Baksos Jayapura: Bersyukur Ada Tzu Chi

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoYudha terlihat tegang saat menanti detik-detik akan operasi. Relawan Tzu Chi terus menghibur dan mendampingi Yudha yang mata sebelah kirinya terkena katarak.

Irma baru saja mengusap air matanya yang jatuh berderai dari balik bola matanya yang lebam. Sepanjang hari Irma terus menangis meski ia tahu Yudha Habet Petanduk putra keduanya akan segera sembuh. Hari itu Sabtu 11 Juni 2011, sejak pukul 09.00 WIT, Irma bersama suaminya Pera Marthen Bentang dan Yudha sudah tiba di rumah sakit Bhayangkara Jayapura.

Menurut jadwal, Sabtu itu Yudha akan menjalani operasi katarak mata sebelah kiri. Yudha yang beru berusia 6 tahun itu menderita katarak yang disebabkan oleh tusukan benda tajam. kejadiannya sekitar satu setengah tahun yang lalu, ketika Yudha yang sedang asyik menembakkan anak panah, tiba-tiba anak panah itu memantul di lantai lalu menancap di matanya.

Rasa takut membuat Yudha terdiam dan nalurinya menuntun ia untuk segera meminta pertolongan ibunya yang sedang bekerja di dapur. Begitu melihat Yudha datang dengan sebuah anak panah yang tertancap di matanya, Irma langsung panik bukan kepalang. Namun di depan ibunya, Yudha dengan berani menarik anak panah itu yang kebetulan tidak menancap terlalu dalam di bola matanya. Meskipun begitu, setelah anak panah itu tercabut, pandangan mata Yudha langsung buram dan semakin hari jarak pandangnya semakin menurun, hingga akhirnya mata sebelah kiri Yudha tidak lagi bisa melihat, kecuali menangkap cahaya.

Keadaan ini membuat Pera Marthen dan Irma bersusah hati. Sebagai seorang petani yang mengadu nasib di daerah transmigrasi penghasilan Marthen tidaklah seberapa. Namun demi kesembuhan anaknya ia rela mengeluarkan semua uang tabungannya untuk mengobati mata Yudha di Jayapura. Tapi berhubung waktu itu sudah akhir tahun dokter spesialis mata yang ingin ia temui sedang mengambil cuti akhir tahun. Tinggalah Irma yang sangat mencintai anaknya menyesali semua keadaan.

foto  foto

Keterangan :

  • Irma (kiri) tak sampai hati melihat Yudha yang suka makan harus berpuasa seharian sebelum operasi,tetapi ia percaya itu adalah yang terbaik untuk kesembuhan putranya. (kiri)
  • Selain Yudha pasien anak yang dioperasi, Ina juga menjalani operasi katarak pada hari itu. Ina yang baru berusia 7 bulan menderita katarak sejak lahir.(kanan)

Hari-hari berikutnya keadaan Yudha semakin buruk. Ia tidak saja semakin rewel, tapi juga sering mengeluhkan sakit kepala. Jika kelelahan membaca buku pelajaran atau bermain Yudha langsung merasa pusing. Namun Marthen dan Irma sebagai orangtua yang sabar terus membimbing Yudha agar tabah menjalani keadaanya. Hari demi hari pun akhirnya mereka lewati dengan kesabaran dan harapan, sampai akhirnya Yudha mulai terbiasa melihat dengan satu mata.

Seolah keadaan Yudha telah menjadi suratan takdir, tiba-tiba kabar menggembirakan datang dari gereja tempat mereka beribadah— ada baksos kesehatan mata gratis yang diadakan oleh Tzu Chi di Jayapura. Serasa menemukan kembali harapan yang telah hilang, Pera Marthen segera mendaftarkan putranya di Puskesmas setempat dan langsung datang memeriksakan Yudha pada screening Baksos Kesehatan Tzu Chi. Sesudah menjalani antrian yang panjang dan doa yang tak pernah terputus, dokter mata di baksos mengatakan kalau Yudha masih memiliki harapan untuk sembuh jika dioperasi. Maka sejak hari itu Irma dan Pera Marthen percaya kalau jalan kesembuhan itu ada karena Tuhan telah menunjukkannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Timotius yang sebelumnya diperkirakan akan menjalani operasi mata di Jakarta ternyata oleh tim medis akhirnya berhasil dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ini. (kiri)
  • Para pesian sedang mengikuti gerakan isyarat tangan (Shou yu) yang diajarkan oleh para relawan Tzu Chi.(kanan)

Setelah menunggu selama tiga hari, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sabtu itu bagaikan hari yang sangat spesial sekaligus bersejarah dalam hidup Irma dan Pera Marthen karena putranya akan segera dioperasi. Namun mengingat usia Yudha yang masih kanak-kanak dokter memutuskan agar operasi Yudha dijalankan dengan pembiusan total. Dan tentunya berbagai persyaratan pun harus dijalankan, salah satunya adalah berpuasa. Melihat Yudha harus berpuasa seharian, hati Irma langsung luluh. Ia tak sampai hati melihat putranya yang semula gemar makan terlihat lemas dan tak bergairah. “Tak sampai hati saya melihat dia lemas. Saya pun tidak berkeinginan makan, biarlah kita sama-sama berpuasa,” kata Irma sambil memeluk Yudha.

Saat hari menjelang sore, nama Yudha pun dipanggil untuk menuju ruang operasi. Petugas kamar  operasi mulai menggantikan pakaian Yudha dengan baju operasi, membaringkan Yudha di tempat tidur, dan meneteskan matanya dengan obat mata. Setelah semuanya siap, petugas itu membawa Yudha menuju ruang operasi sambil berkata, “Tenang ya Yudha, sebentar lagi kamu akan sembuh.”

Satu jam berikutnya Irma dan Pera mendapat panggilan dari petugas ruang operasi bahwa operasi Yudha telah selesai dan kini tinggal menunggu Yudha pulih. Meski masih diliputi kekhawatiran tetapi terlihat kalau Irma dan Pera Marthen sudah sedikit lebih lega dan hanya menunggu harapan yang ia nantikan, putranya dapat kembali melihat. “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih karena ada Yayasan Buddha Tzu Chi yang bersedia mengadakan operasi katarak ini,” kata Pera Marthen

  
 

Artikel Terkait

Hati yang Bersyukur

Hati yang Bersyukur

12 April 2011

Minggu pagi tanggal 20 Maret 2011, jam 08.10 WIB, Ach. Sugiarto sudah sampai Toko Buku Jing Si, Pluit, Jakarta Utara. Ternyata Sugiarto datang dari Tanjung Priuk. Hari itu di toko buku tersebut diadakan pembagian tunjangan pengobatan dan biaya hidup kepada sekitar 50 Gan En Hu (pasien yang menerima bantuan Tzu Chi –red).

Satu Bibit Satu Harapan

Satu Bibit Satu Harapan

29 Juni 2016

Relawan Tzu Chi Biak kembali melakukan penanaman bibit bakau di salah satu pulau di Papua, Pulau Nusi. Sebanyak 572 bibit bakau ditanam hari itu bersama 20 orang penduduk Kampung  Inarusdi.

Gempa Palu: Melewati Malam-malam Dingin di Pengungsian dengan Selimut Tzu Chi

Gempa Palu: Melewati Malam-malam Dingin di Pengungsian dengan Selimut Tzu Chi

20 Oktober 2018

Salah satu bantuan yang paling dibutuhkan oleh para pengungsi gempa di Palu, Sigi dan Donggala adalah selimut. Kemarin (19/11), relawan mulai membagikan selimut Tzu Chi di posko pengungsian warga Desa Duyu, di kaki Gunung Gawalise.

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -