Aku, Kamu, dan Mereka Tersenyum Bahagia
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha * Walaupun satu bulan sebelumnya para relawan Tzu Chi sudah melakukan baksos kesehatan di Panti Jompo Caritas, Bekasi, namun kini mereka datang kembali untuk melakukan kunjungan kasih kepada para opa dan oma. Salah satunya dengan mencukur rambut dan gunting kuku. | Kehadiran insan Tzu Chi di Panti Jompo Caritas, yang dikelola oleh Yayasan Bina Bhakti, dan Pusat Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan, yang dikelola oleh Yayasan Galuh, Bekasi, seolah tak henti memberi kehangatan cinta kasih dan kepedulian kepada mereka yang tersisihkan. |
Lahir, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan tiba pada masa tua, adalah sebuah proses panjang dalam kehidupan. Hal inilah yang tengah dijalani oleh 45 penghuni Panti Jompo Caritas, yang mayoritas tidak lagi memiliki sanak keluarga. “Tidak hanya hidup sendiri, biasanya mereka juga mengalami stroke, sehingga tidak bisa mengurus dirinya sendiri,” ucap salah satu pengurus panti. Berada di dalam ketergantungan tentunya bukanlah hal yang menyenangkan, terlebih bagi mereka yang masih memiliki keluarga, namun “terpilih” untuk menjadi penghuni panti. Maka tidak heran, wajah sendu dan mendung selalu menghiasi wajah keriput opa dan oma yang berada di dalam panti. Tapi hari itu, Rabu 29 April 2009, kami tidak menemukannya. Yang ada justru wajah-wajah ceria menyambut rombongan kami (Tzu Chi-red) yang mulai memasuki panti. “Selamat pagi, Theresia!” sapa salah satu penghuni panti dengan penuh senyum. Sang pemilik nama pun langsung membalasnya dengan hangat. “Baik sekali, Oma.” Rasa kekeluargaan perlahan merayapi seluruh dinding panti yang dingin. Derai tawa dan canda pun akhirnya membaur, memecahkan kesunyian. Setelah beberapa saat bertegur sapa dengan para penghuni dan pengurus panti, para insan Tzu Chi langsung memulai agenda hari ini. Dengan cekatan, tangan-tangan itu mulai memotong helai demi helai rambut putih para opa dan oma. Tidak hanya itu, Nelly Kosasih, salah seorang relawan Tzu Chi juga mulai mengajak opa dan oma untuk melakukan senam ringan dan berlatih bahasa isyarat tangan “Satu Keluarga”. “Para Opa dan Oma di sini dirawat dengan sangat baik. Namun, mereka sering mengeluh tentang keluarga (mereka) yang jarang menjenguk,” ucap Nelly. Sebenarnya, tambah Nelly, para Opa dan Oma ini juga berharap agar keluarga mereka bisa memberi sedikit uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti odol, obat nyamuk, ataupun sabun mandi. “Saya senang bisa mengajak Opa dan Oma berjoget dan bermain. Walaupun hanya sebentar, tapi setidaknya mereka bisa merasakan kehangatan keluarga dari Tzu Chi,” ungkapnya. Ket : - Perhatian dan sentuhan kasih sayang yang diberikan oleh para insan Tzu Chi kepada oma opa di Panti Kebahagian terpancar dari raut wajah para opa dan oma saat mengikuti sesi demi sesi permainan yang diberikan oleh Nelly. Mulai dari permainan apakah aku, hingga bernyanyi, dan berjoget bersama, mereka selalu antusias mengikutinya. Bahkan beberapa opa dan oma yang awalnya masih murung dan canggung akhirnya bisa mengikuti setiap acara dan menikmatinya. Salah satunya adalah Bernadus Lattu M. Opa asal Flores ini, menurut beberapa pengurus panti memang mudah sekali tersentuh dan menangis. Bahkan beliau bisa menangis hanya karena menonton sebuah adegan film atau sinetron yang mengharukan. Sudah hampir satu setengah tahun Opa Bernadus berada di dalam panti. Namun sejak pertama ia datang hingga sekarang, belum pernah ada keluarganya yang datang menjenguk. “Saya bangga, kalian (Tzu Chi -red) mau datang untuk mencukur dan menghibur kami,” ucap mantan anggota TNI ini sambil terisak. Rasa kecewa dan kesepian yang sangat mendalam seolah mengendap di hati Opa Bernadus. Semenjak terkena stroke, keluarganya mengirim Opa ke Panti Jompo Caritas. Walaupun menurut Opa, sang istri tercinta masih hidup, namun tidak pernah sekalipun belahan hatinya itu datang untuk mengunjunginya. Saat ini, bagi opa yang mengaku sering menghabiskan waktunya untuk melamun dan menangis ini, setiap kali Tzu Chi datang adalah hari yang paling membahagiakan untuknya. “Biasanya mereka datang dua bulan sekali, tapi saya senang walaupun bulan kemarin mereka sudah datang, sekarang mereka datang lagi,” katanya sambil tersenyum. Ket : - "Ayo tersenyumlah bersama kami Opa dan Omas!" inilah harapan para insan Tzu Chi dalam setiap Sepiring Nasi yang Berarti Menurut informasi, wanita tersebut ternyata baru saja resmi menjadi penghuni Yayasan Galuh, pagi ini. Setelah melihat kondisi sekitar yang tidak jauh lebih baik, para relawan Tzu Chi langsung membuka posko pembagian makanan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali ini. Dibantu dengan beberapa orang dari pengurus yayasan, akhirnya kurang lebih 280 orang penghuni, dapat merasakan kepedulian Tzu Chi melalui kegiatan makan siang bersama. Ket : - Meskipun mental mereka terganggu, tapi mereka tetap bisa diajak untuk berdisiplin sebelum menerima Yayasan Galuh yang merupakan singkatan dari ”Gagasan Leluhur” ini dirintis oleh Gendu Mulatif pada tahun 1982. Berbeda dengan pusat rehabilitasi gangguan kejiwaan yang lain, pengobatan yang digunakan oleh yayasan ini berupa pijatan alternatif dan ramuan yang berasal dari akar tumbuhan. Walaupun tidak mudah, Gendu, yang dibantu oleh keluarga besarnya tetap akan memegang teguh komitmen mereka untuk terus membantu para pasien kejiwaan yang tersisihkan dari masyarakat. “Walaupun sudah dinyatakan sembuh, banyak dari mereka yang tidak lagi diterima oleh keluarga dan masyarakat. Kalau begitu, biasanya kami tinggal di sini dan kami perbantukan untuk mengurus yayasan,” tutur Sugito, salah satu pengurus yayasan yang tidak lupa mengucapkan terima kasih atas kepedulian Tzu Chi. Walaupun mengalami ganguan kejiwaan, para penghuni Yayasan Galuh tidak pernah berbuat hal yang tidak menyenangkan kepada para insan Tzu Chi. “Bahkan ketika disuruh berbaris, saat kami ingin membagikan makanan, mereka pun menurut. Meskipun terkadang, ada di antara mereka yang kembali meminta makanan hingga berkali-kali,” ucap Theresia, salah satu insan Tzu Chi yang sudah terjun langsung sejak awal dimulainya kerjasama antara Tzu Chi dan Yayasan Galuh ini. | |
Artikel Terkait
Jembatan Penghantar Cita-Cita
13 Juni 2012 Harapan warga Tarajusari dan Tanjungsari, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung Selatan untuk memiliki jembatan yang menghubungkan dua desa ini tak lama lagi akan segera terwujud.Merasa Sangat Terbantu
15 Desember 2020Di antara rumah-rumah mentereng di Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan terdapat warga yang secara ekonomi kesulitan. Umumnya mereka tinggal di gang-gang sempit. Warga inilah yang hari ini, Selasa 15 Desember 2020 menerima bantuan beras cinta kasih dari Tzu Chi.