Antusias Warga Palu, Itu Yang Menjadi Bahan Bakar Kami
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami Suryo A.Perumahan Cinta Kasih Tadulako tampak begitu indah dengan pemandangan gunung dan pantai.
Waktu baru menunjukkan pukul 9 pagi di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Namun teriknya, seolah matahari telah berada tepat di atas kepala. Pagi itu Senin, 16 Maret 2020, relawan Tzu Chi punya tugas berat, berat dalam artian sesungguhnya, mengangkat perabot atau barang-barang perlengkapan rumah tangga untuk dimasukkan ke tiap rumah di Perumahan Cinta Kasih Tadulako.
Ada kasur dengan ukuran queen atau 200 CM X 160 CM, lalu kasur untuk anak-anak, juga satu meja lengkap dengan empat kursi. Jika sudah komplit, berarti rumah tersebut siap untuk ditempati.
Para relawan memasukkan kasur ke dalam rumah yang pembangunannya sudah rampung.
Dora Tan yang sama
sekali tak menghiraukan panas.
Dora Tan, relawan Tzu Chi, seolah tak menghiraukan panas matahari maupun beratnya barang-barang perabot tersebut. Dengan cekatan, tangannya mengangkat kasur bergotong-royong dengan tiga pria dari pihak kontraktor pembangunan perumahan. Beberapa kasur kecil bahkan ia angkat sendirian.
“Saya sudah menyangka sih bakal kerja keras seperti ini,” katanya sambil tertawa.
Tak mengeluh sama sekali, Dora mengaku harapan besar warga Palu yang menjadi korban gempa, tsunami, dan likuefasi untuk segara menempati Perumahan Cinta Kasih Tadulako membuatnya bersemangat.
“Dari warga Palu kan selama ini sudah menunggu kita, sudah antusias mau masuk rumah,” ujarnya.
Dengan langkah cepat-cepat, Sudarman Koh mengangkat perabot untuk dimasukkan ke tiap rumah.
Sementara itu wajah Sudarman Koh tampak memerah. Bersama para relawan Tzu Chi lainnya tanpa rehat ia mengangkat perabot rumah itu dari truk ke dalam rumah-rumah siap huni. Senada dengan Dora, antusias warga untuk segera bisa pindah ke rumah yang dibangun Tzu Chi, membuatnya selalu semangat untuk datang lagi dan lagi ke Palu.
“Melihat antusias warga, itu yang menjadi bahan bakar kami. Jadi melihat antusias warga yang sangat senang, kalau dibilang capek ya relawan pasti capek juga. Tapi kita melihat sumringahnya mereka, itu yang bikin kita semangat lagi,” kata Sudarman Koh.
Leni dari Kabupaten
Sigi dan 14 tetangganya sudah 10 hari ini bekerja menanam rumput kawat di
Perumahan Cinta Kasih Tadulako.
Selain perabot yang sudah mulai masuk di tiap unit rumah, penghijauan juga terus dilakukan. Tak cuma pohon, rumput pun di tanam di tiap halaman rumah. Leni dari Kabupaten Sigi dan 14 tetangganya sudah 10 hari ini bekerja menanam rumput kawat di Perumahan Cinta Kasih Tadulako.
“Sebenarnya kami ini adalah penanam padi, karena gempa membuat air susah, saluran air belum selesai dibangun lagi. Jadi menunggu sampai air mengalir, kami beralih sebagai penanam rumput,” ujarnya.
Rumput kawat yang ditanam Leni turut menghijaukan lingkungan perumahan.
“Bibit rumput ini kami ambil dari Sidondo di Sigi. Jadi rumput kawat ini biarpun sudah dibakar, dia tetap tumbuh asal dia ada akar sedikit, Makin dibakar dia makin subur,” terangnya.
Leni mengaku senang mendapat pekerjaan sembari menunggu saluran air untuk sawahnya kembali dibangun. Bukan hanya karena ia mendapatkan penghasilan, tapi juga karena ia punya peran untuk memperindah Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang sebentar lagi akan dihuni oleh warga Palu yang terdampak bencana.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Antusias Warga Palu, Itu Yang Menjadi Bahan Bakar Kami
18 Maret 2020Waktu baru menunjukkan pukul 9 pagi di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Namun teriknya, seolah matahari telah berada tepat di atas kepala. Pagi itu relawan Tzu Chi punya tugas berat, berat dalam artian sesungguhnya, mengangkat perabot atau barang-barang perlengkapan rumah tangga untuk dimasukkan ke tiap rumah di Perumahan Cinta Kasih Tadulako.