kebersihan. Dapat bersumbangsih pikiran, tenaga, juga waktu dalam bakti sosial ini menghadirkan rasa syukur di hati dr. Andreas.

“Kami sebagai dokter merasa ini suatu kewajiban moral untuk bantu, seberapa yang kita mampu, kita akan lakukan,” ujarnya.

Sri Dewi (jilbab hitam) bersyukur dengan kehadiran para dokter dan tim medis Tzu Chi ke pesantrennya.

Sri Dewi (21) alumnus pesantren yang kini menjalani program pengabdian merasa terbantu dengan layanan kesehatan ini karena para santri tak perlu jauh-jauh pergi ke dokter. Apalagi beberapa hari belakangan ini Dewi merasakan sesak dan nyeri di dada.

Alhamdulillah semuanya ramah, itu yang bikin kami nyaman sehingga enak untuk konsultasinya,” tuturnya.

Ketika para santri dengan tertib mengikuti tahap demi tahap pemeriksaan kesehatan, di sudut yang lain, tampak puluhan mahasantri dari STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Nurul Iman tengah memeragakan beberapa lagu isyarat tangan khas Tzu Chi. Terlihat beberapa relawan Tzu Chi memberikan sedikit koreksi pada gerakan mereka.

Usai para santriwati yang mendapatkan pengobatan, giliran santriwan kemudian.

Para apoteker dan tenaga farmasi dengan begitu teliti menyiapkan obat para santri.

“Kami sudah lama, sekitar dua tahun akibat pandemi tidak belajar dan baru ketemu lagi dengan para relawan. Kami berharap ada pembelajaran kembali seperti dulu yang diterapkan dua minggu sekali bersama relawan,” kata Azzra, salah satu mahasantri.

Hebatnya, Azzra dan teman-temannya tersebut mahir betul berbahasa Mandarin. Mereka juga sudah menguasai 13 gerakan lagu isyarat tangan Tzu Chi. Para mahasiswi ini sangat senang bisa bertemu dengan para relawan sembari berbicang-bincang dalam bahasa Mandarin.

Tampak para relawan menyiapkan makan siang bagi para pasien. Selain makan siang, ketika menunggu antrean ke dokter, pasien juga diberikan roti.

Wey Alam merasa sangat senang dengan berbagai kemajuan yang diraih Ponpes Nurul Iman dari tahun ke tahun.

Menyaksikan betapa para santri dari generasi ke generasi dengan semangat mewariskan pelajaran yang pernah diberikan oleh tim pendidikan dari relawan He Qi Tangerang, Wakil Ketua He Qi Tangerang, Wey Alam merasa sangat gembira.

“Pelajaran yang dulu pernah diberikan para relawan diajarkan lagi ke adik kelasnya, contohnya Bahasa Mandarin. Dan banyak juga santri yang dapat beasiswa ke universitas Tzu Chi pulang lalu mengajar. Di sini sistem pembelajarannya berkesinambungan. Yang kakak kelas ajar adik kelas, jadi di sini sangat tertib dan bisa mewariskan apa yang diajarkan oleh para relawan yang dulu,” pungkas Wey Alam tersenyum.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Berbagi Kebaikan Lewat Pelayanan Kesehatan

Berbagi Kebaikan Lewat Pelayanan Kesehatan

05 November 2018
Menyambut ulang tahun Tzu Chi ke-25 dan ulang tahun TNI yang ke-73, Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan ke-124 di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam kegiatan ini sebanyak 2.956 pasien berhasil ditangani.
Cinta Kasih di Bumi Cendrawasih

Cinta Kasih di Bumi Cendrawasih

24 Juli 2024

5 jam perjalanan ditempuh Xie Li Papua untuk mengantarkan pasien dari Distrik Kaureh, Yapsi, dan Demta menuju RS Dian Harapan, Jayapura untuk menjalani tindakan operasi katarak, hernia, dan bibir sumbing pada 1-2 Juli 2024.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -