Apa itu Peaceful Nutrition?

Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Utara 2), Fotografer : Amelia Devina (He Qi Utara 2)


Peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi dan masyarakat umum menyemarakkan webinar dengan mengenakan dresscode berwarna merah.

Penerapan pola makan dengan asupan nutrisi yang tepat dan seimbang penting dilakukan sebagai upaya menjaga daya tahan tubuh di tengah wabah pandemi COVID-19 ini. Seiring berjalannya waktu, pola makan vegan menjadi pilihan gaya hidup yang mulai dilirik banyak kalangan masyarakat modern. Bukan tanpa sebab, menurut beberapa penelitian, pola makan ini memiliki segudang manfaat seperti dapat mengurangi kelebihan berat badan, mengurangi risiko terkena penyakit kronis terutama penyakit jantung dan kanker, bahkan membantu mengurangi pemanasan global serta masih banyak manfaat lainnya.

Berangkat dari pentingnya pemahaman mengenai keseimbangan kandungan nutrisi dalam pola makan vegan, pada 23 Agustus 2020, komunitas relawan He Qi Utara 2 berkesempatan mengundang dr. Sylvia Irawati, M.Gizi untuk berbagi pengalamannya dalam webinar. Webinar ini bertajuk “Peaceful Nutrition for Body, Mind and Soul.” Ini merupakan rangkaian kegiatan Bulan Tujuh Penuh Berkah yang diadakan mulai dari awal Agustus 2020. Kegiatan ini sekaligus dalam rangka menyemarakkan peringatan HUT ke-75 kemerdekaan RI.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, webinar pun dibuka oleh Nelly, yang bertindak sebagai MC. Webinar yang dihadiri 155 peserta ini terasa sedikit berbeda karena sebagian besar mengenakan dresscode berwarna merah, seakan menambah semarak acara tersebut dengan lantunan lagu “Hari Merdeka” yang mengiringi pembukaannya.

Agar suasana menjadi lebih cair dan santai, Nelly mengajak seluruh peserta berpartisipasi dalam games ice breaking terlebih dahulu sebelum mengikuti sesi yang dibawakan oleh narasumber.

dr. Sylvia mengawali sesinya dengan memberikan penjelasan bahwa peaceful nutrition merupakan nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dapat membawakan kedamaian dan kebahagiaan bagi mereka yang mengonsumsinya. Ia lalu bertanya kepada para peserta mengenai alasan seseorang harus makan.

“Saya biasa makan karena lapar.”, jawab salah satu peserta. “Harus makan karena stress.”, timpal peserta lainnya.

Lebih lanjut, menurut dr. Sylvia, segala makanan yang dikonsumsi ketika seseorang terlalu lapar, mengalami stress maupun tidak fokus saat makan seringkali mempengaruhi keinginan makan seseorang sehingga cenderung makan berlebihan tanpa disadari.Makan dapat diibaratkan sebuah perjalanan, bukan sekedar memuaskan rasa lapar yang muncul ataupun memenuhi keinginan makan saja. Akan tetapi, dapat ditujukan untuk mengatasi kebosanan maupun merespon stress. Makanan yang dipilih seseorang untuk dikonsumsi termasuk bagian dari perjalanan hidupnya dan akan berlangsung seumur hidupnya.

 

“Setiap kali kita makan atau minum, kita sedang melawan suatu penyakit atau memberi makan suatu penyakit.”, ungkap dr.Sylvia yang memilih pola makan vegan sebagai investasi masa depan.

Seseorang harus menyadari bahwa setiap kali memutuskan untuk mengonsumsi suatu makanan atau minuman tertentu maka akan berdampak terhadap kesehatan tubuhnya. Entah melawan suatu penyakit ataupun malah memberi makan penyakit yang ada dalam tubuhnya. Sebagai contoh, bila seseorang sering mengonsumsi alkohol, junk food, dan makanan olahan hewani seperti produk susu, daging merah dan sebagainya, maka akan meningkatkan risiko terkena kanker prostat dan kanker usus. Sebaliknya, bila sering mengonsumsi sayuran hijau, buah-buahan yang bervariasi, produk olahan tomat, dan didukung aktivitas olahraga, maka akan menurunkan resiko terkena kanker payudara.

Selain tubuh, makanan yang dikonsumsi terutama yang diserap oleh usus akan mempengaruhi cara kerja otak seseorang. Banyak orang tidak menyadari bahwa rasa cemas, depresi, gangguan tidur, atau bad mood dapat berawal dari pilihan makanan yang kurang tepat. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa usus dan otak saling berhubungan satu sama lain sehingga usus dapat mengirimkan sinyal ke otak dalam hitungan detik.

Dalam usus juga terdapat banyak bakteri, yang dapat dikelompokkan menjadi bakteri baik dan bakteri jahat. Bakteri baik yang berada di dalam usus sangat penting, karena tidak hanya berfungsi untuk membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi, juga dapat merasakan apa yang sedang dialami oleh seseorang.

Gangguan kesehatan yang seringkali terjadi pada manusia dapat diakibatkan oleh komposisi yang tidak seimbang antara bakteri baik dan bakteri jahat, dalam arti bakteri jahat lebih dominan. Makanan yang seharusnya tidak diserap oleh usus akan masuk dalam aliran darah sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.

Oleh karena itu, dr. Sylvia menganjurkan kepada semua peserta untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan dengan mengurangi konsumsi gula dan makanan olahan. Lalu membatasi konsumsi berbagai makanan olahan hewani dan lebih banyak mengonsumsi sayuran, buah-buahan, makanan berserat tinggi yang dapat membantu memperbanyak bakteri baik di dalam usus. Tentunya, semua hal tersebut juga harus didukung oleh kualitas tidur yang baik dan aktivitas olahraga secara rutin.

Mindful Eating


dr. Sylvia menjelaskan beberapa manfaat dalam menerapkan mindful eating ketika bersantap di meja makan.

Pada kesempatan kali ini, dr. Sylvia yang telah menjadi vegan sejak tujuh tahun lalu, juga membagikan suatu metode yang dinamakan mindful eating. Dalam metode ini, seseorang harus menyadari sepenuhnya keseluruhan proses makan dan makanan yang akan dikonsumsinya. Secara singkat, tubuh dan pikiran seseorang harus fokus pada makan dan makanan yang tersaji di atas meja serta tidak sambil melakukan aktivitas lainnya seperti menonton televisi, main gadget, chatting atau lainnya.

Dengan demikian, seseorang akan jadi lebih bijak dan mampu menentukan jenis makanan dan banyaknya makanan yang dimasukkan ke mulut. Ia pun memahami respon tubuh ketika menerima makanan, dan sebagainya.

Ada 6 langkah yang merupakan bagian dari mindful eating ini, meliputi:

  1. Bernafas dan cek perut: Sebelum mulai makan, bernafas dengan tenang dan persiapkan tubuh dalam kondisi rileks sehingga dapat menyadari sepenuhnya keadaan tubuh. Setelah melalui proses ini, seseorang dapat mengenali apakah keinginan makannya hanya didorong oleh rasa lapar atau memenuhi emosi
  2. Perhatikan makananmu: Perhatikan respon tubuh ketika melihat makanan yang tersaji di atas meja. Sebagai contoh, ketika seseorang melihat seporsi kentang goreng yang   terlihat nikmat dan menjadi kesukaannya. Namun setelah makan, karena terdapat kandungan minyak yang berlebih, maka tubuh akan memberikan   respon yang kurang baik sehingga merasa tidak nikmat. Hal ini merupakan salah satu bentuk respon tubuh yang harus dikenali.
  3. Makan dengan perlahan: Ada anjuran untuk mengunyah makanan sebanyak 32 kali, atau bahkan 150 kali sebelum ditelan. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan, cukup pada saat mengunyah makanan tidak perlu dilakukan terburu-buru. Dengan demikian, seseorang akan lebih seksama merasakan dan menikmati makanannya, yang nantinya akan memudahkannya mengenali tanda kenyang.
  4. Makan secukupnya: Pada saat mengunyah makanan dengan perlahan, seseorang dapat memperhatikan tanda kenyang yang muncul untuk melanjutkan makan kembali atau berhenti karena sudah cukup.
  5. Kunyah makanan: Mengunyah makanan dapat memberikan rangsangan ke otak bahwa seseorang merasa kenyang dan puas setelah makan. Selain itu, juga akan memberi kesempatan otak untuk merasakan sensasi makanan tersebut.
  6. Rasakan sensasi makanan: Makanan alami seperti sayuran dan buah-buahan akan memberikan sensasi rasa yang lebih disukai oleh tubuh dan menimbulkan kepuasan lebih setelah makan.

Seiring waktu, mindful eating akan membawa seseorang mencapai titik di mana ia mulai memilih dan menentukan makanan yang akan dikonsumsi. dr. Sylvia memberikan dua pedoman utama terkait hal ini. Yang pertama adalah mengonsumsi makanan alami dan bukan merupakan makanan olahan seperti singkong, ubi, jagung, kentang, dan masih banyak lainnya.

Dan yang kedua adalah mengonsumsi makanan berbasis nabati, seperti sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Kedua makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi seluruh golongan usia termasuk bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui dan usia lanjut. Selain hal tersebut, keuntungan lainnya adalah dapat mencegah dan mengobati beragam penyakit seperti jantung, kanker dan diabetes.

Tanya Dokter Seputar Pola Makan Nabati


Penjelasan cara kerja Gut-Brain Connection yang diberikan oleh dr. Sylvia semakin membuka wawasan peserta yang mengikuti webinar.

Beberapa di antara peserta yang mengikuti webinar ini telah mulai mempraktikkan pola makan berbasis nabati, salah satunya Ruth. Ia pun bertanya kepada dr. Sylvia mengenai cara memastikan sayuran dan buah yang dibeli di pasar/ walayan tetap bersih dan aman dikonsumsi. Hal ini menjadi perhatian Ruth mengingat banyaknya laporan investigasi yang mengungkapkan bahwa buah-buahan yang dijual telah melalui proses pengarbitan, suatu proses untuk mempercepat pematangan buah dengan menggunakan senyawa kimia Kalsium Karbida.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dr. Sylvia memberikan kriteria ideal dalam memilih buah-buahan yang akan dibeli, yaitu organik dan lokal. Kriteria lokal, dikarenakan untuk mengurangi pencemaran dan mencegah minimnya kerusakan pada makanan, terutama makanan alami, akibat proses distribusi dari jarak yang jauh.Lamanya proses distribusi turut mempengaruhi kualitas makanan alami. Jadi, ketika seseorang membeli makanan alami yang berdekatan dengan lokasi distribusi lokal, maka akan mengurangi resiko kerusakan makanan akibat proses distribusi.

Pada umumnya, makanan alami yang didistribusikan dari jarak yang jauh telah diberikan perlakuan tertentu sehingga lebih awet. Sedangkan kriteria organik, berdasarkan data dari USDA (Departemen Pertanian Amerika Serikat) ditemukan bahwa perbandingan kadar residu pestisida pada hewan lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan.

Hewan yang telah terpapar pestisida, baik langsung maupun tidak langsung, akan mempertahankan senyawa yang terdapat dalam pestisida dalam jaringan lemaknya sepanjang hidupnya. Akumulasi pestisida akan terjadi pada rantai makanan, di mana akan terkonsentrasi pada pemuncak rantai makanan, yaitu hewan. Jadi, ketika seseorang memilih dan menerapkan pola makan nabati, maka akan mengurangi kadar residu pestisida dalam tubuhnya, yang bila dalam jumlah besar akan berbahaya bagi kesehatan tubuhnya.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan dengan cara mencucinya secara menyeluruh hingga bersih tanpa menggunakan sabun. Penggunaan sabun sebaiknya dihindari karena zat-zat tertentu akan meresap ke dalam sayuran dan buah-buahan serta menimbulkan gangguan kesehatan lainnya. Selanjutnya, sayuran dan buah-buahan yang telah dicuci, direndam dalam larutan asam, seperti asam jawa ataupun cuka agar terbebas dari residu pestisida.

Pertanyaan berikutnya diajukan Agung Nugroho mengenai perbedaan antara pola makan vegetarian dan vegan. “Vegan dan vegetarian, apa bedanya?”, tanya Agung secara singkat. dr. Sylvia pun menjelaskan bahwa pola makan vegetarian, dalam hal ini lacto-ovo vegetarian, tidak mengonsumsi segala jenis daging hewan, namun masih mengonsumsi produk hewani seperti telur dan produk olahan susu yang meliputi keju, mentega, yoghurt dan lainnya. Sedangkan pola makan vegan, tidak mengonsumsi segala jenis daging hewan termasuk produk hewani lainnya.

Di antara banyaknya pertanyaan yang masuk, terselip pertanyaan klasik yang biasa ditanyakan oleh seseorang yang ingin belajar pola makan vegan namun khawatir akan kekurangan gizi. Hal serupa juga dirasakan oleh Ernawati Liao, “Saya ingin vegan, tetapi takut kurang gizi. Apa kiatnya?”.

Menjawab pertanyaaan tersebut, dr. Sylvia memaparkan penjelasan berdasarkan jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh Academy of Nutrition and Dietetics. Bahwa pola makan vegan yang diatur dengan baik dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi seluruh golongan usia dan bermanfaat untuk mencegah sekaligus mengobati penyakit. Bila seseorang mengonsumsi makanan sesuai dengan komposisi yang direkomendasikan, maka tidak akan kekurangan gizi.

Dokter turut memberikan rekomendasi bagi seseorang yang ingin menjalani pola makan vegan, yaitu dengan menerapkan metode whole food plant-based diet. Prinsip dalam metode diet ini adalah mengonsumsi makanan alami berbasis nabati, mengonsumsi makanan yang minim olahan atau bukan merupakan makanan olahan, mengonsumsi makanan yang minim lemak. Terkait pemenuhan kebutuhan gizinya, dapat diperoleh dari beberapa sumber gizi nabati berikut, antara lain:

  1. Karbohidrat kompleks, mempunyai peranan penting dalam memberikan energi dan mengoptimalkan fungsi otak seseorang. Sumber karbohidrat kompleks dapat diperoleh dari ubi, singkong, jagung, nasi merah, gandum utuh, sayuran, buah-buahan,kacang-kacangan, dan biji-bijian.
  2. Omega-3, yang bermanfaat untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan menjaga kesehatan mata. Asam lemak omega-3 dapat diserap dari kacang kenari/walnut, flaxseed, chiaseed, minyak zaitun, dan minyak alpukat.
  3. Protein nabati, sangat vital dalam memelihara jaringan tubuh dan membangun sistem kekebalan tubuh, dapat terpenuhi dengan mengonsumsi kacang polong, kacang-kacangan, gandum, quinoa.
  4. Vitamin B, selain menjaga kesehatan jaringan tubuh, juga dapat mereproduksi sel dan metabolisme asam amino. Vitamin ini bersumber dari sereal yang telah difortifikasi atau suplemen tertentu.
  5. Folat, diperlukan dalam membantu proses produksi DNA dan pembentukan sel darah merah, serta berpengaruh dalam perkembangan janin dan sistem saraf. Beberapa makanan yang mengandung folat, di antaranya sayuran berwarna hijau, jus jeruk, dan kacang-kacangan.
  6. Zat besi, yang penting dalam membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah, dapat diperoleh dari bayam, kacang kedelai, tahu dan kismis. Untuk meningkatkan penyerapan gizi dari zat besi, dapat ditambahkan bersama dengan sumber vitamin C.

15 Days Vegan Challenge


Webinar ini membuka wawasan para peserta tentang mindful eating. 

Dalam setiap acara bernuansakan kemerdekaan, rasanya kurang afdol bila tidak diisi dengan pantun. Maka webinar ini pun turut diselingi lomba pantun. Masing-masing peserta yang mewakili kelompoknya saling berbalas pantun. Dari beberapa pantun yang masuk, akhirnya terpilihlah kelompok Ruth, yang menjadi pemenang dalam lomba pantun kali ini.

Pagi-pagi cari sarapan

Mampir ke apotek membeli obat

Mari kita makan vegan

Latih badan supaya sehat

Kemudian acara berlanjut dengan penjelasan dari Shigu Annie Widjaja mengenai syarat dan ketentuan program “15 Days Vegan Challenge”. Ini merupakan bagian dari program “Tulus Bervegetaris Mewaspadai Wabah” yang digagas oleh Tzu Chi Indonesia untuk menggalang hati dan mengajak semakin banyak orang menjalani pola hidup vegetaris.

Bila ada seseorang yang tertarik dalam mengikuti program ini selama 15 hari atau bahkan bertekad untuk bervegetaris seumur hidupnya, dapat mengisi form pendaftaran yang tersedia. Seseorang juga dapat memesan menu makanan berbasis nabati yang bervariasi nan menggiurkan melalui program “Vegan Catering” sehingga mempermudah dirinya dalam menjalani challenge yang diikutinya. Seluruh dana yang terkumpul dari program ini akan didonasikan untuk pembangunan Tzu Chi Hospital.

Di mana ada awal, pasti ada akhir. Demikian juga webinar ini, yang ditutup dengan doa bersama lintas agama agar wabah pandemi COVID-19 segera berakhir.

“Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama, berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.” ~ Kata Perenungan Master Cheng Yen.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Apa itu Peaceful Nutrition?

Apa itu Peaceful Nutrition?

03 September 2020

Berangkat dari pentingnya pemahaman mengenai keseimbangan kandungan nutrisi dalam pola makan vegan, pada 23 Agustus 2020, komunitas relawan He Qi Utara 2 berkesempatan mengundang dr. Sylvia Irawati, M.Gizi untuk berbagi pengalamannya dalam webinar. Webinar ini bertajuk “Peaceful Nutrition for Body, Mind and Soul.”

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -