Aku, Kamu, dan Kita Adalah Berkah

Jurnalis : Bagyapersada (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Clarissa, Sharon Tanamas, Rudy Darwin

Menyadari Berkah, Menghargai Berkah, dan Menciptakan Berkah Kembali. Ini adalah tema dari Tzu Ching Camp Kepengurusan 2014 yang diadakan di Aula Jing Si, Jakarta, 5-7 September 2014.

“Orang yang dapat menghargai berkah akan dapat menciptakan berkah, orang yang benar-benar menciptakan berkah merupakan orang kaya yang sesungguhnya”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

Menyadari Berkah, Menghargai Berkah, dan Menciptakan Berkah Kembali. Ini adalah tema dari Tzu Ching Camp Kepengurusan 2014 yang diadakan di Aula Jing Si, Jakarta, 5-7 September 2014. Kamp kepengurusan kali ini di hadiri oleh Tzu Ching dari seluruh Indonesia, sebuah kesempatan yang sangat-sangat indah bisa berkumpul bersama seperti ini, bersama-sama untuk menyadari, menghargai, dan menciptakan berkah kembali.

“Berkah diperoleh dari niat yang baik. Kekuatan didapat dari tekad yang kokoh”

 Sebelumnya saya ingin bercerita terlebih dahulu, ini adalah kamp ke-5 saya bersama keluarga Tzu Ching. Pertama berawal di sekitar tahun 2009, saat itu Tzu Ching kamp ke-5 dan masih bertempat di RSKB Cengkareng. Saya yang masih duduk di kelas 3 SMP mendapat ladang berkah untuk membantu di tim pelayanan dan akhirnya saya memutuskan untuk ikut pertama kalinya di dunia Tzu Ching meskipun belum bergabung sebagai Tzu Ching.

Disana saya sebagai tim pelayanan bertugas menjadi yang menyiapkan makanan kepada para peserta, lalu menyiapkan snack, minuman disaat istirahat, mencuci piring, dan barang-barang setelah makan. Kesan pertama saya saat itu, saya sangat kagum dan terinspirasi dengan semangat para Tzu Ching yang menjadi peserta di kamp tersebut. Sejak saat itu saya bertekad, suatu hari nanti, saya akan memakai seragam biru muda itu dan juga akan bersemangat untuk bersumbangsih seperti mereka, dan ya! Lihatlah diri ini sekarang selalu bersemangat untuk bersumbangsih menciptakan berkah dengan seragam biru muda ini, luar biasa jalinan jodoh ini, saya sangat bersyukur atas berkah dan jodoh ini.

Di tahun 2012, saat itu usia saya sudah hampir memenuhi syarat untuk bisa mengikuti Tzu Ching kamp ke-7, dan betapa bersyukurnya lagi itu adalah kamp pertama di gedung baru yang luar biasa megah, Aula Jing Si. Saya sangat bersyukur dan akhirnya, resmi, saya adalah bagian dari keluarga Tzu Ching. Berkah itu pun berlanjut sepanjang tahun hingga akhirnya saya mengikuti Tzu Ching kamp internasional di Hualien, Taiwan. Lagi-lagi berkah yang luar biasa.

Lalu Kamp berikutnya yang saya ikuti di tahun 2013 adalah kamp pengurus Jakarta, kamp 10 tahun Tzu Ching dimana kita mengadakan persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas, dan di tahun 2014, saya mengikuti kamp kepengurusan Tzu Ching. Perasaan saya setelah mengikuti kamp kali ini, luar biasa, sungguh.  Seperti mendapat angin baru di dunia Tzu Chi. Bagaimana kita dapat memanfaatkan berkah yang melimpah yang kita miliki di hidup ini. Saya juga sangat senang kembali bertemu teman-teman dari luar kota, juga berkenalan dengan teman-teman baru. Saya merasa sangat bangga sekali bisa berada di keluarga Tzu Ching ini, saya bersyukur dengan berkah dan jalinan jodoh ini, saatnya saya menghargai berkah ini dan terus menciptakan berkah kembali untuk bersumbangsih.

Saya merasa sangat bangga sekali bisa berada di keluarga Tzu Ching ini, saya bersyukur dengan berkah dan jalinan jodoh ini.

“Seseorang yang senang bersumbangsih, kondisi batinnya akan  kaya berlimpah”
Sesi yang sangat menginspirasi saya di kamp ini ada beberapa sesi, salah satunya adalah sesi Hendry Xuezhang tentang kehidupan di Griya Jing Si. Saya sangat terinspirasi dengan bahasan tersebut, karena saya teringat kembali saat saya pulang ke Hualien, memang kehidupan disana sungguh-sungguh indah. Para shifu bekerja sepenuh hati tanpa pamrih, dan juga barang-barang Jing Si ini merupakan wujud welas asih dari shigong Shangren (Master Cheng Yen). Saya juga cukup tersentuh mengetahui shigong Shangren yang jadwalnya sangat sibuk mulai dari bangun sangat pagi untuk menyiapkan materi ceramah kepada semua orang, sungguh wujud welas asih dari shigong Shangren

Lalu tentu saja sesi dari Sudarno Xuezhang tentang memaafkan orang tua yang akhirnya membuat saya menitihkan air mata tanpa sepengetahuan orang lain (mungkin,) karena saya sangat tersentuh mengingat saya sempat 13 tahun berpisah dengan ayah saya yang tinggal di Amerika hingga akhirnya tahun lalu saya kembali bertemu beliau dan berkumpul bersama keluarga inti, sungguh mengharukan bagi saya dimana saat saya berumur 7 tahun ayah saya meninggalkan saya untuk bekerja di luar negri yang sangat jauh disana. Saya bertekad untuk terus menghargai orang tua saya, papa, mama, meskipun saya masih sering berbuat salah kepada mereka, meskipun saya sering dimarahi oleh mereka, tapi tiada sedetikpun saya akan lupa untuk menyayangi mereka, saya sayang papa, mama sampai angka 13 di temukan di jarum jam.

Sesi terakhir yang menurut saya menarik adalah sesi dimana kita berkumpul dan bermain bersama dibawah sinar rembulan. Meskipun sempat sedikit hujan namun berkah ini pun tak berhenti sehingga kami semua dapat menikmati bulan diiringi permainan yang sangat menarik juga ditemani oleh kue bulan yang nikmat, sungguh waktu waktu yang sangat berharga. Itulah sesi sesi yang menurut saya menginspirasi di kamp ini.

Sesi dari Sudarno Xuezhang tentang memaafkan orang tua. Saya bertekad untuk terus menghargai orang tua dan tiada sedetikpun saya akan lupa untuk menyayangi mereka.

Tekad saya setelah mengikuti kamp ini simpel, saya sudah rutin mengikuti xun fa xiang (menghirup keharuman Dharma di pagi hari) setiap hari Selasa, saya bertekad untuk semakin rajin mengikuti xun fa xiang, lalu tak lupa untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua, papa, mama, selalu memberikan yang terbaik untuk mereka, lalu juga akan selalu bervegetarian sampai matahari terbenam di pagi hari, dan juga untuk selalu bersumbangsih, menciptakan berkah kembali, bersyukur dengan berkah dan jalinan jodoh ini, menghargai berkah ini untuk selalu bersumbangsih untuk terjun ke masyarakat.

Diakhir tulisan ini, saya ingin mengutip quote dari Ji Shou shibo, “Life is a staircase, you need to improve!” jadi kita harus terus belajar dan belajar untuk bersumbangsih satu sama lain, seperti halnya hakikat kita sebagai manusia, mahluk sosial, harus saling membantu dan juga menyadari berkah, menghargai berkah, serta menciptakan berkah kembali. Jadi untuk teman teman semua, setelah pulang dari kamp ini, bersyukurlah, terjun keluar ke masyarakat, dan anggap dirimu adalah berkah, “Aku adalah berkah, aku akan menciptakan berkah ini kembali, kalian siap semuanya?” Seperti perkataan Master Cheng Yen, Kita yang menanam berkah, kita juga yang akan menuainya.


Artikel Terkait

Tzu Ching Camp VII: Menguatkan Barisan

Tzu Ching Camp VII: Menguatkan Barisan

30 Oktober 2012 Di penghujung kegiatan, tanggal 28 Oktober 2012, para muda-mudi Tzu Chi kembali saling berbagi pengalaman di kota mereka masing-masing. Sebanyak 186 orang peserta dari berbagai penjuru Indonesia memadati ruang Jing Si Da Ting.
Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

25 Agustus 2015

Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.

Tzu Ching Camp: Melihat Dunia dengan Hati

Tzu Ching Camp: Melihat Dunia dengan Hati

02 Desember 2011 Pikiran pertama yang terlintas saat mendengar “Tzu Ching Camp” adalah Camp di dalam tenda dengan api unggun di tengah – tengahnya. Tepat di bulan Agustus 2010, saya mengikuti Tzu Ching Camp V yang dikemas sebegitu menariknya hingga membuat saya terharu dan mengenal Tzu Chi lebih dalam.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -