Baksos Biak: “Seolah melihat dunia baru.â€
Jurnalis : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak), Fotografer : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak) Pemeriksaan pasca operasi sangat penting bagi keberhasilan pasien operasi katarak. Alex Korwa (kemeja biru), pasien katarak dari Numfor, menjalani pemeriksaan akhir untuk mata yang telah dioperasi. |
| ||
Elia Rumakiek (74) adalah salah satu pasien yang menempuh perjalanan cukup jauh dari kota Biak untuk memperoleh pengobatan mata gratis yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Bertempat tinggal di Supiori yang harus ditempuh sekitar empat jam perjalanan, sehari-hari Elia melakukan pekerjaan rumah ditemani oleh istrinya yang juga sudah kehilangan kedua penglihatannya. Elia datang pada saat operasi hari ke-2, karena ia baru mendengarkan informasi tersebut sehingga ia menjalani screening dan operasi pada saat itu juga. Ia datang sendiri tanpa ditemani keluarganya. Sungguh beruntung, ketika tiba di rumah sakit ia bertemu dengan anak dan cucunya yang tinggal di kota Biak, dan kebetulan juga sedang memeriksakan matanya. “Saya sungguh bersyukur karena sekarang saya sudah bisa membaca dan menulis lagi,” katanya sambil tersenyum. Demikian juga dengan Alex Korwa (58), PNS yang berdinas di pemerintahan distrik Numfor Barat. Perjalanan sehari semalam dari pulau Numfor ditebus dengan jelasnya penglihatan dari mata kanan yang telah dioperasi. “Jelas sekali sekarang. Kata dokter, kemarin itu katarak saya tebal sekali. Sekarang saya bisa bekerja lebih baik,” katanya.
Keterangan :
Kebahagiaan juga terpancar dari wajah Paulina Inggamer (84). Ia tak henti-hentinya melihat orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. “Sepuluh tahun terakhir, kedua mata mama tidak bisa melihat sama sekali. Jadi untuk melakukan segala sesuatu mama benar-benar harus dibantu,” jelas Dolly, putri tertuanya. Ketika perban mata kanannya dibuka di rumah, sang mama menunjuk-nunjuk ke depan rumah sambil berkata, “Wah sudah ada jalan bagus, dan banyak kendaraan lewat ya.” Maklum saja, bertempat tinggal di desa Woniki, Bosnik, ketika terakhir kali Paulina dapat melihat, belum ada jalan aspal di depan rumah mereka. “Seolah melihat dunia baru,” sambungnya lagi. Paulina sangat berharap tahun depan baksos seperti ini dapat diadakan lagi sehingga matanya yang satu lagi juga dapat dioperasi.
Keterangan :
Maurice Rumpaidus, pasien katarak hari pertama, juga tak dapat menahan air mata yang jatuh ketika ia dapat kembali melihat setelah tiga tahun terakhir dunia benar-benar gelap dari pandangannya. Mata kanannya sudah rusak dan tak dapat diperbaiki. Namun saat baksos, tim medis masih sanggup mengoperasi mata kirinya yang terhalang katarak. “Puji Tuhan! Saya bisa lihat suster-suster yang ada disini,” ucapnya dengan suara keras. “Tuhan memberkati dokter, suster, dan semuanya. Terima kasih!” Dengan air mata yang mengalir haru. Sebagian besar pasien paska operasi yang telah mendapatkan penglihatannya kembali menyatakan rasa syukurnya karena baksos ini. Beberapa pasien bahkan sudah bertanya-tanya tentang kemungkinan adanya baksos yang sama tahun depan. Bagi pasien yang telah dua kali mengikuti operasi mata ini, tentunya merupakan kebahagiaan tersendiri karena kedua mata telah dapat melihat dengan baik. Tak henti-hentinya mereka berterima kasih kepada relawan yang mereka temui. Dengan penuh haru, relawan pun berpesan agar pasien dapat menjaga pelita tubuh mereka dengan baik. Tak lupa dengan menggenggam harapan agar mereka yang telah terbantu saat ini juga dapat memanfaatkan hidupnya untuk hal yang berguna dan menaburkan kebaikan bagi orang lain. | |||
Artikel Terkait
Semangat dan Kebahagiaan Satu Keluarga
07 Juni 2018Banjir Jakarta: Turut Bersumbangsih di Kala Bencana Tiba
01 Februari 2013Selama 3 hari berturut-turut, tanggal 18-20 Januari 2013 para relawan Tzu Chi turun ke lapangan untuk memberikan bantuan paket makanan. Melihat begitu banyaknya korban banjir, sudah sepatutnya kita yang tidak terkena bencana bersyukur dan mulai berpikir apa yang dapat kita lakukan pada saat ini.