Murid bersama orang tua dan relawan mengabadikan momen kebersamaan sebelum acara dimulai.
Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) tahun ajaran 2024 telah sampai di hari penutupannya pada Minggu, 17 November 2024. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang berlangsung di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala (indoor), penutupan kelas tahun ini bertempat di Pantai Mangrove, Desa Sei Naga Lawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, 57 km dari kota Medan.
Sebanyak 16 murid bersama orang tua mereka dan 18 relawan hadir dalam penutupan Kelas Kata Perenungan ini. Selain menutup kelas, juga sebagai apresiasi kepada para murid dan orang tua atas dukungan dan kepercayaan mereka terhadap Kelas Kata Perenungan selama ini.
“Sekaligus refreshing bagi anak-anak yang disibukkan dengan padatnya rutinitas kegiatan sekolah dan pendidikan formal setiap hari,”kata Ratna, koordinator kegiatan.
Para peserta diberikan edukasi dan pengarahan mengenai karakteristik, fungsi dan kegunaan, peran tanaman bakau dalam kehidupan manusia oleh Irwan Syahril (kiri).
Dipilihnya Pantai Mangrove juga bertujuan untuk edukasi bagi anak-anak. “Pantai Mangrove merupakan konservasi alam yang dilindungi pemerintah dan bisa sebagai sarana pembelajaran yang positif bagi anak-anak dan relawan yaitu menjaga alam dengan menanam bakau. Menutup kelas sekaligus melindungi alam dan melestarikan lingkungan,” ungkap Tony, relawan Tzu Chi.
Dalam kata sambutannya, Phei Yin selaku Ketua Kelas Kata Perenungan tahun ajaran 2024 menyampaikan terima kasihnya kepada orang tua murid yang mempercayakan anak-anak mereka bergabung dengan Kelas Kata Perenungan dan dukungan mereka selama ini. “Semoga anak-anak selalu mengingat apa yang telah dipelajari di dalam kelas dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga anak-anak dan orang tua mendapat sukacita dan kebahagiaan dari acara penutupan kelas kali ini,” sambung Phei Yin.
Penutupan kali ini istimewa karena selain diadakan outdoor untuk pertama kali, para peserta juga diajak menanam bakau. Sebanyak 100 bibit bakau telah disediakan oleh pihak pengelola Pantai Mangrove. Para peserta terlebih dahulu diberikan edukasi mengenai karakteristik, fungsi dan kegunaan, peran tanaman bakau dalam kehidupan manusia dan ekosistem pantai serta cara menanamnya. Edukasi ini dibawakan oleh Irwan Syahril, warga lokal bermatapencaharian nelayan yang juga penanggung jawab utama konservasi alam Pantai Mangrove.
Anak-anak bersama orang tua dan relawan bersemangat menanam bakau.
Irwan menjelaskan bahwa mangrove yang biasa disebut juga dengan bakau merupakan tanaman daerah tropis dan subtropis yang tumbuh di sepanjang garis pantai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan berada pada tempat-tempat berlumpur dan berair payau seperti muara sungai, delta dan rawa-rawa. Dengan bentuk akar yang unik yang mencuat ke permukaan dan struktur batang yang tangguh, hutan bakau berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari badai atau gelombang air laut (tsunami) dan mencegah erosi (pengikisan) daratan pantai oleh air laut. Hutan bakau berperan sebagai tempat yang ideal bagi berbagai jenis hewan laut seperti ikan-ikan kecil, udang, kepiting untuk berlindung, mencari makan dan bertelur dan berkembang biak.
Peran hutan bakau yang paling penting dalam kehidupan di Bumi yaitu menjaga keseimbangan iklim karena dapat menyerap karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar dan menghasilkan oksigen (O2) serta membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Daun bakau berkhasiat sebagai pertolongan pertama terhadap luka cedera sehingga dapat mencegah pendarahan lebih lanjut dan infeksi. Karena fungsi dan perannya yang besar bagi kehidupan di Bumi, bakau menjadi tumbuhan yang dilindungi tidak hanya oleh pemerintah Indonesia, tapi juga dunia internasional mengingat populasinya yang semakin sedikit akibat penebangan hutan.
Oliver Kane Winardy (ketiga kiri, berkacamata) merasakan pengalaman baru menanam bakau.
Pantai Mangrove telah ada sejak 20 tahun yang lalu. Berkat kesadaran dan kepedulian warga sekitar dan masyarakat Sumatera Utara terhadap alam dan lingkungan, keasrian dan kelestarian Pantai Mangrove tetap terjaga hingga kini. Irwan menambahkan, satu pohon bakau dapat menyuplai oksigen untuk tiga orang. Dengan menanam minimal satu pohon, secara tidak langsung telah menyediakan udara bersih dan segar untuk tiga orang. “Dengan niat dan kesungguhan hati menanam dan disertai doa yang tulus, niscaya alam tetap terjaga dan lestari,” pesan Irwan kepada peserta.
Anak-anak bersama orang tua dan relawan dengan bersemangat menanam bakau dengan panduan dan arahan Irwan. Tentunya ini merupakan pengalaman baru bagi anak-anak dan sebagian besar relawan. Keseruan suasana berlanjut dengan sesi permainan (games) di pinggir pantai berupa lomba lari anak-anak dan orang tua dan lari estafet yang melatih kekompakan dan konsentrasi dengan dipandu relawan William Tandeas. Para peserta lomba saling berpacu untuk menjadi pemenang.
Tak terasa satu jam berlalu, semua peserta kemudian berkumpul di aula tempat berlangsungnya acara dan disuguhi tayangan kilas balik Kelas Kata Perenungan sepanjang tahun 2024. Di penghujung acara, anak-anak diberi kesempatan menyampaikan ungkapan hati kepada orang tua mereka dalam bentuk surat cinta kasih yang disiapkan saat pertemuan kelas sebelumnya.
Suasana bertambah meriah dengan sesi permainan di pinggir pantai berupa lomba lari anak-anak dan orang tua yang melatih kekompakan dan konsentrasi.
Senyum bahagia terpancar dari raut wajah para orang tua saat membaca tulisan anak-anak yang polos dan menyentuh. Beberapa orang tua bahkan relawan tidak dapat menahan perasaan haru dalam momen ini. Suasana kekeluargaan semakin terasa ketika anak-anak memeluk orang tua mereka dengan penuh kasih. Dalam momen penuh kehangatan dan keceriaan ini, beberapa anak membacakan tulisan mereka di hadapan hadirin.
Penutupan kelas kali ini berlangsung dengan sangat baik dan meriah berkat kerjasama dan kesungguhan hati relawan pendidikan dan murid-murid Kelas Kata Perenungan serta dukungan dari pihak pengelola Pantai Mangrove. Setelah makan siang bersama, anak-anak dan relawan kembali ke Medan dengan perasaan puas dan bahagia.
Editor: Khusnul Khotimah