Audiensi Fair Winds Foundation ke Aula Jing Si
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei bersama Relawan Komite Tzu Chi, Chia Wen Yu memandu para tamu dari Fair Winds Foundation, Taiwan tour Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Jakarta Utara.
Indonesia yang kaya akan budaya dalam masyarakatnya serta memiliki landasan negara Bhinneka Tunggal Ika menjadi salah satu alasan Fair Winds Foundation, Taiwan untuk belajar banyak tentang negara terbesar di wilayah Asia Tenggara ini. Selain belajar tentang masyarakatnya, mereka juga menyempatkan diri untuk melakukan audiensi (kunjungan kehormatan-red) ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah berdiri lebih dari dua dekade.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma pun menyambut kedatangan 20 tamu dari Fair Winds Foundation di pintu depan Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kunjungan yang berlangsung pada tanggal 28 Juli 2017 ini merupakan salah satu rangkaian program Fair Winds Foundations yang setiap tahun mengadakan empat kali kunjungan ke luar negeri. Salah satu tujuannya adalah negara-negara di Asia.
Diantara 20 tamu tersebut turut pula Yi-Huah Jiang, Ketua Fair Winds Foundation yang juga mantan Perdana Menteri Taiwan ke-25, Kuang S. Yeh, Presiden Fair Winds Foundation (Mantan Menteri Perhubungan dan Komunikasi), Andrew Hsia, Direktur Fair Winds Foundation (Mantan Ketua Dewan Urusan Daratan), Jaclyn Tsai, Direktur Fair Winds Foundation (Mantan Menteri tanpa Portofolio), dan Kuo-Yen Wei, Konsultan Fair Winds Foundation (Mantan Menteri Administrasi Perlindungan Lingkungan).
Andrew Hsia, Direktur Fair Winds Foundation saat berkunjung ke Tzu Chi Center, Jakarta Utara.
Para tamu dari Fair Winds Foundation disambut hangat saat tiba di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Jakarta Utara.
Kunjungan ke Indonesia sendiri dipilih karena negara ini memiliki banyaknya aspek kehidupan sosial masyarakat dan problematikanya yang bisa dipelajari. “Kunjungan kami ke Indonesia untuk mengetahui budaya-budaya di negara ini, hubungan manusia satu sama lain, dan kenapa ada Tzu Chi di Indonesia,” ungkap Andrew Hsia, Direktur Fair Winds Foundation. Kunjungan pun dilanjutkan dengan ramah tamah, pemutaran video Tzu Chi Indonesia, sambutan, serta diakhiri dengan tour Aula Jing Si yang dipandu Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dan relawan komite Tzu Chi, Cia Wen Yu.
Di sela-sela kunjungan, Yi-Huah Jiang juga mengungkapkan perkembangan Tzu Chi di Indonesia sangat bagus dan menceritakan jalinan jodohnya dengan Tzu Chi pada saat Topan Morakot melanda Taiwan di tahun 2009. Akhirnya, ia pun menjalin kerja sama dengan Tzu Chi Taiwan dalam dalam bidang kemanusiaan dan penanganan bencana alam. “Saya melihat Tzu Chi bukan hanya untuk Taiwan, tetapi untuk semua negara. Di Tzu Chi Indonesia sendiri banyak hal yang sama standarnya dengan Tzu Chi Taiwan. Tzu Chi Indonesia juga memberikan bantuan untuk masyarakat yang membutuhkan agar dapat kembali mandiri dalam hidupnya. Hal ini bisa menjadi pedoman untuk organisasi yang lain sekaligus menjadi pedoman bagi pemerintah,” ungkapnya.
Salah satu tamu yang ikut serta dalam kunjungan ini adalah Mu Yen Chu, ia merupakan salah satu juara olimpiade Taekwondo dari Taiwan yang ikut tergabung dalam Fair Winds Foundation. Menurutnya, kujungan ke Tzu Chi Indonesia ini merupakan siklus kebajikan untuk dirinya. “Walaupun saya orang Taiwan, tetapi belum pernah ke Tzu Chi Taiwan di Hualien. Akhirnya saya mengunjungi Aula Jing Si di Tzu Chi Indonesia. Ini adalah jalinan jodoh yang sangat baik untuk saya,” ungkap Mu Yen Chu saat tour Aula Jing Si.
Tien-Mu Sun, supervisor salah satu organisasi non-profit di Taiwan sedang bertanya tentang perkembangan Tzu Chi di Indonesia.
Mu Yen Chu saat mengunjungi stasiun DAAI TV Jakarta di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.
Begitu pula dengan Tien-Mu Sun, supervisor salah satu organisasi non-profit di Taiwan yang ikut dalam kunjungan Fair Winds Foundation. “Budaya di Indonesia itu banyak terdapat agama, yang menjadi pertanyaan saya adalah bagaimana yayasan berbasis agama Buddha seperti Tzu Chi bisa tumbuh dan berkembang di Indonesia?” tandas Tien-Mu Sun setelah menyaksikan video Tzu Chi Indonesia.
“Jadi saat melihat tayangan normalisasi Kali Angke, pertamanya saya merasa, bagaimana shixiong dan shijie (panggilan untuk relawan Tzu Chi pria dan wanita-red) melakukan semua hal tersebut,” ungkap Tien-Mu Sun. Setelah berkeliling Aula Jing Si di Tzu Chi Center, Tien-Mu Sun pun menyadari bahwa keberadaan Yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia menjadi sebuah contoh dalam toleransi beragama di tengah-tengah masyarakat dengan beragam budaya sehingga bisa bertahan lebih dari dua dekade. “Tzu Chi itu tidak menyebarkan agama, Tzu Chi tidak hanya membantu mereka, tapi menyebarkan kebajikan serta kebaikan di masyarakat,” kata Tien-Mu Sun menanggapi keberadaan Tzu Chi di tengah masyarakat Indonesia.
Editor: Metta Wulandari