Baksos dan Penyuluhan Penyakit Degeneratif untuk Warga Cianjur
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahEngkos Kosasih (memegang tongkat) mengaku senang mengikuti baksos yang digelar Tzu Chi Cianjur. Tekanan darah tingginya sudah menurun dibanding pada baksos Juli lalu.
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang menyerang seseorang seiring bertambahnya usia. Namun dengan pola hidup yang baik, penyakit degeneratif dapat dicegah. Memberikan penyuluhan tentang penyakit degeneratif kepada warga inilah yang menjadi salah satu perhatian relawan Tzu Chi di Cianjur. Karena itu pada 28 Agustus 2016, Tzu Chi kembali menggelar bakti sosial (baksos) kesehatan degeneratif yang kedua di kota santri ini.
Jika baksos degeneratif yang pertama pada 31 Juli 2016 lalu berisi penyuluhan, baksos yang kedua ini lebih kepada pengecekan atau kontrol kondisi kesehatan, yakni bagaimana perkembangan kesehatan warga dan apakah warga benar-benar melakukan apa yang disarankan oleh dokter.
Pagi itu Mapolres Cianjur, Jawa Barat sudah ramai didatangi warga yang rata-rata berusia lanjut. Bukan, mereka bukan sedang terlibat masalah hukum. Mereka datang untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi (Degeneratif) yang digelar di Gedung Amanah Primkoppol Resor Mapolres Cianjur.
Rufiatin (68 tahun) warga Kampung Pasir Sembung menjadi pasien pertama yang datang pagi itu. Sejak sang suami meninggal 4,5 tahun yang lalu, tekanan darah tingginya kerap naik. “Waktu bapak baru meninggal mah (tensi saya) sampai 170. Sekarang sudah lumayan, 140/90. Saya senang ikut kegiatan di sini soalnya penerimaan relawan ramah-ramah. Bener loh, saya acungkan jempol,” kata Rufiatin.
Ia pun kembali diingatkan oleh dokter untuk mengurangi makanan dengan cita rasa asin. Rufiatin mengaku belum bisa benar-benar mengurangi konsumsi makanan asin, terutama kecap asin dan juga telur asin. Karena itu peringatan dari dokter menyemangatinya untuk berusaha.
Sementara itu Engkos Kosasih (70 tahun) berjalan perlahan dengan bantuan tongkat. Ia mengeluhkan rematik dan tekanan darah tingginya. Kabar baiknya, tekanan darahnya sudah menurun, dari sebelumnya 180/90, kini 150/90. “Sudah tiga malam saya tidak bisa tidur. Sakit tengkuk saya. Jadi saya tadi diberi tahu sama dokter (penyebabnya) karena darah tinggi. Jangan telat minum obat terus-terusan kalau darah tinggi katanya,” ujar Engkos.
Engkos juga mengaku senang datang ke baksos ini karena keramahan para relawan dan dokter. “Dari jalan saja sampai dituntun. Dokternya juga baik, bisa saya tanya-tanya gitu. Soalnya kalau dokter yang lain rasanya malu. Tapi karena kelihatan ramah jadi saya berani tanya-tanya penyakit. Terus yang harus saya lakukan juga diberi tahu,” ungkapnya.
Tekanan darah Rufiatin
(kerudung merah) sudah menurun dibanding sebelumnya. Kini tekanan darahnya 140/90.
Para pasien diberitahu apa saja makanan yang menjadi pantangan. Mayoritas pasien mengeluhkan darah tinggi dan kolesterol.
Tak hanya warga, anggota polisi juga turut memeriksakan kesehatannya. Salah satunya Herdis (53 tahun) yang tekanan darahnya mencapai 180. “Disarankan olahraga, nanti saya akan jogging saja. Saya kalau jaga kan 24 jam, dari jam 8 pagi sampai 8 pagi lagi. Siang-malam saya di pos depan Polsek Sukaluyu. Nanti September saya berobat ke sini lagi,” ucapnya.
Dokter yang menanganinya, dr. Ronny Hadianto pun menyarankan untuk menjaga pola hidup seperti rutin berolahraga dan mengelola stres. Ia juga mengatakan penyumbang paling utama dari darah tinggi adalah pola hidup yang buruk. “Obatnya diminum saja sambil makanannya dikontrol, dan juga istirahat yang cukup. Banyak minum ya, Pak, jangan lupa. Juga olahraga, olahraga itu menurunkan kolesterol hingga 10-15 persen, untuk darah tinggi juga. Semoga selalu sehat ya, Pak,” pesan dr. Ronny Hadianto kepada Herdis.
Mencegah selalu lebih baik dari mengobati
Salah satu anggota Tim Medis dari Tzu Chi Jakarta, Yekti Utami menjelaskan, baksos kesehatan degeneratif ini memang bertujuan memberikan edukasi atau penyuluhan bagi warga, yaitu untuk mencegah penyakit degeneratif. Karena itu bakti sosial kesehatan ini diadakan lebih dari satu kali dan harus terus diikuti. “Kalau baru ikut kali ini berarti kan mereka tidak melewati penyuluhan waktu baksos yang pertama. Jadi kurang ada gunanya karena seperti pemeriksaan kesehatan biasa saja,” jelasnya.
Ia menambahkan, warga diberikan edukasi bahwa penyakit degeneratif sangat bergantung pada perubahan pola hidup, terutama makanan, olahraga, dan pengelolaan stres. “Penyakit degeneratif adalah penyakit umur. Di mana makin tua banyak yang darah tinggi, kolesterol, atau asam urat. Sehingga yang punya penyakit seperti itu tak bisa berhenti diminum obat saja, namun harus tetap rajin kontrol,” tambahnya.
Pasien terus diingatkan untuk menjalani pola hidup sehat dan
rajin kontrol ke Puskesmas
terdekat.
Banyak pasien yang kesehatannya membaik karena mematuhi anjuran dokter untuk memperbaiki pola hidup.
Dalam kegiatan ini terdapat delapan orang dokter yang berpartisipasi, baik dari TIMA Jakarta, juga dari RSUD Cianjur yang menangani sebanyak 58 pasien. Kegiatan ini juga didukung Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cianjur. Ketua IDI Cianjur dr. Trini Handayani mengatakan ajakan Tzu Chi untuk terlibat dalam kegiatan ini disambut hangat karena sesuai dengan salah satu program IDI Cianjur untuk mengedukasi masyarakat. “Kalau sekarang Alhamdulillah mereka mulai sadar bahwa kesehatan itu penting dan mereka sudah secara sukarela mencari pertolongan apabila dia memiliki masalah kesehatan. Tidak seperti dulu,” kata Ketua IDI Cianjur dr. Trini Handayani.
Dalam kegiatan ini, IDI Cianjur mengerahkan sebanyak tujuh orang anggotanya, salah satunya dr. Ronny Hadianto yang memuji para pasien makin pintar dan tak sungkan bertanya. “Bagus sekali, pasiennya banyak bertanya. Kini trend-nya mulai berubah. Dari penyakit infeksi kini menjadi penyakit yang bisa dicegah. Jadi yang paling penting bukan penyembuhannya, akan tetapi pencegahannya. Kalau dibiarkan, biayanya akan lebih mahal dari pada kita mencegah sebelumnya,” jelasnya.
Koordinator kegiatan baksos kesehatan ini, Ricky Budiman bersyukur baksos degeneratif yang kedua ini berlangsung lancar. Dan yang lebih membahagiakan adalah banyak pasien yang kesehatannya membaik. Ini adalah satu bukti bahwa warga mematuhi anjuran dokter untuk memperbaiki pola hidup. “Pasien sendiri banyak yang berkembang. Jadi mereka sudah mengetahui bahwa pola-pola hidup yang mereka jalankan memang salah dan sedang mencoba memperbaikinya,” tutupnya.
Artikel Terkait
Baksos Kesehatan Degeneratif untuk Warga Duri Utara
29 Mei 2024Antusiasme warga Duri Utara terlihat jelas dengan hadirnya 414 orang Lansia yang memeriksakan kesehatannya. Selain pemeriksaan kesehatan juga dilakukan penyuluhan untuk menjaga kesehatan secara mandiri.