Bagaimana Menjadi Seorang Teladan ?
Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Budihardjo , Merry Christine (He Qi Barat) Para peserta yang datang merasa gembira dapat mengikuti kegiatan pedalaman misi Tzu Chi ini. Setiap informasi yang diberikan akan dicatat oleh setiap relawan untuk mereka praktikkan di kehidupan sehari-hari. |
| ||
Awal mulanya, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 08.43 WIB, relawan mulai berdatangan. Langit yang bersinar dengan cerah di hari Minggu itu, juga menjadi salah satu faktor pendukung yang baik. 26 orang telah mengisi daftar absensi dan mencari posisi duduk yang nyaman. Dalam hati, saya mulai berkomentar, kegiatan pendalaman misi yang kedua ini akan seperti apa lagi ya? Jika dilihat dari nama kegiatannya yaitu “Pendalaman Misi Tzu Chi”, terbesit di pikiran, pasti "berat” bobotnya. Tapi bila mengingat kembali pengalaman sebelumnya, pendalaman misi yang pertama dibuat dalam bentuk pemberian materi penjelasan lalu di akhiri dengan permainan untuk me-review seberapa banyak informasi tentang Tzu Chi yang telah diserap oleh para relawan. Saat itu, saya juga merasa senang dapat hadir dalam kegiatan itu. Oleh sebab itulah hari ini, saya kembali hadir di kegiatan pendalaman misi Tzu Chi yang kedua di He Qi Barat. Menjadi Teladan Lewat Tindakan Nyata Master Cheng Yen berkata bahwa bodhisatwa harus mempraktikkan Catur-samgraha-vastu, yakni dana, tindakan bermanfaat, tutur kata penuh cinta kasih, dan kebersamaan. Inilah empat hal yang harus kita praktikkan dan sekaligus adalah cara untuk menjadi teladan bagi orang lain.
Keterangan :
“Kita harus melakukan tindakan bermanfaat dan menjadi teladan agar orang lain dapat mengikutinya. Teladan yang baik ini bisa membuat orang merasa tersentuh. Setelah merasa tersentuh, mereka akan mengikuti kita melakukan hal yang sama,” tutur Master Cheng Yen. Kalimat ini membuat saya berpikir, tindakan bermanfaat apa yang telah saya lakukan selama hidup ini? Lalu Beliau melanjutkan ceramahnya, “Dan jika kita berbicara dengan suara lemah lembut dan bertutur kata dengan baik, maka orang lain juga akan merespon kita dengan lemah lembut dan dengan tutur kata yang baik.” Perkataan ini, membuat saya melihat ke dalam diri sendiri apakah saya telah melakukannya? Jika ya, seberapa konsisten saya mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari? Master Cheng Yen mengatakan, “Keindahan kelompok Tzu Chi terletak pada ketertiban setiap relawan. Harus ada banyak orang, baru dapat disebut kelompok. Kelompok harus harmonis dan tertib, baru dapat menciptakan keindahan.” Selama bergabung menjadi relawan Tzu Chi, sudahkah saya menciptakan keindahan seperti yang dijelaskan oleh Beliau? Ceramah yang baru saya dengar, seolah-olah Master Cheng Yen sedang berbicara dengan saya secara pribadi. Refleksi ke dalam terus terjadi dan bergejolak. Inilah kegiatan pendalaman misi Tzu Chi yang sesungguhnya. Saya diingatkan kembali apakah saya sudah benar-benar memahami ajaran Master Cheng Yen ? Apakah saya, sebagai seorang relawan Tzu Chi sudah benar-benar memahami dan mempraktekkan mahzab Tzu Chi dan ajaran Jing Si? Setelah selesai pemutaran Lentera Kehidupan, lampu ruangan dinyalakan kembali. Dan Merry Shijie yang begitu muda dan ceria, langsung melanjutkan kegiatan dengan menjelaskan bahwa kali ini adalah acara perdana bedah buku “Lentera Kehidupan” di He Qi Barat. Diharapkan selanjutnya di tiap komunitas juga mengadakan bedah buku baik dari “Lentera Kehidupan” maupun dari buku karya Master Cheng Yen. Yang penting kita sebagai insan Tzu Chi terus menyelami dan mempraktikkan Dharma Master Cheng Yen.
Keterangan :
Belajar Bahasa Mandarin “Dan tibalah kita untuk memulai kelas belajar bahasa Mandarin,” tutur Merry Shijie yang pernah menjadi guru mandarin di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Kami dalam ruangan langsung tertawa karena berpikir ini hanyalah guyonan belaka. Ternyata Merry Shijie sangat serius. Ia menjelaskan bahwa kebetulan bulan Februari 2012 lalu ia baru pulang memberi laporan tahunan kepada Master Cheng Yen dan pesan dari beliau adalah selain menggalakkan bedah buku dalam versi bahasa Indonesia, juga harus digalakkan dalam versi Mandarin. Jadi para insan Tzu Chi usahakan untuk bisa belajar bahasa Mandarin. Apalagi tidak semua perkataan Master Cheng Yen dapat diartikan secara harafiah. Jadi, jika setiap insan Tzu Chi bisa bahasa Mandarin, diharapkan semakin memahami perkataan beliau. Selain itu, Merry Shijie mengingatkan bahwa di Lentera Kehidupan yang diputarkan sebelumnya, ada seorang pria relawan asing berkulit putih yang memakai rompi Tzu Chi yang sedang melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, mengucapkan satu kalimat yaitu “Zuo Huan Bao, Hu Da Di”, yang artinya melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, menyelamatkan bumi. Jikalau relawan asing tersebut saja mampu berbahasa Mandarin, maka kami yang berada dalam ruangan ini juga begitu. Dengan suasana santai tapi serius, mulailah kami belajar bahasa Mandarin (Xue Xi Zhong Wen) yaitu belajar kata dasar (Pin Yin) dan nada. Banyak relawan yang berusaha mengikuti cara ucapan dan lafal mandarin. Merry Shijie begitu semangat dan kami pun menjadi tambah bersemangat lagi. Tawa canda karena antusias dan senyum malu-malu akibat salah pengucapan dapat terlihat di wajah insan Tzu Chi yang berada di dalam ruangan. Semua begitu menikmati detik-detik kegiatan pendalaman misi ini. Dan tibalah di sesi terakhir, giliran para peserta mulai memberikan sharing. Salah satu relawan yang hadir bernama Ira Shijie dari Cengkareng berkata bahwa ia memperoleh banyak hal yang bermanfaat setelah mengikuti pendalaman misi yang berbentuk bedah buku Lentera Kehidupan dan semoga kegiatan seperti ini dapat ditularkan ke komunitas masing-masing agar setiap relawan Tzu Chi dapat semakin paham dan mengerti tentang Tzu Chi. Setelah itu, Merry Shijie memberikan pesan cinta kasih dan berharap agar setiap insan Tzu Chi senantiasa menyelami dan memahami Dharma, serta melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan tidak melekat. Semoga setiap insan Tzu Chi yang berada dalam ruangan ini, senantiasa melakukan kebajikan tanpa terikat oleh kondisi, menjadi teladan lewat tindakan nyata bukan hanya lewat ucapan, menjalankan mahzab Tzu Chi di tengah masyarakat dan mewariskan ajaran Dharma Jing Si yang telah diperoleh di kegiatan pendalaman misi yang dikemas dalam bentuk bedah buku “Lentera Kehidupan” (Ren Jian Pu Ti Du Shu Hui) ke lingkungan sekitarnya. | |||
Artikel Terkait
Perbuatan Baik Harus Diimbangi dengan Kebijaksanaan
15 Maret 2009Dengan canda dan senyumnya yang khas, Ji Yu Shixiong –ketua Tzu Chi Singapura– duduk di atas panggung ruang serbaguna Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng disaksikan oleh 365 orang relawan Tzu Chi Indonesia.
Menginspirasi Lebih Banyak Orang untuk Donor Darah
12 Agustus 2019Tzu Chi Bandung kembali bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) serta LBPP-LIA Martadinata mengadakan donor darah dalam rangka HUT ke 60 LBPP-LIA, 1 Agustus 2019.
Membangkitkan Empati dari Kunjungan Kasih
08 Maret 2023Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Downstream Lampung memberikn perhatian khusus kepada 50 orang lansia prasejahtera di Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan pada 22 Februari 2023.