Baksos Biak: Jalan Kesembuhan
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : ApriyantoMenurut John (kiri), menjadi relawan Tzu Chi sama dengan memberikan pelayanan dan berbagi kasih kepada sesama. |
| ||
John Rumbino terus terlihat bersemangat melayani para pasien yang tengah memeriksakan diri. Ia adalah penduduk lokal yang baru bergabung sebagai relawan Tzu Chi setelah putrinya mendapatkan bantuan pengobatan dan tersentuh melihat pelayanan yang diberikan oleh relawan Tzu Chi. Hana Rumbino, putri pertamanya yang baru berusia 6 tahun menderita kalainan jantung sejak lahir. Pindaian medis menyatakan kalau Hana menderita kebocoran jantung. Karena itulah sejak Hana berusia 3 bulan, ia tidak memiliki kestabilan berat badan seperti anak-anak yang lain. Jika anak-anak yang lain terus mengalami peningkatan berat badan seiring bertambahnya usia, tidak demikian dengan Hana. Berat badan Hana bisa dengan cepat naik, tetapi dengan cepat pula turun menjadi drastis. Selain itu, deman dan lesu telah menjadi penyakit yang “akrab” bagi Hana. Sebagai orang tua tentunya John berkeinginan keras untuk mengobati kelainan jantung putrinya. Tetapi apa daya, keadaan ekonominya membuat ia memiliki banyak alasan untuk mengurungkan nitanya itu. Kecemasan demi kecemasan harus dilalui John selama beberapa tahun, sampai akhirnya seorang dokter di Biak menyarankan agar John mengajukan permohonan bantuan pengobatan di Tzu Chi. Berawal dari perkenalan inilah hati John tersentuh melihat simpati dan pelayanan yang diberikan relawan Tzu Chi. Sejak pertama kali relawan datang survei ke rumah John dan diterimanya Hana sebagai pasein Tzu Chi, yang dilihat dan dipahami oleh John adalah sebuah jalan Tuhan – sebuah berkah yang Tuhan berikan melalui Yayasan Buddha Tzu Chi. “Saya tahu kalau ini adalah kehendak Tuhan. Tuhan sudah menunjukkan jalan pada keluarga saya,” ungkap John.
Keterangan :
Maka sejak saat itulah John bersama Hana yang berperawakan kecil dibawa ke Jakarta untuk menjalani pengobatan pada akhir 2010. Di Jakarta, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, Hana disarankan untuk menjalani operasi pembedahan jantung. Tapi John yang tak terbiasa mendengar kata operasi langsung cemas membayangkan segala sesuatunya yang bersifat negatif. Akhirnya setelah ia berunding dengan keluarganya di Biak, John memutuskan agar Hana tidak menjalani operasi. Lalu seperti sudah diatur, Hana yang semula selalu lemah setelah menjalani pengobatan jalan mengalami pemulihan yang cukup pesat. Denyut nadinya kembali normal dalam ukuran menit dan berat badannya pun langsung naik seiring nafsu makannya yang meningkat. “Tuhan sudah kasih jalan kepada saya agar saya bertemu dengan Tzu Chi. Setelah bertemu dengan Tzu Chi, putri saya bisa sembuh sendiri. Ini keajaiban Tuhan,” kata John dengan bangga. Karenanya setelah berobat dari Jakarta dan kembali ke Biak, John langsung terpanggil untuk menjadi relawan Tzu Chi. Dan pada baksos kali ini dengan sepenuh hati ia sumbangkan tenaga dan waktunya untuk menjadi relawan. “Dengan sepenuh hati dan hidup saya serahkan untuk Tzu Chi. Bekerja di Tzu Chi sama dengan memberikan pelayanan yang Tuhan ajarkan,” ungkapnya.
Keterangan :
Selain John, ayah dari pasien Joshua juga tak kalah hebatnya (baca artikelnya di: http://www.tzuchi.or.id/view_berita.php?id=1274&daerah=Jakarta&misi=Kesehatan.)Nataniel Ngilawane juga memiliki ungkapan perasaan yang sama terhadap Tzu Chi. Setelah Joshua berhasil dioperasi dan kembali ke Biak, Nataniel langsung mendaftarkan diri sebagai relawan Tzu Chi Biak. Tidak hanya itu, semangat dan rasa bangganya sebagai relawan Tzu Chi terus ia sosialisasikan kepada orang-orang terdekatnya. Bahkan melalui pengalamannya selama menjadi penerima bantuan Tzu Chi ia bisa mengajak orang-orang di sekitarnya untuk menjadi donatur Tzu Chi. Alhasil, setelah berbicara kesana-kemari, Nataniel telah memiliki 30 donatur tetap Tzu Chi. “Cara saya mengajak orang untuk menjadi donatur adalah menceritakan pengalaman saya. Saya bisa menjadi relawan Tzu Chi dan percaya pada Tzu Chi, Anda juga bisa,” terangnya. Bagi Nataniel Tzu Chi bukan sekadar yayasan kemanusiaan, tetapi bagian dari sisi manusia itu sendiri. Di Tzu Chi relawan tidak hanyak berbagi, tetapi juga melatih diri dan melayani sesama sebagai bagian dari cinta kasih Tuhan. Nataniel juga menjelaskan kalau pertemuannya dengan Tzu Chi adalah jalan yang Tuhan tunjukkan kepadanya. Dan ia percaya dengan menjadi relawan Tzu Chi, ia telah menjalani pelayanan seperti yang diajarkan di gerejanya. “Di Tzu Chi atau di gereja sama saja. Sama-sama memberikan pelayanan. Tuhan sudah menunjukkan jalan melalui Tzu Chi, karena itu kita harus bersyukur,” jelas Nataniel. | |||
Artikel Terkait
Merasakan Cinta Rodiah untuk Via
29 November 2017Setiap hari Rodiah harus mengurus cucunya, Alvia Bilqis Chairunisa (11). Mulai dari memandikan, menyuapi, dan lain sebagainya. Ia juga masih harus mengantarkan Via ke rumah sakit apabila cucunya mendadak kejang.
Tzu Chi Bagikan 550 Selimut untuk Korban Kebakaran di California
16 November 2018Dulu Dibantu, Kini Saatnya Membantu
11 Juli 2019Pelatihan Relawan Tzu Chi di Palembang menghadirkan para relawan Tzu Chi dari Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang relawan pada 8 Juli 2019 di Ruang Akasia Royal Asia.