Baksos Biak: “Seolah melihat dunia baru.”

Jurnalis : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak), Fotografer : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak)
 
 

fotoPemeriksaan pasca operasi sangat penting bagi keberhasilan pasien operasi katarak. Alex Korwa (kemeja biru), pasien katarak dari Numfor, menjalani pemeriksaan akhir untuk mata yang telah dioperasi.

Mata adalah pelita tubuh, hal ini begitu diyakini oleh sebagian pasien baksos operasi mata di Biak. Itulah sebabnya, tak jarang pasien menempuh jarak yang begitu jauh untuk mendapatkan harapan. Ditemui pada saat post operasi kedua yang diadakan pada 11 Juni 2011, beberapa pasien menuturkan kebahagiaan mereka.

Elia Rumakiek (74) adalah salah satu pasien yang menempuh perjalanan cukup jauh dari kota Biak untuk memperoleh pengobatan mata gratis yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.  Bertempat tinggal di Supiori yang harus ditempuh sekitar empat jam perjalanan, sehari-hari Elia melakukan pekerjaan rumah ditemani oleh istrinya yang juga sudah kehilangan kedua penglihatannya. Elia datang  pada saat operasi hari ke-2, karena ia baru mendengarkan informasi tersebut sehingga ia menjalani screening dan operasi pada saat itu juga. Ia datang sendiri tanpa ditemani keluarganya. Sungguh beruntung, ketika tiba di rumah sakit ia bertemu dengan anak dan cucunya yang tinggal di kota Biak, dan kebetulan juga sedang memeriksakan matanya. “Saya sungguh bersyukur karena sekarang saya sudah bisa membaca dan menulis lagi,” katanya sambil tersenyum.

Demikian juga dengan Alex Korwa (58), PNS yang berdinas di pemerintahan distrik Numfor Barat. Perjalanan sehari semalam dari pulau Numfor ditebus dengan jelasnya penglihatan dari mata kanan yang telah dioperasi. “Jelas sekali sekarang. Kata dokter, kemarin itu katarak saya tebal sekali. Sekarang saya bisa bekerja lebih baik,” katanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Elia Rumakiek (kiri) berpose dengan seorang relawan. Tak henti-hentinya ia menyatakan kegembiraannya karena dapat membaca dan menulis kembali. (kiri)
  • Dr. Titi memberikan wejangan bagi pasien pasca operasi agar tetap melanjutkan perawatan mata di rumah. (kanan)

Kebahagiaan juga terpancar dari wajah Paulina Inggamer (84). Ia tak henti-hentinya melihat orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. “Sepuluh tahun terakhir, kedua mata mama tidak bisa melihat sama sekali. Jadi untuk melakukan segala sesuatu mama benar-benar harus dibantu,” jelas Dolly, putri tertuanya.

Ketika perban mata kanannya dibuka di rumah, sang mama menunjuk-nunjuk ke depan rumah sambil berkata, “Wah sudah ada jalan bagus, dan banyak kendaraan lewat ya.” Maklum saja, bertempat tinggal di desa Woniki, Bosnik, ketika terakhir kali Paulina dapat melihat, belum ada jalan aspal di depan rumah mereka. “Seolah melihat dunia baru,” sambungnya lagi. Paulina sangat berharap tahun depan baksos seperti ini dapat diadakan lagi sehingga matanya yang satu lagi juga dapat dioperasi.

foto  foto

Keterangan :

  • “Seolah melihat dunia baru,” begitu kata-kata yang diungkapkan Paulina Inggamer setelah dapat melihat kembali. (kiri)
  • Lazarus dan keluarga didampingi relawan Tzu Chi. Tahun lalu Lazarus telah menjalani operasi mata kiri, dan dalam baksos kali ini mata kanannya juga akhirnya dapat melihat dengan baik. (kanan)

Maurice Rumpaidus, pasien katarak hari pertama, juga tak dapat menahan air mata yang jatuh ketika ia dapat kembali melihat setelah tiga tahun terakhir dunia benar-benar gelap dari pandangannya. Mata kanannya sudah rusak dan tak dapat diperbaiki. Namun saat baksos, tim medis masih sanggup mengoperasi mata kirinya yang terhalang katarak. “Puji Tuhan! Saya bisa lihat suster-suster yang ada disini,” ucapnya dengan suara keras. “Tuhan memberkati dokter, suster, dan semuanya. Terima kasih!” Dengan air mata yang mengalir haru.

Sebagian besar pasien paska operasi yang telah mendapatkan penglihatannya kembali menyatakan rasa syukurnya karena baksos ini. Beberapa pasien bahkan sudah bertanya-tanya tentang kemungkinan adanya baksos yang sama tahun depan. Bagi pasien yang telah dua kali mengikuti operasi mata ini, tentunya merupakan kebahagiaan tersendiri karena kedua mata telah dapat melihat dengan baik. Tak henti-hentinya mereka berterima kasih kepada relawan yang mereka temui.

Dengan penuh haru, relawan pun berpesan agar pasien dapat menjaga pelita tubuh mereka dengan baik. Tak lupa dengan menggenggam harapan agar mereka yang telah terbantu saat ini juga dapat memanfaatkan hidupnya untuk hal yang berguna dan menaburkan kebaikan bagi orang lain.

  
 

Artikel Terkait

Bergegas Menolong yang Kurang Beruntung

Bergegas Menolong yang Kurang Beruntung

05 Desember 2013 Tanggal 23 November 2013, pukul 9 pagi, kami (relawan Tzu Chi) telah berkumpul di halaman Gedung Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat. Relawan mempersiapkan segala keperluan sebelum pembagian paket kebakaran di mulai.
Warga Kampung Air Menerima Berkah dan Menciptakan Berkah Kembali

Warga Kampung Air Menerima Berkah dan Menciptakan Berkah Kembali

28 April 2023

Tzu Chi Batam memberikan bantuan beras (10 kg) kepada 1.048 warga di Kampung Air, Batam. Selain menerima, warga juga turut bersumbangsih sesuai kemampuan mereka.

Kisah Warga Perumahan Tzu Chi Tadulako

Kisah Warga Perumahan Tzu Chi Tadulako

06 November 2020

Sejauh mata memandang, geliat roda kehidupan warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako mulai bangkit dari keterpurukan. Warga terlihat sudah kembali bekerja dan beraktivitas kembali seperti biasa, membuka usaha warung-warung kecil atau depo-depo air mineral isi ulang.

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -