Andi yang Kembali Memulai Hidup dari Awal

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

doc tzu chi

Andi mencoba memakai kaki palsu. Walaupun sakit dan susah menggunakannya, Andi tetap bersemangat dan terus berlatih walaupun kakinya bisa saja terluka dan tergores karena kaki palsu tersebut.

Kisah Amir, warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Meulaboh, Aceh kembali muncul di ingatan saya ketika saya bertemu dengan seorang penerima bantuan lainnya bernama Andi di Jakarta. Warga Meulaboh itu pada awal 2006 lalu bekerja sebagai buruh bangunan. Saat ia membangun sebuah rumah bertingkat dengan rekan kerjanya, ia mengalami kecelakaan. Amir tersengat aliran listrik tegangan tinggi dan mengakibatkan kedua tangannya hangus terbakar. Ia terpental dan tak sadarkan diri. Kecelakaan itu akhirnya membuatnya harus mengamputasi kedua tangannya.

Kisah itu mirip dengan apa yang dialami Andi (36) warga Jl. Prepedan, Kamal, Jakarta Barat. Andi pun harus merelakan kaki kanannya diamputasi sampai batas dengkul. Bukan karena tersengat aliran listrik, namun karena kecelakaan ketika berkendara.

Ketika itu sore hari di akhir bulan Februari 2017, Andi tegah mengendarai sepeda motornya melintasi perempatan Cengkareng ketika kendaraan di depannya tiba-tiba berhenti. Ia yang menghindari tabrak belakang lalu mencoba banting stir ke arah kanan namun terjatuh. Sementara itu dari arah belakang, sebuah truk tronton tidak bisa berhenti dengan tiba-tiba. Andi yang masih kaget bisa menghindar dari truk, namun malang, kakinya ternyata masih terlindas ban truk itu.

doc tzu chi

Berlatih menggunakan kaki palsu butuh waktu penyesuaian dan kebiasaan. Andi awalnya merasa tidak nyaman menggunakan kaki palsu. Tekadnya untuk membahagiakan keluarga menjadi motivasi Andi untuk terus berlatih berjalan.

doc tzu chi

Kehadiran relawan Tzu Chi yang rutin datang mengunjunginya membuat Andi makin bersemangat untuk menjalani kehidupan.

 “Saat itu saya masih sadar, tidak pingsan, saya lihat kaki saya sudah nggak karuan bentuknya,” kenang Andi. Seketika itu juga Andi dibawa ke Rumah Sakit Hermina Daan Mogot. Pukul 02.00 WIB ia memasuki ruang operasi dan dokter mengatakan kaki kanannya tidak bisa diselamatkan karena sudah hancur. “Saya pasrah, yang penting (nyawa) saya bisa selamat, karena saya ingat keluarga saya waktu itu” kenang Andi.

Proses operasi kaki Andi berjalan 5 jam, setelah sadar ia melihat semua keluarga sudah mengelilinginya di tempat tidur. Wajah-wajah sedih, tangis, dan cemas lengkap menemaninya. Pada operasi pertama itu, dokter mengamputasi kaki kanan Andi dan sebagian ruas jari serta telapak kaki kirinya. Dari sanalah kisah kehidupan Andi dimulai kembali.

Bertemu dengan Tzu Chi

Pertemuan Andi dengan relawan Tzu Chi terjadi di wihara. Andi memang aktif di wihara, begitu pula dengan relawan tersebut. Saat itulah Andi mengajukan bantuan kepada Tzu Chi Indonesia. Beberapa minggu kemudian relawan Tzu Chi datang mengunjungi rumah Andi. Saat itu Andi sedang menjalani perawatan di rumah (home care) untuk mengganti perban di kedua kakinya. Perawat dari rumah sakit Hermina setiap hari datang ke rumah Andi untuk mengganti perban di lukanya.

Bagi Andi, menjalani proses pascaoperasi bukanlah hal yang mudah. Proses penyembuhan kaki kanan dan kirinya saja dijalani hampir 6 bulan, sampai lukanya benar-benar kering. Perjuangan Andi tidak sampai di sana, ia juga harus mulai belajar berjalan dengan menggunakan kaki palsu. Terasa sakit awalnya dan tidak bisa berjalan leluasa. “Saya ingin cepat-cepat kerja lagi, cuma masih pikir peluang kerja apa yang bisa saya kerjakan dengan kondisi kaki seperti ini,” tuturnya.

doc tzu chi

Kehadiran relawan Tzgu Chi buat Andi sebagai tempat banyak belajar kehidupan manusia. Andi berterimakasih kepada relawan Tzu Chi yang selama ini mendampingi mentalnya dan juga keluarganya pada saat-saat dimana ia sempat terpuruk.

doc tzu chi

Andi dan istri secara rutin ikut berdonasi untuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Setelah saya dibantu, saya berkeinginan untuk ikut membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan seperti saya dahulu,” katanya.

Sebelum kecelakaan terjadi, Andi menjadi tulang punggung keluarganya. Saat ini ibunya berjualan gado-gado dan rujak di rumah. Ayahnya sudah tidak bisa bekerja lagi karena usia dan matanya pun kurang jelas untuk bekerja.

Ketika relawan Tzu Chi datang kerumahnya pada Selasa (7/11/2017), Andi sedang duduk di lantai beralaskan bantal di ruang tamu. Kedua orang tua Andi dengan senang hati menyambut kedatangan relawan Tzu Chi. Herniwati dan Johnny relawan Tzu Chi yang mendampingi Andi juga gembira melihat Andi terlihat lebih gemuk.

Wahhh gemukan kamu, Ndiii…” kata Johnny.

Iyaa, gimana gak gemuk makan tidur… makan tidur ajah…,” sela Ibu Andi sambil tertawa.

kesembuhan kedua kaki Andi dalam waktu 6 bulan, tidak luput dari dukungan istri dan kedua orang tuanya. “Makanya saya pengen buru-buru bisa jalan. Walaupun sakit saya paksa belajar jalan dengan kaki palsu ini, pengen cepet-cepet kerja, kan saya tulang punggung keluarga. Ibu saya cuma jualan gado-gado, yaaa untuk kebutuhan sehari-hari aja, tahu sendiri namanya jualan makanan,” jelas Andi. Rasa sakit, perih, dan risiko tergores dan luka karena kaki palsu sering dialami Andi. Namun itu lah yang harus ia jalani.

Kini Andi mulai berani menerima jasa servis elektronik di rumahnya, seperti memperbaiki kipas angin, TV, tape, radio, juga instalasi listrik. Kemampuan memperbaiki elektronik ini ia dapat secara otodidak dari saudaranya. Hasilnya lumayan bisa sedikit membantu keuangan rumah tangga.

Di sanalah Andi merasakan peran relawan Tzu Chi yang selalu datang ke rumahnya. “Seneng banget sudah bantu biaya hidup saya, kan saya sudah nggak kerja lagi, kadang saat saya ada kesulitan apa saya langsung sampaikan sama relawan Tzu Chi, bisa tukar pikiran,” ujar Andi.

Herniwati dan Johnny lah, relawan Tzu Chi yang selalu mendampingi Andi sejak bulan Maret hingga Juli. Selama itu pula mereka menemani perawatan home care Andi. Herniwati juga kerap mengajak relawan Tzu Chi lainnya untuk datang mengunjungi Andi. “Biar bisa merasakan dan belajar dari Andi yang bangkit dari keterpurukan,” katanya. Kedatangan relawan Tzu Chi pun menjadi sarana motifasi, bertukar pikiran, dan saling memberi pengalaman untuk Andi.

Ke depannya Andi berkeinginan bisa kembali bekerja atau usaha sendiri. Andi ingin sekali membahagiakan keluarga kecilnya dan kedua orang tuanya. “Sekarang saya menjalani kehidupan dengan penuh ikhlas, semangat lagi. Semua manusia pasti ada cobaannya dan pasti ada jalan keluarnya dengan kita selalu berusaha dan mencoba lagi. Semoga ada peluang yang lebih baik lagi,” katanya.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Membahagiakan Kakek Nenek di Bulan Penuh Berkah

Membahagiakan Kakek Nenek di Bulan Penuh Berkah

06 Juni 2018
Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke Panti Jompo Cendrawasih di Cengkareng, Jakarta Barat untuk memberikan penghiburan kepada para kakek nenek penghuni panti dan pembagian paket lebaran berupa pakaian baru, sarung, makanan, dan dana cinta kasih.
Akhir Penantian Marjuki

Akhir Penantian Marjuki

14 Maret 2018
Marjuki (50), pria asal Desa Sumber Jaya, Gedung Aji Baru, Tulang Bawang, Lampung, merindukan kesembuhan sang putra, Ananda Setia Budi yang mengalami benturan di kepalanya hingga mengenai sarafnya, dan menyebabkan ia harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Lampung.
Berbagi Kasih di Panti Asuhan Baitul Yatama

Berbagi Kasih di Panti Asuhan Baitul Yatama

06 Maret 2017

Pada Sabtu, 18 Februari 2017 sebanyak 20 orang relawan Tzu Chi Sinar Mas datang ke Panti Asuhan Baitul Yatama dengan membawa bantuan berupa rak buku dan sepatu sekolah. Kunjungan kali ini merupakan kunjungan kedua yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -