Atmosfer Cinta Kasih

Jurnalis : Rianto Budiman (He Qi Timur), Fotografer : Rianto Budiman (He Qi Timur)
 
 

fotoSeorang warga yang menerima bantuan beras melewati barisan relawan Tzu Chi yang mengucapkan terima kasih "Gan En" kepadanya. Ini merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi yang menghargai dan menghormati para penerima bantuan.

Hari Minggu, tanggal 25 September 2011, relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Timur melakukan pembagian beras kepada warga kurang mampu. Pembagian beras ini diadakan di Kantor Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kegiatan bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu dan sebagai  perwujudan cinta kasih terhadap sesama, berlangsung dari pukul 8 hingga sekitar pukul 11 dan pada kesempatan ini telah dibagikan 48 ton beras cinta kasih.

 

Acara dibuka dengan sambutan dan pembacaan surat dari Master Cheng Yen oleh Johan Shixiong selaku koordinator kegiatan. Sebanyak 122 relawan turut berpartisipasi dalam pembagian beras cinta kasih yang berlangsung dengan tertib, aman, dan lancar ini.

Nuansa yang Tak Terekam
Paragraf di atas kiranya sudah memenuhi  unsur  5 W 1 H, suatu konsep dasar dalam jurnalisme, yaitu: who (siapa), what (apa), where (di mana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Satu paragraf di atas telah dapat menjawab enam pertanyaan: siapa, apa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana mengenai kegiatan pembagian beras cinta kasih.  Namun ada hal yang sangat penting, bahkan mungkin yang terpenting belum atau tidak terekam dalam hanya satu paragraf di atas.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Dua orang relawan Tzu Chi membantu seorang warga yang berusia lanjut keluar dari antrian. Relawan Tzu Chi sangat memperhatikan warga penerima bantuan. (kiri)
  • Relawan pun memperkenalkan salah satu budaya humanis Tzu Chi: isyarat tangan (shou yu). Warga dengan penuh sukacita turut memeragakan isyarat tangan berjudul "Satu Keluarga".(kanan)

Hal yang tidak terekam adalah adanya nuansa cinta kasih dan perasaan bersyukur dari para relawan dan warga penerima bantuan. Atmosfer ini sangat terasa bagi yang ada di lokasi pada saat itu. Mungkin kata–kata juga tidak cukup untuk menggambarkan nuansa ini, kiranya gambar–gambar yang menyertai tulisan ini dapat lebih memperjelas atmosfer cinta kasih yang melingkupi lokasi kegiatan pada saat itu.

Pernyataan Nuansa Cinta Kasih
Yusie Shijie, seorang relawan menyatakan sangat terharu dan bahagia dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembagian beras cinta kasih untuk yang ke dua kalinya ini dan berkata, “Saya sangat bersyukur, karena kondisi saya saat ini ternyata jauh lebih beruntung dibandingkan dengan warga penerima bantuan.” Senada dengan Yusie, Johan Shixiong, koordinator kegiatan ini juga mengutarakan perasaan bersyukurnya. Relawan yang telah memiliki 7 orang cucu  ini berkata, “Saya sangat bersyukur karena diberikan kesempatan untuk bersumbangsih kepada sesama yang kurang mampu dan menaburkan benih cinta kasih.”

foto  foto

Keterangan :

  • Seorang relawan membantu mengangkat beras cinta kasih seorang warga hingga ke becak yang akan ditumpanginya pulang ke rumah.(kiri)
  • Dalam antrian, para warga secara sukarela dan ikhlas memberikan sumbangsihnya. Banyak warga bergembira dapat melakukan hal tersebut.(kanan)

Seorang relawan lainnya, Effendy Shixiong mengungkapkan bahwa baru pada kegiatan kali inilah dia dapat merasakan meratanya perasaan bersyukur yang begitu tulus dari para warga penerima bantuan. Perasaan yang sama juga diungkapkan oleh Tjatiban (72), salah seorang penerima bantuan. Warga di Jl. Gadang ini menyatakan bahwa dia merasa bahagia dan terharu karena ada organisasi yang membantu tanpa pamrih dan tidak membeda-bedakan agama.

Atmosfer cinta kasih yang melingkupi lokasi acara kiranya adalah buah dari diterapkannya budaya humanis Tzu Chi oleh para relawan dalam melaksanakan kegiatan ini. Para realawan sangat kompak dan harmonis serta sangat menjunjung tinggi sikap ‘Bersyukur (Gan En), Menghargai (Zun Zhong), dan Cinta Kasih (Ai)’. Setiap karung beras cinta kasih diberikan secara langsung dari tangan relawan kepada warga. Para relawan juga begitu sigap dan siap untuk membantu para warga yang kesulitan untuk mengangkat karung beras cinta kasih. Ketika para warga akan keluar dari lokasi kegiatan setelah menerima  bantuan beras cinta kasih, dua baris relawan di kiri dan kanan akan menyambut, dengan membungkukkan  badan para relawan  serentak mengucapakan terima kasih, “Gan En”. Peragaan bahasa isyarat tangan Tzu Chi di tengah-tengah acara bukan hanya menghibur, tetapi juga berhasil menghadirkan keceriaan bagi para warga penerima bantuan dan seluruh relawan Tzu Chi. Bahkan ada beberapa warga yang turut menggerakkan tangannya mencoba meniru gerakan para relawan .

Benih cinta kasih yang telah ditaburkan ini haruslah terus dirawat dan dipupuk agar apa yang dikutip dari surat Master Cheng Yen berikut ini niscaya dapat terwujud: “Sumbangan yang sekadar ini akan habis pada saatnya, namun cinta kasih dan rasa syukur yang terkandung di dalamnya akan berlangsung sepanjang masa.”

  
 

Artikel Terkait

Semangat Vegetaris dari Bodhisatwa Cilik

Semangat Vegetaris dari Bodhisatwa Cilik

24 Juli 2017

Relawan komunitas He Qi Utara 1 mengadakan gathering relawan yang mengajak semuanya agar bervegetaris sekaligus membagikan paspor vegetarian. Pada sesi sharing, Shelly Widjaja mengajak Vincent dan kakak-kakaknya untuk tampil dan sharing suka duka menjalani pola makan vegetaris.

Griya Pelestarian Lingkungan Pluit

Griya Pelestarian Lingkungan Pluit

30 Juni 2009 Timbunan botol plastik, kertas koran, maupun barang pecah belah yang terdapat di sebuah ruko besar berpapan nama ”Depo Pelestarian Lingkungan Pluit” adalah timbunan emas yang sangat bernilai. Bahkan, di tempat ini pula insan Tzu Chi belajar untuk menanam kebajikan dalam kehidupannya.
Rasa Syukur dalam Bersumbangsih

Rasa Syukur dalam Bersumbangsih

27 Maret 2018
Pada Minggu, 25Maret 2018relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2melaksanakan baksos kesehatan bagi santri Pondok Pesantren Nurul ImandiParung, Bogor.Baksos ini memberikan pelayanan pengobatan kesehatan gigi dan masalah kesehatan umum bagi para santri.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -