Bahagianya Usen, Bahagianya Relawan Tzu Chi

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand Yahya

doc tzu chi

Sejauh mata memandang, hamparan sawah di Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi membentang hijau. Usen telah bertani sejak tahun 1980. Sawah yang ia garap seluas satu setengah hektar milik dua orang tetangganya.

Hamparan padi yang digarap Usen (56), warga di Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi itu sebagiannya sudah menguning. Kurang dari dua minggu, padi siap dipanen. Namun kali ini Usen tak akan turun ke sawah, ia bertekad untuk beristirahat demi pemulihan operasi katarak yang baru ia jalani pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-119 di Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang, 12 Agustus 2017 lalu.

“Nanti biar istri sama anak saya (aja) yang turun,” ujar Usen.

Bisa mengikuti operasi katarak merupakan satu hal yang sangat didambakan Usen, yang lebih dari dua tahun ini menderita katarak. Maklum, sebagai petani penggarap, ia hanya menerima penghasilan tiga hingga empat juta rupiah sekali panen. Uang itu ia gunakan untuk menghidupi keluarga selama lima bulan dan membayar biaya sekolah anak bungsunya yang kini duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena tak cukup, Usen kerap meminjam uang ke tengkulak.

“Sering pinjam, kadang kalau sudah panen langsung habis. Lima bulan sekali itu penghasilan kita. Mengandalkan di situ bae,” kata Usen.

“Dulu pernah ke Puskesmas. Katanya harus operasi, ya kita modalnya dari mana. Waktu itu belum ada Kartu Indonesia Sehat. Begitu ada yang ngajakin, ya ayolah. Saya memang niat mau sembuh. Yang penting waras,” sambungnya.

doc tzu chi

Dalam setahun Usen panen sebanyak dua kali. Sekali panen, gabah yang dihasilkannya sekitar tiga ton. Hasilnya dibagi dua, dipotong dengan ongkos pupuk urea yang dibeli oleh pemilik sawah.

doc tzu chi

Usen siap untuk rehat demi pemulihan mata kirinya yang baru saja dioperasi. Istrinya, Titi dan anak-anaknya akan menggantikannya memotong padi.

Ajakan mengikuti operasi di Baksos Kesehatan Tzu Chi datang dari tetangganya Purwanto yang turut mengantarkannya saat screening dan operasi. Menurut Usen, katarak yang dialaminya akibat kebiasaannya yang tidak memakai kacamata dan masker saat menyemprot pestisida. Padahal petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sering mengingatkannya. Karena sudah merasakan akibatnya, kini Usen pun mematuhi imbauan itu.

“Kalau nyemprot itu kan kadang-kadang angin balik kena hidung, mulut. Jadi sesak dan sakit. Sekarang ya lebih hati-hati, pakai masker, kaca mata,” ujarnya. Tak hanya sesak, sejak ada katarak di mata kirinya, Usen sering merasakan perih di mata, juga sakit kepala.

doc tzu chi

Usen memiliki lima anak. Tiga sudah menikah, satu baru lulus SMA, dan yang bungsu sedang duduk di bangku kelas 2 SMK.

doc tzu chi

Usen adalah pribadi yang sangat bersemangat dan murah senyum. Ia juga sosok pekerja keras.

Taati Anjuran Dokter
Seminggu jelang operasi, Usen sangat menaati anjuran dokter. “Kata dokter kan harus jaga pola makan. Saya makan tempe tahu aja. Kan ikan asin jangan, yang manis-manis juga tidak saya makan. Trus tekanan darahnya jangan naik saja. Waktu pemeriksaan itu saya 150, tapi kalau bapak sih bisa diturunin,” kata Usen yang ditemui di rumahnya.

Dan pada hari operasi, pria murah senyum ini datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Ia datang bersama istrinya Titi, dan tetangganya, Purwanto. Titi tak henti-henti mendoakannya agar operasi berjalan baik.

doc tzu chi

Usen telah menderita katarak lebih dari dua tahun ini.

doc tzu chi

Usen menyampaikan rasa terima kasih kepada tim dokter dan relawan yang sudah mewujudkan keinginannya untuk operasi katarak.

“Saya doakan operasinya lancar. Biarin tidak ke sawah dulu, bapak istirahat dulu, nanti biar dibantu anak-anak,” ujar Titi.  

Usen sendiri tak merasa deg-degan atau takut saat akan masuk ruang operasi. “Saya sih tenang saja, benar-benar ingin sembuh sih. Nggak deg-degan. Bungah (senang) bukan main saya akhirnya bisa diobati, tidak bisa digambarkanlah. Kan kalau bayar gitu berapa juga, ada kesempatan begini bukan main bungah-nya saya. Pengen sembuh saya,” tutur Usen.

Operasi Usen pun berjalan lancar. Usai operasi, Usen pulang ke rumah dan kembali lagi ke rumah sakit pada pagi harinya. Namun Usen datang dengan kondisi mual dan pusing. Dokter Edrial dari Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang pun menjelaskan kondisi mata Usen.

“Pak Usen memang kondisi matanya sebelum operasi bisa dibilang katarak yang sangat keras sekali sehingga operasinya penuh dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Operasinya memakan waktu yang lama. Biasanya kalau pasien seperti ini kalau dioperasi ada pusing di kepala, muntah. Sehari ini kita beri obat untuk mengurangi komplikasi. Mudah-mudahan komplikasinya bisa kita atasi, sambil kita menunggu satu minggu evaluasinya lagi. Mudah-mudahan penglihatannya berangsur pulih,” jelas dr. Edrial.

Setelah menjalani operasi, kesembuhan para pasien, termasuk Usen akan terus dievaluasi sepekan sesudahnya. Para pasien bisa datang ke Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang atau bisa juga ke Rumah Sakit Amanda Cikarang.

Dua hari pelaksanaan bakti sosial, jumlah pasien mata yang ditangani dalam baksos ini sebanyak 201 pasien. Sasaran baksos tentu saja adalah masyarakat kurang mampu di Cikarang dan sekitarnya. Koordinator bakti sosial ini, Like Hermansyah melihat baksos yang digelar pada 11-12 Agustus ini sesuai harapan. Karena itu Like sangat bahagia.

“Iya boleh dikatakan sesuai harapan. Kenapa? Karena baksos bukan hanya untuk menolong orang yang membutuhkan saja, tapi satu sisi juga banyak cinta kasih yang terbangkitkan. Banyak sekali para donatur di Cikarang yang ikut berkontribusi menyumbangkan tenaga, makanan, dan juga dana. Ada 100 lebih relawan lokal (asal Cikarang –red) yang terlibat, ditambah lagi pendampingan dari para (relawan) senior dari Jakarta, saya merasa ini sangat harmonis,” ujar relawan Komite Tzu Chi ini.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -