Peresmian titik air di Kampung Pakuhaji diawali dengan pemotongan pita yang diwakili oleh Kapten Deddy Bonar Sirait, Danramil 0101 Pandeglang, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, Joe Riadi, dan Jaja Raharja, warga Kampung Kuranten.
Air adalah suatu kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup, tanpa air kehidupan kita akan sulit dan menderita. Hal inilah yang dirasakan warga kampung Kuranten di Pandeglang, Banten. Walaupun berada di dekat kaki gunung, namun warga “kekeringan”. Ini karena Kampung Kuranten yang berada di dekat gunung karang, dimana banyak batu-batuan sehingga sumber mata air sulit didapat. Mendengar kesulitan yang dihadapi warga Kampung Kuranten, relawan Tzu Chi pun tidak tinggal diam, di tahun 2021, relawan Tzu Chi dibantu warga sekitar mulai bergerak mencari titik sumber air yang bisa digunakan untuk seluruh warga Kuranten.
Setelah melewati berbagai macam rintangan, salah satunya adalah sudah dilakukan galian kurang lebih 11 titik air tetapi ternyata belum berhasil menemukan sumber air yang cukup banyak. “Kita para relawan dan warga sebenarnya sudah hampir putus asa mencari sumber air ini, tetapi kami tetap menerapkan semangat Tzu Chi, jadi kami tidak menyerah sebelum berhasil menemukan sumber air,” ungkap Eddy Sheen, relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Tangerang. Ternyata memang benar semangat dan niat baik tidak akan mengkhianati hasil.
Dengan bantuan salah satu warga yang memiliki lahan di Kampung Pakuhaji, dimana jaraknya mencapai 3 kilometer dari Kampung Kuranten akhirnya solusi dapat terpecahkan. Di Kampung Pakuhaji memang terdapat sumber air yang lebih subur dan lebih banyak persediaan airnya, bahkan hanya menggali 6 meter saja mata air sudah terlihat.
Kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi dan TNI AD membuahkan hasil yang baik. Eddy Sheen (kanan) relawan Tzu Chi yang mendampingi pembangunan titik sumber air ini dari tahun 2021 merasa sangat bahagia dan perjuangan para warga dan juga relawan tidak sia-sia.
“Beruntung Pak Yusep salah satu warga berbaik hati mau menawarkan lahannya untuk kita gali sumber titik air di Kampung Pakuhaji ini dan disalurkan melalui pipa yang anti pecah ke kampung Kuranten yang berjarak tiga kilometer, untuk nantinya digunakan para warga di sana (Kampung Kuranten) yang berjumlah kurang lebih ada 600 keluarga,” cerita Eddy Sheen.
Setelah diadakan penggalian titik air sedalam 40 meter di Kampung Pakuhaji, dalam kurun waktu yang singkat yaitu 3 hari sumber mata air di Kampung Pakuhaji ini pun selesai, dan sudah 6 bulan ini warga Kampung Kuranten memiliki stok air yang banyak dari sebelumnya. Untuk mensyukuri dan merayakan kebahagiaan warga kampung Kuranten dan Pakuhaji, pada hari Kamis, 3 Mei 2024 diadakan peresmian titik sumber air di Kampung Pakuhaji, Padeglang, Banten, yang diihadiri para relawan Tzu Chi Jakarta dan Tangerang, TNI Pandeglang, dan juga warga sekitar. “Sungguh luar biasa bahagianya, ini adalah titik keberhasilan bagi kami setelah kegagalan (berkali-kali). Kebahagiaan warga mampu mengobati semua perjuangan yang sudah dilalui. Semoga warga Kampung Kuranten tetap bisa menghemat penggunaan air agar terus tercukupi,” harap Eddy Sheen.
Harapan yang sama juga disampaikan Kapten Inf. Deddy Bonar Sirait, Danramil 0101 Pandegalang, “Harapan kami (TNI AD dan Tzu Chi) kepada kepada masyarakat, tolong dijaga sumber air ini. Air ini anugerah dari Tuhan, tolong dijaga, jangan dihambur-hamburkan, gunakan seperlunya.”
Kebahagiaan terpancar dari wajah para relawan Tzu Chi Jakarta dan Tangerang saat menyaksikan akhirnya sumber air di kampung Pakuhaji sudah diresmikan. Mereka turut berbahagia karena akhirnya dapat mewujudkan mimpi warga Kuranten.
Berjuang Demi Keselamatan Warga
Krisis air bersih yang terjadi di Kampung Kuranten menyisakan sebuah cerita yang pahit, dimana para warga saling berebutan air hingga terjadi perselisihan satu sama lain. Bahkan hingga menggunakan senjata tajam. Hal ini yang membuat Muhammad Yusep, warga Kampung Kuranten bertekad untuk membuat sumber air khusus untuk warga Kuranten.
“Waktu itu sebelum salat Jumat saat akan wudhu stok air kurang, membuat dua warga berseteru hingga bacok-bacokan, satu orang warga terluka masuk rumah sakit dan satu orang lagi dipenjara. Kejadian itu membuat saya sedih dan saya bertekad dan berjuang gimana caranya kampung ini harus ada sumber airnya. Saya mencari donatur-donatur yang mau membantu kami menyediakan sumber air di kampung ini agar tidak terulang kembali kejadian yang seperti itu. Bahkan kami dengan para RT dan RW itu sering meminta bantuan air dari pihak pemerintah. Akhirnya tahun 2021 dipertemukan dengan Tzu Chi, dan kami sama-sama berjuang mulai saat itu,” cerita Yusep.
Setelah peresmian relawan dan warga berkesempatan untuk mencoba segarnya air pegunungan yang berasal dari titik air di Kampung Pakuhaji. Sumber air ini disalurkan ke Kampung Kuranten yang berjarak tiga kilometer dari Kampung Pakuhaji.
Perjuangan yang jauh dari kata mudah sudah dilewati (relawan) Tzu Chi dan juga Yusep yang bersedia selalu menemani dan membantu pengerjaan penyediaan sumber air. Yusep bercerita di kampung Kuranten sempat berhasil menemukan titik sumber air, dan warga juga sudah sangat berbahagia sampai mengadakan acara selamatan karena adanya sumber air di kampung mereka. Namun sumber air tersebut hanya bertahan dua bulan saja dan selebihnya mereka kembali merasakan krisis air. Tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat Yusep untuk terus berjuang, ia berpikir kalau di Kampung Kuranten tidak memiliki sumber air yang banyak, kenapa tidak dari lokasi lain, tetapi bisa dialirkan ke kampung tempat ia tinggal selama 7 tahun belakangan ini.
“Saya lahir dan besar di Kampung Pakuhaji, di sini memang airnya melimpah dan kebetulan masih ada lahan peninggalan orangtua untuk dibangun sumber air, dan keluarga juga setuju, jadi saya menawarkan kepada pihak Tzu Chi untuk pakai lahan ini saja. Pihak Tzu Chi dan TNI pun setuju, dengan proses yang tidak lama kini warga sudah bisa merasakan airnya, dan tidak lagi kesulitan air. Walaupun berjarak tiga kilometer tapi sumber air ini bisa digunakan untuk warga Kampung Pakuhaji,” cerita Yusep yang sangat gembira karena perjuangannya membuahkan hasil yang baik untuk warga.
Perjuangan Muhammad Yusep agar warga kuranten bisa memiliki sumber air akhirnya terwujud, dengan menyumbangkan sebagian lahan dari peninggalan orangtuanya di Kampung Pakuhaji.
Saat ini sistem keran masih buka – tutup. Keran air dibuka mulai jam 6 pagi dan ditutup pada jam 6 sore, dan saat malam diistirahatkan. Air yang disalurkan ke Kampung Kuranten untuk sementara ini masih ditampung di masjid yang ada di kampung tersebut, dan para warga menggambil air dari sana.
“Karena di Kampung Kuranten belum ada penampungan atau sarana untuk menampung langsung ke rumah-rumah warga, jadi saat ini kami relokasikan dulu ke masjid, dan warga boleh bebas ngambil disana (sesuai kebutuhan). Alhamdullilah udah ga kesusahan air bersih lagi, udah mulai terjawablah perjuangannya bisa dibilang berhasil, berkat dukungan dari Tzu Chi juga. Harapan saya semoga air ini menjadi berkah, berkepanjangan, dan manfaatnya selalu ada warga,” harap Yusep.
Mewariskan Sumber Air untuk Para Penerus
Jaja Raharja (50), warga asli Kampung Kuranten, sejak muda sudah berjuang membantu orang tuanya untuk mendapatkan air bersih. Jaja mengambil air dari sumber-sumbernya yang jaraknya jauh dari Kuranten. Jaja mengira keadaan itu hanya sementara, tetapi ternyata hingga usianya sekarang setelah sudah berkeluarga memiliki anak dan cucu, ia sadar memang kampung kelahirannya itu krisis air, yang berdampak juga terhadap kurangnya kesejahteraan warga kampungnya. Kurangnya air di Kampung Kuranten ini berpengaruh kepada kesehatan warga, dan kehidupan sosial di masyarakat juga (sering) terjadi ketegangan, kesalahpahaman, dan ketidaknyamanan antarwarga.
Jaja Raharja menunjukkan bahwa di rumahnya sekarang sudah cukup dengan cadangan air, bisa untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, minum, dan mandi.
“Sedih banget yang saya rasa, di saat orang-orang berpesta mata air bersih, tetapi kami harus berpesta dengan air mata istilahnya karena tidak memiliki air. Sampai-sampai kejadian yang sangat tragis juga terjadi di kampung ini hanya karena masalah air. Kelihatannya memang sepele, tetapi untuk kami hal ini menjadi masalah besar,” cerita Jaja sambil mengelurakan air mata saat mem-flashback kembali kejadian yang menyedihkan itu.
Jaja yang juga ikut memperjuangan sumber air untuk Kampung Kuranten, saat ini merasa sangat lega dan bahagia. Setelah adanya sumber air yang mengalir ke kampungnya, ia berharap kejadian kelam itu tidak akan pernah terjadi lagi. Jaja dan warga lainnya juga sangat bersyukur bisa mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi yang mau mewujudkan mimpi besar mereka untuk memiliki titik sumber air bersih.
“Syukur alhamdulillah, di zaman ini masih ada orang-orang yang peduli tanpa melihat ras, suku, dan agama. Saya terharu, sangat luar biasa begitu tinggi tingkat kepeduliannya terhadap kami, begitu dekat dengan kami. Masalah kami, masalah mereka juga hingga sama-sama berjuang dari tahun 2021 sampai sekarang 2024 akhirnya terwujud juga satu sumber air buat warga Kuranten. Semua ini juga berkat dukungan para relawan Tzu Chi. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih,” ungkap Jaja haru.
Relawan Tzu Chi dan warga berfoto bersama di tempat sumber air Pakuhaji.
Sumber air ini menjadi sebuah sejarah dan warisan yang indah untuk warga Kuranten untuk para keturunannya nanti. Agar dimasa depan nanti para penerus mereka tidak terlalu susah lagi mendapatkan air bersih, dan pastinya hidup bertetangga antar sesama masyarakat lebih akur dan damai.
“Saya yakin dan percaya setelah adanya sumber air dari Pakuhaji, kehidupan masyarakat Kampung Kuranten secara ekonomi akan lebih terangkat, pertaniannya lebih meningkat dengan adanya air yang melimpah. Terutama saat musim kemarau kami tidak perlu khawatir lagi karena cadangan air cukup untuk menghidupi 5000-an warga Kuranten. Kami juga akan menjaga sumber daya air ini, merawatnya untuk keberlangsungannya. Karena ini nantinya akan kami wariskan juga kepada anak, cucu, dan cicit kami nantinya,” harap Jaja.
Editor: Hadi Pranoto