Amanah yang Kini Tersenyum Bahagia
Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A., Videografer: Clarissa R.Hari-harinya yang tadinya murung dan dirundung rasa malu karena “berbeda” perlahan-lahan sirna setelah berjodoh dengan Tzu Chi. Tiga tahun sudah sejak dioperasi bibir sumbing, Amanah (11) kini sudah kembali tersenyum ceria. Ia kini tampak lebih berbahagia saat bermain dan bisa bersekolah dengan percaya diri.
Saat bertemu dengan Tim Medis Tzu Chi (TIMA Indonesia), Amanah masih berusia 8 tahun saat itu. Kini usia Amanah sudah 11 tahun. Siswa SD Kadubera II Pandeglang ini adalah salah satu pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-120 yang bekerja sama dengan TNI di Rumah Sakit Kapal KRI dr. Soeharso yang bersandar di pelabuahan Indah Kiat, Cilegon, Banten pada tanggal 26-28 September 2017 silam. Setelah tiga tahun berlalu, Amanah kembali bertemu dengan Tim Medis Tzu Chi yang dulu pernah membantunya dalam baksos kesehatan.
Ajot Sarjah, Cucum, dan Amanah dengan sukacita menyambut kedatangan anggota TIMA Indonesia di rumahnya tepatnya di Kampung Babakan, Desa Kadubera, Kecamatan Picung, Pandeglang, Banten.
Siang itu, Selasa, 11 Agustus 2020, Ajot Sarjah dan Cucum (orang tua Amanah) kaget sekaligus merasa senang. Menjelang siang hari, mereka kedatangan tamu dari tim medis Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang dulu ikut menangani proses operasi Amanah. Selain untuk bersilaturahmi, kedatangan dua anggota TIMA Indonesia ini juga untuk melihat perkembangan Amanah pascaoperasi 3 tahun yang lalu.
Amanah saat mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-120 yang bekerja sama dengan TNI di Rumah Sakit Kapal KRI dr. Soeharso di Cilegon, Banten pada tanggal 26-28 September 2017.
Saat bertemu, Amanah tampak penasaran dan malu-malu. Tetapi tidak seperti dulu saat belum dioperasi bibir sumbingnya. “Sebelum dioperasi, terkadang suka menangis kalau habis pulang main. Kalau ditanya tidak mau menjawab hanya menangis saja,” kenang Ajot, ayah Amanah.
Nama Amanah sendiri berarti titipan. Dan nama tersebut didapat dari pemberian keluarga dengan harapan walaupun kondisinya berbeda dengan anak lainnya, tetapi harus tetap dirawat dan dibesarkan dengan baik. Sewaktu Amanah lahir, orang tuanya sempat kaget karena kondisinya berbeda. Padahal, dalam keluarganya tidak ada keturunan bibir sumbing. “Pas lahir lihat kondisinya ya kaget dan menangis terus. Tapi ya terima aja kondisinya,” kata Cucum, ibu Amanah. Para tetangga juga kaget melihat kondisi Amanah saat baru lahir. Bahkan kondisi bibir sumbingnya sempat menjadi buah bibir di kampungnya.
Kondisi ini tentu berat bagi Ajot dan Cucum. Sebagai orang tua yang hanya bekerja serabutan, tentunya besar harapan untuk memperbaiki (operasi) kondisi buah hatinya. Saat berumur 1 tahun, niat orang tua Amanah terjawab. Ada informasi kegiatan bakti sosial kesehatan di wilayah Bekasi, Jawa Barat yang dapat menangani pasien bibir sumbing. Tanpa basa-basi Ajot dan Cucum pun segera mendaftarkan Amanah. Namun sayang, harapan mereka kembali pupus karena suhu badan Amanah saat itu panas dan tidak bisa dilakukan operasi. Saat itu mereka pun harus pulang dengan gigit jari ke Kampung Babakan, Desa Kadubera, Kecamatan Picung, Pandeglang, Banten.
Ada Niat, Ada Jalan
Weni Yunita, anggota TIMA Indonesia sekaligus Koordinator Pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi memeriksa kondisi dan perkembangan Amanah pascaoperasi bibir sumbing.
Setelah pupus di Bekasi, rupanya tunas-tunas harapan terus ditumbuhkan Ajot untuk melakukan operasi bibir sumbing bagi Amanah. Ia pun berniat menabung untuk biaya operasi anaknya. Segala pekerjaan ia jalani, salah satunya menjadi Kebot (pekerjaan memisahkan padi dari pohonnya dengan cara dikibas-kibaskan ke kayu atau papan -Red).
Kerja keras Ajot untuk menabung juga harus dibagi untuk menafkahi keluarga. Hasil dari menjadi Kebot pun mau tidak mau harus dibagi dua, bahkan terkadang Ajot tidak bisa menabung karena harus memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah 7 tahun penantian, rupanya jalan lain juga menanti Amanah. Tabungan yang tidak kunjung cukup rupanya digantikan dengan pertemuannya dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui baksos kesehatan.
Berbekal informasi dari Babinsa di Kecamatan Picung, Ajot kemudian mendaftarkan Amanah untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi di Cilegon, Banten. “Saat itu ada informasi dari Babinsa, terus saya mau. Langsung saja daftar karena kasihan sama Amanah,” kata Ajot. Amanah sendiri merupakan satu-satunya pasien bibir sumbing yang mendaftar dari Desa Kadubera.
Pascaoperasi dan menginap satu malam untuk pemulihan di Rumah Sakit Kapal KRI dr. Soeharso. Ajot, Cucum, dan Amanah kemudian pulang dengan rasa bahagia. Penantian panjang Ajot dan keluarga terbayar sudah dengan keberhasilan operasi bibir sumbing Amanah. Setelah operasi, Ajot juga kerap membawa Amanah untuk melakukan kontrol di Puskesmas Kadubera.
Amanah yang Kembali Ceria
Selain dikunjungi, Ajot sarjah sekeluarga juga berbahagia mendapatkan bingkisan paket sembako dari Tzu Chi Indonesia.
Saat ditemui anggota TIMA Indonesia, Amanah sedang libur sekolah karena aturan kegiatan belajar-mengajar di tengah wabah Covid-19. Ia pun kini sudah kelas 5 di SD Kadubera 2. Setelah berbincang-bincang di dalam rumah panggung yang sederhana, kondisi bibir Amanah kemudian dicek oleh anggota TIMA Indonesia, Weni dan Tami. “Saat pemulihan amanah hanya makan bubur saja. Sebelum dioperasi, saat makan selalu keluar dari mulut, berbicara juga sengau karena bibir dan langit-langit terbuka,” cerita Ajot.
“Sekarang ya Alhamdulillah, sehat. Makan juga sudah tidak keluar lagi dari hidungnya. Dulu kan kalau makan keluar, kalau minum keluar. Setelah dioperasi ya sudah membaik,” ungkap Ajot penuh sukacita. Kondisi Amanah saat ini juga membuat Ajot dan Cucum berbahagia. Dahulu, mereka berdua kerap mendengar cibiran tentang anaknya yang terlahir dengan bibir sumbing. “Lega sekali, perasannya enak, tidak sesak (sakit hati) lagi,” kata Ajot dengan mata berkaca-kaca.
Disamping rumahnya, Amanah sering bermain bersama teman-temannya. Kondisinya pun kini jauh lebih baik dari sebelumnya.
Amanah pun kini sudah lebih percaya diri dan sudah sering keluar rumah. Menurut Ajot, perubahan yang drastis anaknya tersebut terlihat setelah dioperasi oleh Tzu Chi. “Perubahannya ya main dengan teman-teman jadi sering, tadinya anaknya memang pemalu. Sekarang juga ngobrol sama temannya, dulu mah diem aja,” kata Ajot menceritakan Amanah yang sekarang.
“Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih sudah membantu operasi anak saya. Saya tidak bisa membalas dengan apapun, cuma bisa berdoa saja untuk yang sudah membantu kami semua,” ungkap Ajot. Ia juga berharap bisa mendapatkan bantuan untuk penanganan lebih lanjut Amanah. “Kalau ada (bantuan), ingin dioperasi kembali langit-langit mulutnya, biar dia (Amanah) bisa ngomong seperti orang lain juga,” kata Ajot berharap.
Kebahagiaan dan senyum ceria Amanah yang kini
telah kembali.
Weni Yunita, anggota TIMA Indonesia sekaligus Koordinator Pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi yang memeriksa kondisi Amanah juga bersukacita. Ia berbahagia melihat kondisi Amanah dan keluarga saat ini. “Sukacita orang tuanya pasti terlihat, apalagi mereka sudah tidak ada lagi mendengar ejekan, trus Amanah sepertinya sudah percaya diri main sama teman-temannya. Kalau dilihat dari pekerjaan orang tuanya, harapan orang tuanya yang telah menunggu 7 tahun memang sangat-sangat layak dibantu,” jelas Weni.
Setelah diperiksa, menurut Weni kondisi bibir pascaoperasi sangat bagus sekali dan rapi. Ia pun berharap kepercayaan diri Amanah terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia. “Yang paling disyukuri saat usia 8 tahun Amanah sudah berjodoh dengan Tzu Chi. Kita bisa memperbaiki fisiknya, jadi rasa minder, tekanan, stres orang tua tidak berkepanjangan. Kita harapkan anak ini nanti bisa tumbuh dengan baik seperti teman-temannya yang lain dan menjadi kebanggaan orang tua,” ungkap Weni setelah mengunjungi Amanah.
Editor: Hadi Pranoto