Gempa Palu: Aliran Cinta Kasih Terus Mengalir untuk Palu
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari“Di depan mata kami, tanah itu bergunduk-gunduk seperti gunung lalu seperti diaduk, dia membalik,” Silvana menahan napas di tengah ceritanya. “Kami hanya lari sebisa kami,” lanjutnya menerawang. Ketika berlari, ia sempat terlempar ke pohon dan melihat aspal tidak jauh darinya terbelah. Katanya aspal itu menganga dan menutup lagi.
Suaminya yang mencoba menyelamatkannya malah tertimpa tiang listrik, kepalanya terluka parah. “Untung listrik itu sudah putus, jadi sa (saya) punya suami tidak tersetrum,” tutur Silvana. Dengan luka di kepala, ketakutan, pun kepanikan, mereka hanya bisa berlari.
Silvana dan suaminya, Muh Ainur Rasyid yang menggendong keponakannya tidak peduli apa yang mereka lihat di depan mereka. Yang penting mereka berlari, “Sudah tidak berasa itu namanya keseleo, berdarah-darah. Yang penting kami lari karena kalau tidak kami akan tertimbun,” kata Silvana. Mereka bersyukur bukan main setelah bisa melewati bencana gempa sekian detik yang menghancurkan kota kelahirannya itu.
Silvana dan Ainur, menjadi pasien yang ikut dalam penerbangan bersama pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara gelombang kedua di hari Minggu, 30 September 2018 dari Palu, Sulawesi Tengah menuju Makassar, Sulawesi Selatan. Ini adalah salah satu tindakan tanggap darurat yang dilakukan pemerintah untuk memfasilitasi korban yang mengalami luka berat maupun ringan agar bisa menerima penanganan lebih lanjut di beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan di Makassar.
Silvana menjelaskan, ketika tiba di Makassar, ia merasa sangat lega karena penanganan suaminya terbilang sangat cepat dan lancar. Dari bandara, mereka langsung berkoordinasi dengan petugas dari rumah sakit yang telah menunggu dengan mobil ambulan. Luka Ainur yang tergolong berat mendapat rujukan langsung ke RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penanganannya pun tergolong tanggap. Luka di kepala Ainur mendapatkan lebih dari 40 jahitan, tangannya yang retak langsung diobati, begitu juga dengan kakinya yang keseleo. Hingga kini Ainur masih mendapatkan perawatan di ruang rawat inap yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit.
“Saya belum sempat berterima kasih kepada banyak pihak yang sudah membantu saya. Termasuk untuk relawan (Tzu Chi) yang sudah memberikan bantuan,” ucap Silvana. “Saya sangat berterima kasih sekali karena bantuan ini sangat berarti,” lanjutnya.
Pascabencana gempa dan tsunami yang mereka alami, mereka pun belum mempunyai rencana yang pasti. Pasar impress tempat Silvana membantu usaha keluarga di Palu sudah tidak tahu bagaimana bentuknya. Rumah mereka pun sudah tidak tahu seperti apa. Kemungkinan ia akan menumpang keluarganya di Makassar setelah suaminya sembuh dan diperbolehkan untuk pulang.
“Uang bantuan ini sangat berarti untuk membantu kami. Sekali lagi terima kasih banyak,” katanya berkali-kali.
Uang bantuan yang dimaksud Silvana adalah uang pemerhati (dukacita) yang diberikan oleh relawan Tzu Chi Makassar kemarin, 3 Oktober 2018, di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Uang pemerhati diberikan kepada 37 pasien luka berat yang dirujuk dari Palu ke Makassar sejak hari Minggu, 30 September 2018.
Yang Pit Lu, relawan Tzu Chi Jakarta, yang datang bersama relawan Tzu Chi Makassar ke rumah sakit berharap uang pemerhati itu bisa sedikit meringankan beban keluarga. “Semoga bisa untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari di Kota Makassar,” ucap Yang Pit Lu.
Dokter Sriwati Padaguna, Direktur Umum dan Operasional RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo menyambut baik setiap relawan dan bantuan yang datang ke rumah sakit setiap harinya. Ia menuturkan bahwa, “Pada intinya kita bersaudara, rasa duka dengan adanya bencana ini, sudah membuat kita berinisiatif untuk memberikan kasih sayang dan bantuan. Kami berterima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk Tzu Chi yang dengan cinta kasih membantu sesama. Semoga bencana cepat usai.”
Editor: Yuliati
Artikel Terkait
Menumbuhkan Semangat Belajar Melalui Penghijauan Lingkungan Sekolah
12 April 2018Suara kasih: Pemberian Bantuan Pendidikan dan Cinta Kasih dalam Misi Kesehatan
20 Agustus 2013 Insan Tzu Chi juga menggalakkan semangat celengan bambu dan mengimbau anak-anak yang berkecukupan membantu siswa yang kurang mampu. Setiap anak dibimbing untuk menghargai berkah.Dukungan untuk Tim Medis di Karimun
30 Maret 2020Mendukung tim medis dalam menangani wabah virus Corona, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memberikan bantuan ke RSUD Karimun, Puskesmas Meral, dan PMI Tanjung Balai Karimun.