Baksos Biak: Yakin akan Sembuh

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto

fotoBaksos Kesehatan Tzu Chi ke-75 (katarak) yang diselenggarakan oleh Tzu Chi telah memberikan harapan bagi banyak warga Biak.

Hari Jumat 3 Juni 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan kegiatan bakti sosial di Kabupaten Biak Numfor, Papua. Baksos kesehatan yang dikhususkan bagi warga tidak mampu ini dilaksanakan untuk memberikan pengobatan katarak, pterigyum, dan entropium (masuknya bulu mata ke retina).

Kondisi ini tentunya memberikan kebahagiaan bagi banyak warga di kabupaten ini. Tidak sekadar kebahagiaan, tetapi juga harapan pada pasien yang menderita katarak, seperti Yeafet. Yeafet yang berprofesi sebagai nelayan di Waropen telah menderita katarak sejak 3 tahun lalu. Kondisi inilah yang membuat ayah dari 4 orang anak ini harus berhenti mencari ikan dan sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari sang istri Yuliani Cluire yang berdagang ikan di pasar.

Namun meskipun kehidupan mereka sulit, Yeafet tetap berkeinginan agar putra-putri mereka mengenyam pendidikan yang tinggi. Karena itulah dari pendapatannya yang minim, Yeafet tetap menyisihkan penghasilannya untuk biaya sekolah Bernadus Sasarari dan Ida Welidure. Berhubung di Waropen tidak memiliki rumah sakit yang memadai dan tenaga medis yang cakap, maka Yeafet berpesan kepada Bernadus agar ia melanjutkan pendidikannya ke akademi perawatan dan Ida ke akademi kebidanan.

foto  foto

Keterangan :

  • Yeafet (kiri) tak merasa takut menghadapi operasi, karena ia yakin akan sembuh dan percaya pada kuasa Tuhan. (kiri)
  • Yeafet saat baru keluar dari ruang operasi. Dengan penuh perhatian relawan Tzu Chi mendampingi dan memakaikan sandal. (kanan)

Berdasarkan amanat dari orangtuanya itulah akhirnya Bernadus menempuh perjalanan selama satu hari satu malam menuju Biak untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di RSUD Biak. Dan satu tahun berikutnya Ida menyusul untuk menempuh pendidikan kebidanan. Namun sebagai seorang anak yang sangat mencintai orangtuanya, Bernadus tak pernah tenang menjalani hidup di perantauan. Ia selalu teringat pada ayahnya yang penuh kasih, yang harus melalui hari-harinya dengan pandangan yang kabur. Mengingat ekonomi mereka yang pas-pasan, Bernadus hanya bisa menjalani hari-harinya dengan tekun belajar dan berharap jika kelak ia memiliki penghasilan, ia bisa membiayai pengobatan ayahnya yang tercinta.

Tapi rupanya harapan dan doa Bernadus telah terjawab oleh Yang Maha Kuasa. Di awal Mei 2011, Bernadus mengetahui akan ada bakti sosial pengobatan katarak  di RSUD Biak pada awal Juni. Bagaikan mendapatkan setetes embun di tengah hari, Bernadus segera menelepon orang pemerintahan kabupaten agar bersedia memberitahukan ayahnya tentang kabar baik ini. Maka tak lama sejak itu, dengan segala usaha Yeafet tiba di Biak pada Kamis 2 Juni 2011 dan menjalankan operasi katarak pada keesokan harinya (3 Juni). Siang itu Yeafet terlihat tenang duduk di ruang tunggu dengan ditemani Bernadus, Ida, dan istrinya. Yeafet berkata kalau ia tidak takut menjalani operasi, karena ia ingin betul mendapat kesembuhan, kembali melihat, dan percaya pada Tuhan kalau semua ini adalah kehendak-Nya. “Saya tidak takut operasi, karena saya ingin sembuh,” kata Yeafet.

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah lebih dari satu jam berada di ruang operasi akhirnya Yeafet keluar dengan membawa sejuta harapan. (kiri)
  • Dengan ditemani oleh Ida (tengah) putrinya, Yeafet siap memasuki ruang operasi. Keterbatasan penghasilan membuat Yeafet harus menunggu adanya baksos kesehatan yang bisa mengoperasi kataraknya. (kanan)

Sorenya ketika operasi selesai dilaksanakan Yeafet berjalan pelan meninggalkan ruang operasi sambil dituntun oleh Ida. Bernadus yang menunggu di teras rumah sakit pun tersenyum lega menyaksikan ayahnya telah usai dioperasi. “Papa, mari kita pulang. Saya sudah sewa mobil di depan,” kata Bernadus dengan lembut.

Terakhir sebelum meninggalkan rumah sakit, Yeafet masih berpesan kepada relawan Tzu Chi kalau ia akan menantikan relawan Tzu Chi datang ke kampung halamannya. “Nanti setelah baksos datang ya ke Waropen, saya bisa tunggu di sana,” pesannya dengan seulas senyum. Baksos hari itu ternyata tak hanya memberikan kesembuhan, tetapi juga harapan baru bagi para pasien yang telah lama menantikan indahnya penglihatan.  

  
 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Giat Bersumbangsih

Suara Kasih : Giat Bersumbangsih

09 Februari 2012
Kita bisa melihat siaran berita tentang banyak orang yang kesulitan untuk kembali bekerja setelah libur panjang. Inilah sindrom pascaliburan. Akan tetapi, tidak demikian dengan insan Tzu Chi. Saat libur, mereka malah memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan kegiatan yang bermakna.
Internasional : “The Time 100”

Internasional : “The Time 100”

26 April 2011 Majalah berita tingkat dunia TIME memasukkan Master Cheng Yen dalam daftar tahunan 100 orang paling berpengaruh di dunia. Kehormatan ini mengakui kontribusi Master Cheng Yen dalam menyebarkan cinta kasih tanpa pamrih kepada orang-orang di dunia selama 45 tahun terakhir.
Baksos Kesehatan Mata untuk Masyarakat Singkawang

Baksos Kesehatan Mata untuk Masyarakat Singkawang

09 Agustus 2016

Wajah-wajah penuh syukur memenuhi Kantor Pemerintah Kota Singkawang pagi itu, 6 dan 7 Agustus 2016. Wajah itu milik warga Kota Singkawang dan sekitarnya usai menjalani pembukaan perban pasca operasi katarak dan pterygium.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -