Antusias Relawan Jayapura
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya Para peserta yang hadir dalam pelatihan relawan Tzu Chi pertama di Jayapura ini mencapai lebih kurang 70 orang. Mereka datang karena ingin mengetahui kegiatan dan misi Tzu Chi. | Tak kenal lelah dalam menyebarkan benih-benih cinta kasih Tzu Chi, itulah yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi Jakarta dan relawan Tzu Chi Makassar. Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam menggunakan pesawat dari Jakarta, relawan Tzu Chi tiba di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua pada pukul 06.00 WIT. Tanpa beristirahat, relawan Tzu Chi langsung menyiapkan bahan untuk pelatihan calon relawan Tzu Chi di Jayapura. |
Tepat pukul 10.00 WIT, para calon relawan dari Jayapura berkumpul di Hotel Yasmin. Walaupun merasa lelah, relawan Tzu Chi Jakarta dan Makassar bertambah semangat karena peserta yang datang lebih kurang 80 orang. Beberapa yang hadir bahkan merupakan perwakilan gereja Katolik termasuk beberapa orang biarawati. Acara yang dibawakan oleh Christian shixiong dari Jakarta dimulai dengan pengenalan asal Tzu Chi di Taiwan berlanjut ke Tzu Chi Indonesia. Dalam sesi ini dijelaskan delapan misi Tzu Chi dan filosofi Tzu Chi yang harus dijalankan oleh relawan Tzu Chi. Dokter Sanjaya, salah seorang calon relawan Jayapura bersemangat untuk bekerja sama dengan Tzu Chi dalam misi kesehatan. “Saya sebagai tenaga kesehatan, kita bisa bekerja sama dengan Tzu Chi kalau kita akan mengadakan pengobatan massal. Tzu Chi yang menyediakan obat-obatannya. Ada beberapa tempat yang harus diadakan pengobatan massal karena lokasi para warga dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sangat jauh seperti di daerah pedalaman Arsom, jadi kalau kita bisa menjangkaunya itu sangat baik sekali, sedangkan tenaga medisnya bisa dari kita yang menyediakan dari Ikatan Tenaga Kesehatan Katolik Papua, yang bergabung di dalamnya cukup lengkap baik dokter spesialis, perawat, apoteker, bidan pokoknya semua tenaga kesehatan bergabung di sana,” ujarnya di sela-sela sharing para relawan yang hadir. Ket : - Relawan Tzu Chi Malaysia, Ji Shou membagi pengalaman-pengalamannya kepada para peserta dalam sesi Dalam kesempatan itu seorang biarawati Suster Antonia juga mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti pelatihan Yayasan Buddha Tzu Chi. Dalam sharing-nya Suster Antonia mengungkapkan dalam logat setempat, “Saya merasa senang dengan kegiatan ini karena memang kebetulan waktu pertama kali saya bekerja sama dengan Pak Dokter Gunawan, karena saya orang tidak tahu sama sekali masalah kesehatan, karena saya bukan orang kesehatan. Tetapi setelah saya dapat tugas di dok 5 dan kebanyakan di situ banyak orang yang sederhana dan sangat butuh bantuan karena setiap tahun ada saja anak-anak yang meninggal karena penyakit TBC, dan malaria dan saya sendiri merasa sedih, pada waktu itu dokter Sanjaya mengajak saya untuk menolong semampu kita. Tidak perlu kita menolong semua, kalau satu-dua orang yang bisa kita selamatkan, kita harus bersyukur. Lalu dengan dukungan itu saya berani. Saya mulai mengadakan kegiatan memberi penyuluhan gizi, jika ada yang sakit saya bawa ke dok 2 atau rumah sakit Kedean Harapan.” Ket : - Suster Antonia dari gereja Katolik menyatakan terharu dengan program yang dijalankan relawan Tzu Chi Baru-baru ini Suster Antonia pernah diajak istri Dokter Sanjaya untuk melihat video kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, waktu itu ia sedang merasa malu karena menganggap dirinya seorang biarawati yang tidak tahu apa-apa. Tetapi setelah menyaksikan video tersebut, Suster Antonia mengatakan ia sangat terharu dan malu karena sebagai seorang biarawati ia belum pernah melakukan kegiata sosial seperti itu. “Dalam kegiatan saya masih suka marah-marah kepada orang, padahal dalam sukarelawan Tzu Chi itu tidak dibenarkan,” ungkapnya sambil tersenyum malu. Kemudian atas ajakan ibu Sanjaya pula, mereka mulai mengurus seorang anak yang pintar namun mengalami kelumpuhan. Mereka berdiskusi dengan Dokter Gunawan dan melakukan survei. Tak lama anak tersebut dibawa ke rumah sakit. Dalam waktu dua tiga hari, anak tersebut dapat ditolong dan berhasil baik. “Peristiwa ini sungguh-sungguh menyentuh saya karena Yayasan Buddha Tzu Chi tidak membedakan suku, agama, dan ras orang tersebut. Semua kita sama dan satu karena pada akhirnya kita satu tujuan, itu yang sangat mendorong saya untuk belajar di Yayasan Buddha Tzu Chi ini,” tutup Suster Antonia. Ket : - Dokter Sanjaya yang tinggal di Jayapura bersemangat mengajak kerja sama Yayasan Buddha Tzu Chi Acara pelatihan tersebut ditutup dengan menyaksikan ceramah Master Cheng Yen yang membicarakan peristiwa Bencana di Myanmar dan Cina. Para peserta kemudian mengadakan doa bersama dan mengumpulkan dana bagi para korban. Mereka pulang dengan membawa cinta kasih dan harapan. | |
Artikel Terkait
Cinta Kasih Untuk Korban Banjir di Jak Luay
06 Januari 2017Harmonisasi dalam Keberagaman
29 April 2013 Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakatBersungguh Hati Melayani Akong dan Amah
07 Juli 2017Kunjungan kasih ini merupakan kunjungan ke panti jompo perdana yang dilakukan oleh Tzu Ching Batam sejak berdiri pada tahun 2010. Awalnya para Tzu Ching merasa tertantang dan sangat khawatir, namun kegiatan dapat berlangsung dengan lancar.