Aksi Bersih, Wujud Dukungan Tzu Chi Terhadap Indonesia
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Ivana, Metta WulandariSenin, 20 Oktober 2014, sebanyak 60 relawan Tzu Chi menghadiri undangan kirab budaya, syukuran atas dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi-JK. Dalam kesempatan ini, relawan memperkenalkan budaya pelestarian lingkungan, budaya membuang sampah pada tempatnya.
Dengan berbekal sapu, penjepit sampah, plastik hitam besar, dan peralatan kebersihan lainnya, relawan Tzu Chi bertolak menghadiri undangan Kirab Budaya, syukuran atas dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi-JK (20/10). Dalam kesempatan ini, relawan ingin memberikan restu, doa, dan juga dukungan kepada presiden baru sekaligus melakukan aksi pelestarian lingkungan.
Berbaris rapi di jalanan yang terik adalah hal pertama yang dilakukan oleh relawan sesampainya di Bundaran Hotel Indonesia, tempat berkumpulnya undangan kirab syukuran pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sekitar pukul 11 siang, para undangan kirab telah berkumpul untuk menyambut arak-arakan sang Presiden. Apabila undangan lain menampilkan budaya dari daerahnya ataupun keahlian masing-masing, relawan Tzu Chi juga sama. Hanya saja budaya yang dibawa oleh Tzu Chi adalah budaya pelestarian lingkungan, budaya membuang sampah pada tempatnya.
Dengan berbekal alat kebersihan, para relawan berjalan sepanjang jalan Sudirman-Thamrin hingga Monas dan Istana Negara untuk mengumpulkan sampah.
Walaupun cuaca terik, relawan tetap semangat mengumpulkan sampah. Melalui kegiatan ini Tzu Chi berharap dapat memberikan sumbangsih dan manfaat kepada masyarakat dan kota Jakarta.
Joe Riady, koordinator lapangan, mengungkapkan bahwa keikutsertaan Tzu Chi dalam kirab ini merupakan wujud sumbangsih relawan Tzu Chi terhadap kepedulian lingkungan Jakarta. “Kami di sini ingin memperkenalkan budaya bersih pada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya,” ujarnya. Memang, pesta yang disebut kirab budaya ini dihadiri oleh ribuan massa dan meninggalkan sampah di sepanjang jalan.
Hadirnya relawan Tzu Chi ini bahkan sempat menjadi tontonan menarik bagi para warga yang hadir dalam “pesta” ini. Tak jarang dari mereka langsung mengenal Tzu Chi karena seragam dan mengingat lagu Satu Keluarga. Mereka juga memberikan acungan jempol atau tepuk tangan untuk relawan yang mau membungkukkan badan dan mengambil sampah yang berserakan di jalan. Ada pula yang berinisiatif untuk meminta kantong sampah dan ikut serta memungut sampah atau sekadar mengambil sampah di sekitar mereka dan membuangnya di kantong relawan. Lidia Surya (56), salah satunya. Warga Mampang, Jakarta Selatan ini sengaja mengikuti rombongan relawan Tzu Chi untuk ikut membantu mengumpulkan sampah. Ia merasa apa yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi sudah seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat. “Bagi saya, membuang sampah pada tempatnya adalah bagian dari revolusi mental yang paling sederhana,” ucapnya membawa slogan revolusi mental yang dibawa oleh Jokowi. Ia juga menambahkan bahwa ia merasa malu apabila melihat semangat muda para relawan yang usianya sudah tidak lagi muda. “Mereka saja sudah tua, tapi masih semangat bungkuk-bungkuk ambil sampah. Yang muda seharusnya malu,” tuturnya sambil tersenyum.
Lidia Surya (baju kuning), menyambut baik aksi bersih yang dilakukan oleh Tzu Chi. Sepanjang jalan, ia dan anaknya ikut membantu relawan mengumpulkan sampah.
Hansen Shixiong (seragam Abu Putih), tetap semangat mengumpulkan sampah. Di usianya yang tidak lagi muda, ia dengan senang hati ikut dalam aksi bersih demi wujud sumbangsih untuk Indonesia.
Antusiasme warga dalam menyambut Tzu Chi membawa penilaian sendiri bagi Joe Riady. Ia menilai bahwa kegiatan kebersihan yang dilakukan oleh Tzu Chi memberikan manfaat bukan hanya bagi Jakarta, namun juga bagi masyarakat. “Sangat senang karena gerakan kita ada manfaatnya untuk Jakarta dan bisa menggerakkan hati sebagian masyarakat untuk ikut kami pungut sampah,” ungkapnya. Selain mengapresiasi masyarakat, Joe Riady juga memberikan apresiasi bagi 60 relawan yang telah menyempatkan waktu dan menjalankan aksi bersih dengan semangat sampai akhir.
Salah satu relawan yang terlihat sangat bersemangat adalah Hansen (70). Dengan postur tubuh yang tidak lagi tegak, ia terus berjalan kesana-kemari untuk mengumpulkan sampah dengan berbekal sapu dan pengki. Sejak kirab dimulai, sekitar pukul 1 siang hingga selesai pukul 4 sore, ia tetap terlihat bugar. Perjalanan sejauh 4,5 km juga tidak dirasa jauh olehnya. “Sedikit capek sih, cuma sudah istirahat, sudah segar lagi,” ujarnya sambil tertawa. Rasa lelah memang terlihat di wajahnya, namun senyum juga tidak hilang dari sana. Ia berujar, baginya kegiatan ini merupakan kesempatan untuk bersumbangsih. Bukan hanya bersumbangsih bagi keluarga ataupun organisasi, namun wujud sumbangsih untuk Indonesia.