Anak-anak di Rumah Kasih
Jurnalis : Hendra Gunawan (He Qi Barat), Fotografer : Hendra Gunawan (He Qi Barat)Dua puluh lima anak diasuh oleh Oma Sie Gwik Nio di rumah asuh Rumah Kasih Filemon, Jakarta Barat. Relawan Tzu Chi rutin berkunjung untuk berbagi kasih dengan mereka. |
| ||
Penuh dengan Kasih “Filemon” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Penuh dengan kasih”. Ini sebabnya Oma Sie Gwik Nio memilih kata itu sebagai nama rumah asuh tersebut. Oma berharap dapat membimbing anak–anak ini supaya menjadi penuh dengan kasih, sesuai dengan nama rumah mereka. Oma Sie Gwik Nio yang lahir 58 tahun lalu di Semarang, sudah 3 tahun belakangan ini membimbing anak-anak secara jasmani dan spiritual serta mempersiapkan segala macam kebutuhan mereka, mulai dari kebutuhan sehari–hari hingga kebutuhan sekolah. ”Dari pada saya menganggur karena anak–anak saya sudah dewasa dan ada yang sudah berkeluarga, lebih baik saya melakukan pekerjaan yang lebih bermanfaat bagi orang lain dan bisa memberikan kasih kepada orang yang lebih membutuhkan”, kata Oma Sie Gwik Nio.
Ket: - Sebelum berkunjung, para relawan telah menyiapkan sendiri makanan untuk dimakan bersama anak-anak dalam suasana kekeluargaan. (kiri) Kegiatan kunjungan di sana diawali dengan makan siang bersama. Menu makanan kali ini sangat istimewa yang dimasak oleh para relawan sendiri sebelum berkunjung. Setelah selesai, semua berkumpul kembali di ruangan utama untuk melanjutkan acara. Namun sebelumnya para relawan mengajak anak-anak untuk membersihkan sisa–sisa makanan yang tercecer di lantai oleh Linda Ong Shijie. Para relawan bermaksud mengingatkan anak-anak agar selalu menjaga kebersihan di lingkungan mereka sendiri dan pada akhirnya di lingkungan masyarakat. Master Cheng Yen pernah mengatakan, “Untuk melukis sebuah bidang, pasti dimulai dari sebuah titik, dan titik itu adalah kita sendiri,” di sini maksudnya adalah untuk menjaga kebersihan dimulai dari perilaku kita sendiri dalam kehidupan sehari–hari.
Ket: - Bola kertas dipindahkan dari kaki ke kaki dalam kelompok. Jangan sampai jatuh ke lantai supaya tidak kalah. (kiri). Acara dilanjutkan dengan permainan yang membutuhkan kerja sama kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 6 - 8 orang dan bertugas memindahkan bola kertas dengan menggunakan kaki. Bola ini tidak boleh menyentuh lantai. Jika sampai bola terjatuh, maka kelompok tersebut dianggap gugur. Anak-anak terlihat sangat antusias. Gelak tawa pun memenuhi ruangan tersebut bila ada bola kertas salah satu kelompok yang jatuh. Melihat gelak tawa bahagia memberikan suatu perasaan yang mungkin dinamakan “indahnya berbagi”. Selanjutnya, Lenny Shijie menceritakankisah perjuangan seorang anak yang membantu orangtuanya mengumpulkan botol–botol bekas minuman untuk dijual. Hasilnya untuk membiayai sekolahnya. Setelah mendengar kisah ini, diharapkan anak-anak lebih rajin belajar untuk menghargai kesempatan yang mereka miliki. Sebagai acara penutup, Suparman Shixiong juga menyampaikan sebuah cerita juga yang berjudul “Anak Kodok dan Hujan”. Inti dari cerita itu adalah bahwa untuk mencapai tujuan kita, kadangkala jalan yang dilalui tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan tekad dan kemauan yang cukup besar. | |||