Bahagia dengan Gigi yang Sehat

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.


TIMA Indonesia memberikan layanan kesehatan gigi kepada anak-anak SD Amaliah, Ciawi, Kab. Bogor dalam rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-70 PB PDGI.

“Terima kasih karena sudah menambal gigi saya, jadi gigi saya tidak sakit lagi,” ucap Mugni, siswa kelas 6 SD Amaliah, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bersama dengan 225 siswa dari SD Amaliah lainnya, Mugni mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia dalam rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-70 Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) di lingkungan Universitas Djuanda, Ciawi, Bogor pada Sabtu, 22 Februari 2020.

Sejak pagi hari, para siswa kelas 3 - 6 SD Amaliah yang lokasinya bersebelahan dengan Universitas Djuanda sudah bersiap untuk mendapatkan layanan kesehatan gigi. Setelah mendaftar, para siswa kemudian duduk menunggu antrian pemeriksaan gigi sambil mendengarkan penyuluhan dari PB PGDI tentang pentingnya menggosok gigi.


Drg. Laksmi Widiastuti (jilbab) mendampingi kunjungan dokter dari PB PDGI saat pelaksanaan baksos kesehatan gigi.


Proses penambalan gigi Mugni yang berlubang oleh  dokter.

“Hari ini, kita dari Tzu Chi Indonesia diminta bantuannya oleh PB PDGI untuk membuka baksos kesehatan gigi dalam rangka ulang tahun ke-70 PB PDGI,” ungkap drg. Laksmi Widiastuti, oordinator baksos gigi. Dalam kegiatan ini, TIMA Indonesia menurunkan tenaga medis 25 dokter gigi dan 2 orang perawat serta dibantu oleh relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur.  

Anak-anak yang dapat ditangani pun merasa bahagia karena permasalahan gigi mereka bisa diatasi. “Kadang-kadang suka sakit giginya yang bolong. Suka nangis nahan sakit,” kenang Mugni akan sakit gigi geraham bawahnya yang berlubang. Setelah diperiksa, gigi geraham bawah Mugni pun segera ditangani (ditambal) oleh dokter gigi dari TIMA Indonesia. “Senang, insyallah udah nggak sakit gigi lagi,” kata Mugni yang memiliki hobi makan cokelat dan permen tersebut.


Relawan Tzu Chi mengatur anak-anak SD Amaliah untuk mendapatkan giliran pemeriksaan.


Sterilisasi peralatan yang digunakan untuk baksos kesehatan gigi oleh para relawan Tzu Chi.

Kebahagiaan juga dirasakan Haniffa, siswa kelas 5 SD Amaliah. Walapun harus menahan rasa sakit dan takut, ia tetap menuruti ucapan dokter yang mengharuskan giginya dicabut. “Kata dokter harus dicabut tadi,” ungkap Haniffa sambil menggigit kapas untuk menyubat luka bekas giginya yang dicabut. Sebelumnya, Haniffa sering mengeluh kesakitan di gigi geraham bawahnya. “Kadang kalau lagi sakit ya suka nangis, terus nanti hilang sendiri,” ungkapnya.

Berkat baksos kesehatan gigi ini, masalah sakit gigi yang kerap dialami oleh Haniffa pun  teratasi. “Terima kasih ya, Bu dokter sudah mencabit gigi saya yang suka sakit,” ungkap siswa yang tinggal di daerah Cibedug, Kab. Bogor tersebut.


Sebelum dicabut, dokter memeriksa dengan saksama gigi geraham bawah Haniffa.

Menjelang siang hari, kegiatan baksos kesehatan gigi ini pun berakhir. Ada 225 pasien yang berhasil dilayani dalam baksos kesehatan gigi ini. Namun tidak semua anak dapat ditangani oleh tim dokter dari TIMA Indonesia terkait persetujuan orang tua. “Anak-anak kebanyakan ya tambal gigi dan cabut gigi, tapi ada beberapa yang tidak bisa kita tangani karena tidak mendapat izin dari orang tua untuk dicabut giginya,” kata drg. Laksmi di akhir kegiatan baksos.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -