Ayanah Menempati Rumah Impian
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Anand Yahya, Suyanti Samad (He Qi Timur)Ayanah (kiri) dengan gembira menyambut kedatangan 4 relawan Tzu Chi berkunjung ke rumahnya pada Minggu, 27 Oktober 2019.
Seperti bangun dari mimpi, Ayanah (50), warga Gang Masjid, Kamal Muara RT 001 / RW 010, menjadi satu dari 10 rumah yang bisa ikut program bedah rumah tahap pertama di Kamal Muara, Jakarta Utara. Ia tidak menduga rumahnya mendapat perhatian untuk dibangun kembali oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indoensia.
Selama ini, Ayanah hidup dalam bayang-bayang rumah yang tidak layak. Dindingnya separuh bata separuh kayu dan atapnya seng. Rumahnya juga lebih rendah dari jalanan sekitar yang sudah beberapa kali mengalami proses peninggian karena wilayah tersebut kerap banjir saat air laut pasang. Sementara itu rumah Ayanah tetap pendek dan tentu banjir rob kerap datang walau hujan tak sedang turun.
“Kalau kita cerita, sedih. Rumahnya rendah, ada di bawah garis jalan. Kalau lagi banjir, saya duduk diam saja lihat menantu kasihan harus nimba air. Kita semua tidak bisa tidur. Kalau jalanan air sudah surut, baru kita timba keluar pakai ember. Kalau tidak ditimba, air tidak surut,” kenang Ayanah mengumpulkan puing-puing kesulitan hidup bersama Sumiati (anaknya) dan Syahril (menantunya). Kini ia menyaksikan impian yang selama puluhan tahun ia pendam itu, perlahan-lahan menjadi kenyataan.
Adalah suatu jalinan jodoh baik antara Ayanah dengan Tzu Chi karena ketika itu progres pembangunan Masjid Jami Al Huda masih berlangsung. Rumah Ayanah yang berada tidak jauh dari masjid turut menjadi perhatian relawan Tzu Chi. Saat itu, Tzu Chi tengah membantu masjid yang pembangunannya sudah berjalan selama tujuh tahun lamanya. Para warga selama tujuh tahun itu mengumpulkan uang secara swadaya untuk mewujudkan rumah ibadah bersama. Mendengar kisah dan tekad mereka, Tzu Chi kemudian terpanggil untuk segera turut membantu menyelesaikan pembangunan masjid. Usai terbangun, disusul lah dengan kegiatan bedah rumah tahap pertama bagi 10 warga sekitar.
Ayanah tak kuasa menahan haru dan bahagia karena selain mendapat rumah baru, ia juga mendapat perlengkapan rumah dan dapur.
Inilah jejak sejarah hidup yang akan terus dikenang Ayanah. Ia bersama sembilan keluarga penerima bantuan bedah rumah menandatangani nota kesepakatan pembangunan rumah pada Selasa 18 Juni 2019, di Kantor Lurah Kamal Muara, Jakarta Utara. Penandatangan surat kesepatan ini disaksikan oleh pihak Pemkot Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan, bersama relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2.
Hanya berselang tiga minggu kemudian, tepatnya 9 Juli 2019, 300 relawan Tzu Chi bersama para guru dan staff dari Tzu Chi School melakukan pembongkaran masing-masing rumah. “Selama pembangunan, kita bertiga tinggal di rumah kakak,” cerita Ayanah.
Didatangi
Mimpi Sebelum Rumah Dibedah
Ayanah bercerita
ia pernah bermimpi tepat sehari sebelum rumahnya dibongkar. Dalam mimpinya, ia
didatangi sekelompok orang-orang berpakaian putih, bertopi putih mendatangi
rumahnya.
“Saya hanya diam berdiri melihat mereka masuk dari depan pintu menuju ke ruang belakang. Saya nyebut, ‘ya Allah. Ada apa saya ini ya’, kata saya. Saya sudah takut dalam mimpi itu,” cerita Ayanah.
Kondisi rumah Ayanah sebelum dibedah lebih pendek dari jalan di depan rumahnya. Apabila air laut pasang, maka rumahnya akan banjir dengan tinggi yang bervariasi. Belum lagi ketika musim hujan melanda.
Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan bahwa rumahnya akan dibangun oleh Tzu Chi. Setelah mimpi itu, Ayanah diminta oleh Pak RW 010 untuk memberikan fotocopy surat tanah, kartu tanda penduduk, dan kartu keluarga.
Selain Ayanah, Syahril (35) menjelaskan bahwa istrinya juga bermimpi aneh, “Mimpi dikasih bayi. Mimpi itu datang dua kali.” Ia pun bertanya kepada Pak Ustaz mengenai arti mimpi tersebut. “Katanya akan mendapat rezeki yang gede. Berarti rezekinya ini,” jelas Syahril, tentang mimpi yang muncul tiga bulan sebelum mendapat bantuan Tzu Chi.
Menjalin Tali
Silaturahmi
Ayanah
menjelaskan bahwa rumah yang terletak di Gang Masjid,
Kamal Muara RT 001/ RW 010
itu adalah rumah warisan orang tua. “Setelah orang tua meninggal, orang tua
memberikan ruang dapur diwariskan kepada saya, bagian depan dikasihkan kepada
saudara saya. Sedangkan kakaknya ikut suami di Bogor. Kakak hanya mendapat
warisan berupa uang,” ujar Ayanah.
“Rumah ibu enak. Kenapa? Ada pintu belakang bu, adem,” kata Adenan Hasan, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 bersama 2 relawan lainnya datang berkunjung ke rumah baru Ayanah pada Minggu, 27 Oktober 2019. Kedatangan insan Tzu Chi disambut Ayanah dengan gembira.
Foto bersama di depan rumah Ayanah yang telah dibangun ulang oleh Tzu Chi.
Walau Tzu Chi belum melakukan serah terima kunci rumah kepada Ayanah, Ayanah sekeluarga sudah tak sabar untuk segera pindah ke rumah baru yang telah berdiri kokoh. “Enak, nggak nimba air, tidur nyenyak. Kalau dulu susah tidur, sekarang Alhamdullilah nyaman. Sembahyang tenang,” tutur Ayanah atau Yanah, panggilan sehari-harinya. “Senang sekali, terima kasih kepada Tzu Chi,” tambahnya.
Mendengar kata senang yang terucap dari bibir Ayanah, Adenan mulai mencandai Ayanah sambil mengatakan bahwa lagu Koes Plus, betul juga. Tak lupa, Adenan Hasan menyanyikan lagu tersebut, Hati senang walaupun tak punya uang, oohh.. “Iya kan senang, tak punya uang, dapat rumah. Tak punya uang, tapi hati senang,” hibur Adenan.
Adenan juga menambahkan, walau sudah berusaha mengumpulkan uang, belum tentu bisa membangun rumah, rezeki seseorang susah ditebak. “Ya, itulah namanya rezeki, tidak bisa kita hitung. Kalau kita hitungi duit untuk nabung-nabung, musibah datang, malah duit habis. Kalau ini malah mukjizat datang,” tuturnya.
Syahril, menantu Ayanah turut berucap syukur dan terima kasih. “Bersyukur rumah mertua sudah dibedah. Saya kalau kerja 10 tahun saja, belum tentu terbangun rumah senyaman ini,” jelas Syahril yang rela mengambil cuti selama tiga bulan agar bisa membantu dan terlibat dalam proses pembangunan rumah mertuanya yang telah bekerja lima tahun di kontruksi baja bagian las baja yang terletak di Kedoya, Jakarta Barat.
Ayanah melambaikan tangan dengan perasaan gembira, ia mengantar relawan Tzu Chi meninggalkan rumah barunya.
“Bersyukur kami semua dikaruniai kesehatan sehingga bisa bermanfaat,” kata Syahril yang sudah lima tahun bekerja di perusahaan kontruksi baja, bagian las baja. Ia juga sangat berbahagia karena memiliki atasan yang penuh pengertian untuk tidak memecatnya walau sejak awal Syahril hanya meminta izin tidak masuk kerja dalam waktu satu bulan, namun nyatanya cutinya berlanjut hingga tiga bulan lamanya.
Selama proses pembangunan rumah mertuanya yang berjalan dalam kurun waktu tiga bulan, Syahril setiap hari membantu para tukang mengangkut bahan-bahan bangunan dari bedeng ke rumahnya. Selain mengangkut bahan bangunan, Syahril juga membantu mengangkut bahan bangunan untuk sembilan unit rumah lainnya. Selain itu, sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada para tukang, keluarga Ayanah selalu memberikan makanan siap saji untuk sarapan, makan siang, dan makan malam bagi seni bangunan.
Melihat rumahnya kini sudah kokoh dan nyaman, Ayanah ingin kembali melanjutkan hidupnya. Ia ingin tetap menjadi Ayanah yang dulu, tetap bekerja keras dan tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh cuci yang kini juga dibantu oleh Sumiati, anaknya.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Ayanah Menempati Rumah Impian
29 Oktober 2019Seperti bangun dari mimpi, Ayanah mendapat program bedah rumah tahap pertama di Kamal Muara. Ia tidak menduga rumahnya mendapat perhatian untuk dibangun kembali oleh Tzu Chi. Selama ini, Ayanah hidup dalam bayang-bayang rumah yang kerap kali terendam air, perlahan-lahan sirna dengan datangnya bantuan dari Tzu Chi.