Baksos di Pulau Terpencil

Jurnalis : Budianto, Mina (Tzu Chi Batam), Fotografer : Anas, Budianto (Tzu Chi Batam)
 
 

fotoPara relawan setelah tiba di Pulau Moro, dengan langkah yang rapi berjalan ke lokasi baksos. Pulau Moro adalah pulau kecil di Kepulauan Riau, terdiri dari 6 desa, dengan jumlah penduduk sekitar 18.000 orang.

Pulau Moro adalah pulau kecil di Kepulauan Riau, terdiri dari  6 desa, dengan jumlah penduduk sekitar 18.000 orang. Pada tanggal 21 Maret 2010, Tzu Chi Batam pergi ke Pulau Moro mengadakan baksos, dan telah mengobati 747 pasien. Selain para petugas kesehatan dan relawan Tzu Chi Batam yang berjumlah 98 orang, juga ada 7 orang petugas kesehatan setempat yang membantu. Mereka bersama-sama melayani masyarakat kurang mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Membuka Jodoh Kebajikan, Menciptakan Ladang Berkah

Setiap tahun Tzu Chi Batam selalu mengadakan baksos besar untuk mengurangi penderitaan masyarakat kurang mampu. Berita ini kemudian menyebar ke seluruh pulau. Pada tahun lalu, relawan Batam juga mengatur jadwal pasien dari Pulau Moro untuk datang ke Batam mengikuti baksos. Relawan dan petugas kesehatan setempat setelah mengetahui berita ini, dengan sepenuh hati langsung terjun untuk menyeleksi pasien, juga mendampingi para pasien datang berobat ke Batam.

Saat itu para petugas kesehatan Pulau Moro melihat relawan Tzu Chi dengan cinta kasih dan penuh kesabaran mendampingi pasien. Hal ini sangat menyentuh hati mereka. Karena itu mereka kemudian meminta kepada Tzu Chi Batam untuk mengadakan baksos di Pulau Moro. Akhirnya setelah mengadakan rapat, relawan Tzu Chi sepakat untuk mengadakan baksos kesehatan di Pulau Moro pada bulan Desember 2009. Tetapi karena di bulan itu angin dan ombaknya sangat besar, maka relawan untuk sementara waktu membatalkan rencana ini.

foto  foto

Ket : - Sesampainya di lokasi, istri Gubernur Batam mengucapkan selamat dan merasa terharu dengan             kepedulian relawan Tzu Chi. (kiri)
          - Para dokter bekerja dengan sangat keras namun tetap tersenyum melayani pasien. (kanan)

Setelah tahun baru Imlek, para relawan kembali mempersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan baksos kesehatan di Pulau Moro. Pada tanggal 21 Maret 2010, akhirnya rencana baksos kesehatan di Pulau Moro terwujud. Baksos kesehatan ini melayani pasien gigi, umum, pelayanan KB, hingga penyakit dalam.

Selain didukung para petugas medis dari Batam, baksos ini juga melibatkan petugas medis dari Pulau Moro sendiri. Semua orang bersama-sama menberi pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Baksos ini juga melibatkan Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di mana Tzu Chi memperoleh bantuan obat- obatan dari mereka.

Perjalanan Melalui Jalan Laut
Relawan Batam dan petugas kesehatan pada jam 6 pagi sudah berkumpul di Kantor Perwakilan Batam dan segera menuju Dermaga Sekupang. Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam, para relawan akhirnya sampai di Pulau Moro. Para relawan dengan langkah yang rapi berjalan sampai ke lokasi baksos.

Sebelum baksos dimulai, tim yang dikirim terlebih dulu sudah sibuk mendekorasi lapangan, agar pelaksanaan baksos bisa berjalan dengan lancar. Beruntung hari itu langit sangat cerah, sehingga pelaksanaan baksos dapat berlangsung dengan lancar. Kekompakan dan kerja sama relawan Tzu Chi membuat Kepala Desa, RW, dan penduduk setempat sangat terharu. Cinta kasih relawan Tzu Chi Tanjung Balai juga tidak kalah, sebanyak 34 relawan menyewa perahu kayu dari Tanjung Balai menuju Pulau Moro untuk bergabung dengan relawan Tzu Chi Batam.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi dengan penuh kesabaran dan perhatian mendampingi pasien. (kiri).
         - Relawan juga melakukan sosialisasi kesehatan kepada para siswa SD, dan membagikan peralatan             sikat gigi serta mengajarkan cara sikat gigi yang benar. (kanan)

Baksos kesehatan dilakukan di sebuah klinik. Sebelum tim kesehatan dan relawan Tzu Chi Batam datang, klinik itu sudah dipenuhi warga yang ingin berobat. Setelah relawan memberi pengarahan, akhirnya para pasien dengan tertib berbaris mendaftar. Saat pasien menunggu, para relawan juga tidak lupa menghampiri mereka untuk memberi perhatian. Ada yang  memberikan air minum, membagikan makanan ringan, dan saat diputar lagu ”Satu Keluarga”, sebagian relawan juga mengajak warga untuk berisyarat tangan. Suasana di lapangan pun  langsung bertambah hidup. 

Di samping klinik yang dijadikan lokasi baksos ada sebuah Sekolah Dasar (SD). Relawan memanfaatkan kondisi ini untuk mensosialisalikan (masalah) kesehatan kepada para siswa SD. Relawan membagikan sikat gigi dan mengajarkan cara menyikat gigi yang baik dan benar kepada mereka.

Setiap kali ada rencana baksos di daerah pedalaman, para relawan selalu mendaftar dengan antusias. Hal ini membuktikan bahwa cinta kasih dalam diri setiap relawan semakin bertambah. Terlebih jika kegiatan ini memang sangat dibutuhkan demi melindungi para penduduk di daerah terpencil. (Diterjemahkan oleh kwonglin)

  
 
 

Artikel Terkait

Pembelajaran Budi Pekerti Berbudaya Humanis

Pembelajaran Budi Pekerti Berbudaya Humanis

19 Juli 2018
Pagi itu Kamis 12 Juli 2018, belasan insan Tzu Chi di He Qi Timur sudah hadir di Sekolah Marie Joseph, Kelapa Gading. Mereka datang sesuai undangan pihak sekolah untuk mengisi seminar pendidikan budaya humanis di hadapan jajaran pimpinan yayasan, dewan guru, dan karyawan sebagai bagian dari rangkaian pembukaan tahun ajaran Pendidikan baru 2018-2019.
Suara Kasih: Menyerap Dharma ke Dalam Hati

Suara Kasih: Menyerap Dharma ke Dalam Hati

08 Juni 2012 Segala sesuatu yang kita temui sekarang adalah buah dari benih yang kita tanam. Jadi, kita harus mempersiapkan benih dan kondisi untuk masa mendatang dengan sebaik mungkin. Kita harus senantiasa menyucikan batin kita dan senantiasa membabarkan Dharma di tengah masyarakat.
Warga Terdampak Tsunami Menanti Rumah Layak

Warga Terdampak Tsunami Menanti Rumah Layak

20 Februari 2019

Pembangunan rumah relokasi adalah salah satu solusi tepat untuk memulihkan masyarakat yang terdampak bencana tsunami agar tidak berkepanjangan. Saat ini, satu bulan lebih sudah warga korban tsunami Selat Sunda masih tinggal di tenda pengungsian, karena rumah mereka roboh ataupun rusak berat.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -