Anak-Anak Saung Tawon

Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Bobby (He Qi Barat)

Relawan Tzu Chi kembali mengunjungi anak-anak Saung Tawon pada 15 Februari 2015 di wilayah Poris, Tangerang.

Untuk kedua kalinya sejak diresmikannya Saung Tawon pada 18 Januari 2015, relawan kembali mengunjungi anak-anak Saung Tawon pada 15 Februari 2015 di wilayah Poris, Tangerang. Hujan yang turun deras tidak menyurutkan niat dan tekad para relawan untuk tetap berbagi kasih dengan anak-anak Saung Tawon. Dengan semangat dan senyum merekah para relawan menyapa  anak-anak yang sudah berkumpul  untuk berkegiatan bersama.

Acara diawali dengan doa dan dilanjutkan dengan mendengarkan cerita inspiratif dari Suparman, salah seorang koordinator kegiatan. Anak-anak pun mendengarkan dengan seksama setiap alur cerita yang disampaikan. Bahkan pada saat diajukan pertanyaan anak-anak mampu menjawab dengan antusias.

Tidak lupa Lagu dan isyarat tangan “Satu Keluarga”, hal yang ditunggu dan sangat diminati anak-anak. Banyak dari mereka yang sudah hafal dan bersedia untuk tampil di depan menghibur relawan dan teman-teman yang hadir.

Pendampingan dan Dukungan

Guntur (15) adalah salah satu anak Saung Tawon yang awalnya tidak bersekolah selama 3 tahun ini karena kondisi keluarganya. Ada pun pendampingan dan dukungan dari Saung Tawon selama 2 tahun akhirnya mampu menggugah ia untuk bersekolah kembali. Kini ia duduk di kelas 2 SMP di sekolah formal. Ketika ditanya apa alasan ia mau kembali bersekolah.  Guntur pun menjawab jika ia kembali bersekolah agar bisa menginspirasi adik-adiknya karena dia anak sulung dari empat bersaudara. 

Saung Tawon adalah wadah untuk kegiatan belajar-mengajar dan pemahaman pentingnya sekolah dan belajar bagi anak-anak prasejahtera, karena ini modal dasar  untuk bangkit dan merubah hidup mereka ke arah yang lebih baik.

Lain halnya dengan Yayah (13). Anak ke-4 dari 7 bersaudara ini belum sempat mengenyam pendidikan formal. Yayah tinggal bersama kedua orangtua dan 6 saudara nya di sepetak kontrakan berukuran 2.5 x 3 m2. Ibunya adalah pemulung sayur sementara bapaknya hanya pekerja serabutan yang tidak menentu penghasilannya.

Setiap hari, saat masih subuh, Yayah sudah harus pergi ke pasar membantu orangtuanya, memulung sampah sayuran. Sayuran tersebut lalu dipilah dan dijual kembali di pasar. Rutinitas Yayah sehari-hari antara lain berjualan, membereskan pekerjaan rumah hingga mengasuh adiknya yang cacat lumpuh total. Dalam senggang waktunya Yayah pun masih menyempatkan diri untuk aktif belajar di Saung Tawon bahkan dia termasuk murid yang menonjol.

Joliana salah satu koordinator kegiatan berharap dengan adanya Saung Tawon bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kegiatan belajar dan mengajar di wilayah Poris ini. Banyak dari anak-anak yang karena kondisi keluarga nya serba kekurangan, terpaksa tidak bersekolah dan membantu orang tuanya berjualan. Ada yang berjualan sayur, krupuk dan membantu ibu nya berjualan di warung. “Untuk itu kami ingin memberikan dukungan dengan membangun Saung Tawon sebagai wadah untuk kegiatan belajar-mengajar dan pemahaman betapa pentingnya sekolah dan belajar  bagi anak-anak, karena ini adalah modal dasar  untuk bangkit dan merubah hidup mereka kearah yang lebih baik. Berbekal pendidikan dan budi pekerti yang baik akan merubah cara pandang dan pola pikir anak-anak sehingga mereka mudah bersosialisasi dalam masyarakat dan mudah mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih layak”, kata Joliana.

Acara ini dihadiri sebanyak 35 relawan dengan anak-anak Saung Tawon usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 70 orang.

Pemberian Susu

Saat ini sudah dibangun dua saung yaitu Saung belajar dan Saung baca  juga dilengkapi dengan fasilitas WC dan jalan setapak. Jalan ini dinamakan Jalur Cinta karena jalan ini sengaja dibangun sempit sehingga siapapun orang yang berpapasan akan saling memberi senyum sapa dan akan terbangun rasa kekeluargaan.  

“Saya berbahagia bisa menjembatin anak bangsa melalu saung belajar ini sehingga mereka lebih mudah mengakses kegiatan belajar mengajar melalui sekolah informal seperti Saung Tawon ini. Harapan kami dengan dibangunnya saung ini dapat memberi manfaat di Kota Tangerang dan memfasilitasi  kegiatan belajar mengajar dan  membentuk karakter yang baik khusus nya anak-anak di bantaran rel KA Tanah Tinggi, Tangerang. Selain kegiatan belajar mengajar kami juga memperhatikan kesehatan anak-anak dengan pemberian susu 2 minggu sekali”, kata Fais, pembina Saung Tawon. “.

Acara dihadiri sebanyak 35 relawan dengan anak-anak Saung Tawon usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 70 orang. Selama tiga jam kami berkegiatan bersama, tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11.45 siang. Kami lalu  makan siang bersama anak-anak di saung. Kegiatan hari ini selesai pada pukul 12.00 semua yang hadir baik relawan dan anak-anak pulang dengan senyum ceria dan bahagia. Hati senang bisa memberikan perhatian dan kasih untuk anak-anak Saung Tawon ini.

Semoga anak-anak Saung Tawon menjadi anak bangsa yang patut di banggakan walau dengan kondisi yang kurang beruntung tapi mereka masih dapat mengenyam pendidikan yang layak  serta mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang-orang berhati mulia. Amin.

Jika dapat bersatu hati dan b ersatu tenaga kekuatannya tentu besar. Manfaatkan waktu dan ruang yang tersedia dengan sebaik-baiknya diantara sesama harus bisa saling berterima kasih, menghormati dan mengasih.i

 ~ Kata Perenungan Master Cheng Yen~


Artikel Terkait

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -