Ajakan Berbagi dari Tabungan Sesendok Beras

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Siswa kelas budi pekerti yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara menuangkan celengan beras mereka pada pertemuan pertama kelas tatap muka, Minggu, 14 November 2021.

Setelah akrab dengan celengan bambu, kini relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 memperkenalkan siswa kelas budi pekerti yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke dengan celengan beras. Melalui program Semangat Sesendok Beras Menyebarkan Cinta Kasih yang dimulai sekitar satu bulan lalu, kemudian pada Minggu, 14 November 2021, relawan bersama para siswa melakukan penuangan celengan beras mereka untuk pertama kalinya.

Program celengan beras ini mengajak para siswa budi pekerti untuk menyisihkan satu sendok beras dari rumah mereka setiap kali akan memasak. Beras yang terkumpul lalu disatukan satu sama lain dan akan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Para siswa maupun orang tuanya sangat antusias karena ternyata berbagi bisa dimulai dari mana saja. Tidak harus dengan uang, tapi bisa juga dengan hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan bagi mereka.

Terinspirasi dari Kisah Relawan Tzu Chi Myanmar

Selama sebulan berjalan, ajakan untuk menabung sesendok beras ini juga tersebar ke seluruh relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Utara 1, termasuk para siswa Tzu Chi School. Mereka berhasil mengumpulkan hampir 200 kg beras.

Tahun 2008 lalu, setelah Topan Nargis menghancurkan Myanmar, Tzu Chi terus membantu para korban yang selamat dalam membangun kembali rumah dan komunitas mereka. Di daerah terpencil, Tzu Chi juga membantu anak-anak agar dapat bersekolah, serta memberikan bibit padi kepada para petani.

Relawan Tzu Chi juga berbagi kisah bahwa Tzu Chi berawal dari 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari hingga kini bisa memberikan bantuan di berbagai negara. Warga setempat takjub saat mendengar bahwa dengan menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari, setiap orang dapat menolong sesama.

Relawan membagikan celengan bambu kepada warga lalu setiap korban bencana sangat tersentuh dan mulai menyisihkan uang ke dalam celengan. Namun, ada sebagian orang yang tidak mampu menyisihkan uang koin. Karena itu, mereka memutuskan untuk menghemat beras demi menolong sesama dengan menyisihkan segenggam beras saat akan memasak untuk orang yang membutuhkan. Inilah asal mula celengan beras.

Memulai Menabung Beras

Sahwal Ardiansyah (kiri) dan siswa kelas budi pekerti lainnya serta siswa Tzu Chi School dan relawan He Qi Utara 1 turut serta dalam program Semangat Sesendok Beras Menyebarkan Cinta Kasih ini.

Dari kisah tersebut lah, Streisand, relawan Tzu Chi dan juga Da Ai Mama menjelaskan dari mana program celengan beras para siswa kelas budi pekerti ini bermula. Hal tersebut diperkuat dengan menyadari bahwa keadaan ekonomi dari orang tua para siswa sedang terpuruk karena terdampak pandemi.

Nah, kebetulan kelas budi pekerti kita terkendala karena pandemi, jadi mau nggak mau kelasnya dibuat secara online. Lalu ada salah satu anak yang nggak bisa ikut, setelah kita cari tahu ternyata dia harus membantu orang tuanya bekerja di hari libur, kerjanya kupas kerang,” cerita Nancy, panggilan akrab Streisand.

“Ibunya bilang kalau ayahnya kehilangan pekerjaan (pokok), jadi si anak ikut bantu orang tuanya. Lalu ternyata ada beberapa anak lainnya yang orang tuanya juga kehilangan pekerjaan karena terdampak pandemi. Dari kejadian itu muncul ide bahwa kita ingin melakukan program ini,” lanjutnya.

Sahwal Ardiansyah menunjukkan celengan berasnya. Dia sangat antusias, terlebih ibunya selalu mengingatkannya untuk berbagi kepada sesama.

Selama sebulan berjalan, ajakan untuk menabung sesendok beras ini juga tersebar ke seluruh relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Utara 1, termasuk para siswa Tzu Chi School. Tak disangka, pada hari terakhir pengumpulan beras di periode pertama ini, mereka berhasil mengumpulkan hampir 200 kg beras. Sebuah hasil yang sangat tidak terbayangkan pada awalnya. Dari hasil ini, beras itu kemudian dibagikan kepada 14 Lansia yang tinggal seorang diri di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, juga untuk 14 keluarga siswa kelas budi pekerti.

“Yang utama memang mengajarkan berbagi kepada para siswa dan memberitahu mereka bahwa selain orang tua, ada kami (relawan Tzu Chi) yang juga bisa saling membantu,” ungkap Nancy, “di sisi lain kami pun mengajak mereka untuk lebih perhatian kepada orang-orang di sekitar kita karena hasil dari celengan beras ini dibagikan lagi kepada para warga Lansia yang membutuhkan, yang hidup sendiri di sekitar mereka.”

Tekad Membantu Sesama

Dari hasil celengan selama sebulan, beras itu kemudian dibagikan kepada 14 Lansia yang tinggal seorang diri di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, juga untuk 14 keluarga siswa kelas budi pekerti.

Suksesnya kegiatan pengumpulan celengan beras itu tak lepas dari antusias para siswa kelas budi pekerti. Seorang siswa bernama Sahwal Ardiansyah adalah siswa pertama yang mengirimkan foto dirinya tengah menabung sesendok beras untuk relawan. Siswa kelas 5 SD ini mengaku sangat semangat dan ingin ikut berbagi. Dari foto kiriman Sahwal itulah, relawan sangat termotivasi.

“Setelah kelas itu, mama suka ingetin, ‘jangan lupa masukin beras ke celengan yaa’,” kata Sahwal menirukan ucapan ibunya. “Senang sekali karena bisa berbagi,” imbuh anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Saanit, seorang Lansia yang menerima beras hari itu sangat senang dan bersukacita. Ia berterima kasih karena menerima perhatian dari relawan dan anak-anak kelas budi pekerti.

Rusmini, ibu Sahwal memang sejak dulu suka berkegiatan sosial makanya Sahwal pun dididik untuk gemar berbagi serta aktif dalam ikut kelas bersama Tzu Chi. “Jadi pas Zoom (kelas budi pekerti) ada ajakan untuk menabung beras, saya ikut ingetin Sahwal dan dia langsung mulai menabung setelah kelasnya itu,” kata Rusmini.

Rusmini merasa senang bisa mengajak dan mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. “Ya walaupun kami juga pas-pasan tapi mau juga mendidik anak untuk berbagi walau sedikit. Karena kita kelihatan susah tapi ternyata masih ada yang lebih susah. Jadi harus melihat ke bawah juga sehingga bisa bersyukur lebih banyak,” tutur ibu tiga anak itu.

Relawan berfoto bersama usai kegiatan selesai dilaksanakan.

Dari tekad dan niat baik para siswa juga relawan, Saanit, seorang Lansia yang menerima beras hari itu sangat senang dan bersukacita. Ia bercerita bahwa persediaan berasnya memang sudah tiris, sehingga beras dari para siswa budi pekerti itu bisa kembali mengisi gentong di rumahnya. Nenek 60 tahun tersebut pun bersyukur bisa hidup di lingkungan yang penuh kehangatan dan perhatian, di mana anak-anak bisa dididik dengan budi pekerti yang baik.

“Semoga semuanya menjadi anak-anak yang saleh, bisa berbakti kepada orang tua, Allah dan Rasulnya, serta berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Biar sukses, pintar, dan cerdas pokoknya mah,” ungkap Saanit menyematkan doa bagi para siswa kelas budi pekerti.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan

Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan

29 Maret 2019

Materi demi materi pendidikan karakter diberikan para relawan Tzu Chi Singkawang kepada anak-anak di desa binaan. Desa binaan Tzu Chi yang terletak di daerah pedalaman Kabupaten Landak menjadi sasaran pertama relawan muda-mudi Tzu Chi Singkawang.

Memupuk Empati Murid-murid Kelas Budi Pekerti

Memupuk Empati Murid-murid Kelas Budi Pekerti

09 Mei 2022

Setelah dua tahun tidak bertemu, murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Bandung akhirnya berkumpul kembali. Mereka diajak untuk memasak Schotel dan juga membagikan roti kepada para pedagang kaki lima dan pengemudi ojek online.

Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan 2014 Telah Dimulai

Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan 2014 Telah Dimulai

12 Februari 2014 Kelas perdana ini ditutup pada pukul 13.00 WIB dengan membagikan celengan yang akan digunakan xiau pu sa untuk melatih kemurahan hati setiap hari, dan sekantung ”Teh Berbakti” yang akan disuguhkan kepada papa-mama pada hari pertama Imlek nantinya.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -